Welcome back..
Happy reading ya readersku tercinta...
Hari ini, Faizan mengadakan tinjauan ke lokasi pembangunan puskesmas yang ia tanggungi. Namun, ia merasa tak karuan mengingat kejadian di meja makan tadi pagi. Ia sedikit jengkel dengan Naya karena tak memberi tahunya. Biasanya gadis itu akan memberitahukan padanya mengenai apapun, walau Faizan tak menghiraukannya.
Sudah beberapa menit mereka berada di lokasi, namun Faizan terlihat tidak fokus. Hingga Rifan, sekretarisnya menyadarkannya.
"Pak. Bagaimana menurut Bapak?" tanya Rifan
Faizan tak menggubris. Ia masih melamun.
"Pak. Pak Faizan." Panggil Rifan lagi.
"oh, iya. Gimana?" tanya Faizan yang tersentak.
"Apa masih ada yang ingin Bapak jelaskan, Pak? Karena tinjauan kita sudah selesai"
"Oh. Tidak. Saya rasa sudah cukup. Dan, meetig kita cukup sampai disini." Ucap Faizan.
"Baik, Pak. Kalau begitu kami permisi dulu." Pamit salah satu staff bagian pembangunan.
"Ya. Terima kasih, Pak Aldi." Jawab Faizan.
Aldi dan kedua partnernya berlalu. Tinggallah Faizan dan Rifan yang masih berdiri disana.
"kenapa sih, bos? Gue lihat, bos dari tadi diam aja."
Faizan menghembuskan napas. "entahlah, Fan. gue lagi nggak fokus tadi."
Ponsel Faizan berdering dan ia segera manjawabnya. Karena yang menelpon adalah Mamanya.
"Ya, Mah."
".........."
Faizan memejamkan mata menahan kesal. Mamanya memintanya kembali ke rumah.
"Iya. Faizan segera kesana." jawabnya lesu.
"Fan. Lo ke kantor duluan ya. Gue ada perlu sebentar. Lo bawa aja mobilnya." Kata Faizan
"Iya. Gue duluan."
******
Naya melihat jam di tangannya. Pukul 9.30. Ia pun membereskan mejanya dan bersiap untuk pergi.
Ia melirik sekeliling Cafetaria. Mencari Laila, karyawan sekaligus sahabatnya.
"La.." panggilnya saat melihat Laila yang membawa Nampan berisi dua jus jeruk.
"Ya, Mbak."
"aku mau keluar dulu. Kamu urus Kafe ya."
"iya, mbak. Hati-hati."
"iya. Assalamu'alaikum" pamitnya sambil tersenyum.
"Wa'alaikusalam"
Naya kemudian pergi dengan taksi online yang sudah dipesannya tadi. Ia mampir ke toko kue langganannya. Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya.
Dan kini, ia sudah sampai di depan rumah bergaya minimalis dengan pagar besi hitam. Ia pun memasuki gerbang.
"Assalamu'alaikum, Tante." Sapa Naya pada wanita paruh baya yang tengah menyiram bunga.
"Wa'alaikumsalam, Naya. Tante kangen banget sama kamu." ucap Wanita paruh baya itu sambil memeluk Naya.
Naya tersenyum.
"yuk, masuk dulu. Kita ngobrol di dalam." ajak Bu fara.
Sesampai di dalam, Naya mendapati Pak Hardi yang tengah membaca buku. Ya, memang sudah menjadi rutinitas lelaki paruh baya itu membaca buku saat waktu senggang. Karena beliau adalah seorang dosen.
"pagi, Om." sapa Naya.
"pagi, Naya. Kapan datang?" tanya Pak Hardi ramah.
"barusan Om."
"kamu sama siapa?"
"sendirian Om. Soalnya tadi abis dari Kafetaria langsung kesini."
Om Hardi mengangguk.
"Nay, gimana keadaan Alma?" tanya Bu Fara.
"tekanan darahnya udah mulai stabil, tante. Tapi, dia masih belum sadar." jawab Naya sendu.
"kita berdoa aja, mudah-mudahan Alma cepat sadar. Kamu yang sabar, ya."
.
.
Faizan menatap datar kearah Naya yang berada di samping Mamanya.
"Kamu temenin Naya ke rumah sakit, ya, Zan. Mama nggak bisa ikut Naya soalnya." pinta sang mama.
"Faizan nggak bisa, Mah. Faizan ada janji sama teman-teman Faizan." jawabnya menolak.
"mm, Naya pergi sendiri aja, tante. Nggak papa kok. Nggak enak juga ngerepotin." kata Naya sarkas.
"nggak Nay. Kamu nggak ngerepotin kok. Faizan akan nemenin kamu." Bu Fara menekankan setiap katanya sambil menatap tajam Faizan.
Faizan mendesah malas melihat sikap mamanya. Dan lagi ia dianaktirikan oleh ibu kandungnya sendiri. Dan itu hanya karena gadis di depannya itu, mantan sahabat sekaligus orang yang ia benci.
.
.
Di sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang mereka rasakan. Naya tak berniat bicara sedikitpun. Apalagi Faizan, lelaki itu kini hanya fokus menyetir seperti tak ada orang disampingnya.
"berhenti. Gue turun disini." sahut Naya dingin.
"ckk, jangan cari masalah deh. Nanti gue juga yang bakal disalahin Mama." balas Faizan.
"gue bakal bilang sama tante Fara, kalo lo nemenin kok ke rumah sakit. Lagian gue juga nggak suka semobil sama orang yang jelas-jelas nggak anggap gue ada di mobil ini." kata Naya sinis.
Faizan yang mendengar perkataan Naya dibuat naik pitam. Ia memukur stir mobil dan menginjak rem tiba-tiba.
"mau lo apa, sih?" tanya Faizan menatapnya tajam.
"harusnya gue yang nanya, mau lo apa?" balas Naya dengan suara meninggi.
"gue nggak ngerti kenapa sampai sekarang lo diemin gue. Gue nggak ngerti Zan.. Jadi, lebih baik sekarang gue turun." Ucap Naya yang ikut emosi.
Faizan menatapnya sinis. "silahkan lo turun dari mobil gue sekarang."
Naya pun membuka pintu mobil kasar dan keluar tanpa sepatah katapun lagi. Ia juga menutup pintu mobil dengan keras. Faizan yang melihatnya hanya bisa mengepalkan tangannya menahan amarah.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Mel Rezki
boom like thor
2021-07-09
2
Esty Jamalee
sejauh ini ceritanya menarik,aq suka..
2021-07-09
2