Naya duduk termenung di pinggir tempat tidur. Tangannya bergetar. Ia benar-benar gugup.
Permasalahannya adalah, hari ini adalah hari yang ditinggu-tunggu semua keluarganya dan keluarha Faizan. Hari pernikahannya.
Yah, Ia dan Faizan jadi menikah. Keinginan Refina beberapa hari yang lalu tidak terjadi karena Naya tak ingin mengecewakan keluarganya.
Dan hari ini, statusnya akan berubah dari seorang gadis menjadi seorang istri. Istri dari lelaki yang ia benci sekaligus cintai. Benar-benar rumit baginya.
Ceklek,,, bunyi gagang pintu dibuka membuyarkan lamunan Naya. Ia menoleh ke arah pintu, sudah ada Hana dan Bundanya disana.
Naya menatap kedua orang itu dengan tatapan gugup. Mereka pun menghampiri Naya.
"cantik banget pengantinnya." hibur Hana pada Naya.
Naya berusaha tersenyum. Ia menatap Bu Santu yang memegang tangannya.
"dingin banget. Kamu berdoa aja, biar acaranya lancar. " Bu Santi menggenggam erat tangan putri satu-satunya itu.
Wanita paruh baya itu tiba-tiba meneteskan air mata. Ia merasa tak rela melepaskan Naya karena Naya satu-satunya anak yang mereka miliki. Namun, ia ikhlas mengingat pernikahan adalah ibadah.
"Bunda sebenarnya belum rela kamu udah jadi milik orang lain." Kata Bu Santi dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat cemberut.
Naya dan Hana terkekeh melihatnya.
"namanya juga anak kesayangan, tante." Hana mencoba memecah suasana.
Mereka pun kembali terkekeh dengan Naya yang tersenyum paksa.
"Naya sebenarnya juga nggak yakin, Bun. Sejujurnya Naya cemas dengan kehidupan Naya kedepannya. Naya takut Faizan akan berbuat buruk nantinya seperti apa yang dia bilang waktu itu." Naya membatin.
"Ya udah. Yuk Han, kita keluar." ajak Bu Santi pada Hana.
Setelah mereka beranjak, Naya kembali sendirian. Ia lagi-lagi teringat ucapan Faizan saat di Cafetarianya.
"Ya Allah, aku berserah padamu. Jika nanti semua memang tidak membaik, maka hamba ikhlas." Gumamnya.
Naya mendengar bagaimana MC memulai acara di luar sana. Mulai dari pembukaan sampai Faizan membaca ijab qabul dengan lancar.
Bahkan ia ikut merinding mendengarnya. Ia tak menyangka lelaki itu akan dengan lancar menyebut kalimat akad itu.
.
.
Malam sudah hampir larut. Sementara kamar tidur bernuansa pengantin baru itu benar-benar senyap. Hanya keheningan yang menyelimuti kedua orang yang mengisi kamar tersebut.
Faizan, lelaki itu sibuk dengan ponselnya sendiri sembari duduk di sofa dekat jendela. Sedangkan istrinya, Naya memilih membaca novel di atas ranjang.
Keheningan itu terus berlangsung hingga terdengar dering ponsel Naya di atas nakas.
"Halo, Assalamu'alaikum Bu." ucap Naya
"......."
"Beneran Bu?" Naya tersenyum senang.
"iya, Bu. Naya segera kesana.... Iya, Wa'alaikumsalam." putus Naya.
Ia bergegas bangkit dari posisi duduknya dan melangkah ke meja rias dengan sedikit berlari. Hal itu tak luput dari perhatian Faizan.
Naya yang menyadari keberadaan Faizan, memilih mengatakan pada lelaki itu apa yang sudah terjadi.
"aku mau ke rumah sakit. Naya udah siuman." ujarnya.
"izinin aku pergi" pintanya.
"Pergi aja." jawab Faizan acuh.
Hati Naya merasa tertohok melihat respon suaminya itu. Ia mendengus sebal.
"ya udah. Assalamu'alaikum." pamitnya ketus.
Faizan menatap kepergian Naya dengan wajah datar.
Namun, entah mengapa hatinya tersentuh melihat Naya. Ia pun mengambil kunci mobil dan berniat menyusul Naya. Namun, saat sampai di depan, ia melihat Naya sudah naik taksi.
Ia pun kembali ke dalam dan berpapasan dengan Bi Ani, ART di rumahnya itu. Ya, mereka memang langsung tinggal di rumah pribadi Faizan.
.
.
Keesokan paginya, Naya sudah berada di rumah sakit. Ia tengah menyuapi Alma bubur yang ia beli tadinya di depan rumah sakit.
Namun, kali ini Naya tak sendiri. Ada Faizan bersamanya. Entah ada angin apa, tiba-tiba Faizan menawarkan untuk menemani Naya.
"Alma harus makan yang banyak ya. Biar bisa cepat pulang." kata Naya.
"iya, bunda. Alma juga udah bosan di sini terus. Sepi, nggak ada teman. Alma juga nggak boleh ngapa-ngapain." ucapnya dengan logat khas anak kecil.
Faizan yang melihat gaya bicara Alma yang sedikit cadel itu tanpa sadar tersenyum. Alma benar-benar lucu dimatanya.
Tangannya tanpa sadar terulur menyentuh kepala bocah 5 tahunan itu. Alma menatapnya penuh harap. Ia memandang Faizan sangat lama.
"aa.. lagi? sayang." Naya meminta Alma untuk membuka mulutnya.
Dengan tak rela, Alma mengalihkan tatapannya dari lelaki dewasa di hadapannya itu.
Dering ponsel Faizan terdengar. Ia pun beranjak keluar dari ruang rawat Alma untuk mengangkat telpon tersebut.
Alma kembali menatap Faizan dengan tatapan sendu. Entah kenapa bocah kecil itu terlihat sangat menyukai Faizan. Naya yang melihatnya menjadi heran.
"Alma, sayang. Kenapa? Kok bengong, sih?" tanya Naya lembut.
Alma menggeleng sambil mengulum senyum.
"nggak papa kok, Bunda."
Naya kembali menyuapi Alma yang makannya sudah kembali lahap. Gadis kecil itu terlihat sangat gembira bersama Naya.
Beberapa menit berlalu, namun Faizan tak kunjung masuk kembali setelah menerima telfon tadi.
Naya pun terbawa pikiran. Kemana suaminya itu pergi.
"Alma sayang. Bunda abis ini mau kerja, Alma sama Bu Siti dulu ya. Nanti siang bunda kesini lagi." ujar Naya.
Alma terlihat sedih. " yahh, Alma kira Bunda bakal nemenin Alma terus." jawabnya.
"nanti nunda balik lagi, kok. Sebentar aja. Bunda janji. Alma mau bunda beliin apa?"
"mmm,, Alma mau jeruk aja deh. Jeruk itu kan banyak vitamin C nya." ucap gadis kecil itu antusias.
Naya pun mengiyakan permintaan anaknya itu. Lalu, ia segera berangkat menuju Cafetaria.
.
.
Hiruk pikuk kendaraan terdengar sangat bising di jalanan ibukota. Ditambah lagi cuaca yang mulai panas, akan membuat siapapun tak betah lama-lama berada di luar.
Namun, Faizan, lelaki itu kini terpaksa mengikhlaskan energinya untuk diterpa panas terik matahari sebentar.
Saat diperjalanan menuju kantor, ia tak sengaja berpapasan dengan Monica, teman SMA nya dulu. Ia melihat monica yang tengah memperhatikan ban mobilnya.
Ban mobil gadis itu ternyata kempes. Faizan yang tak sampai hati, akhirnya membantu Monica mengganti ban mobilnya.
Saat sedang memasang kembali ban yang baru, Faizan tak sengaja melihat Monica yang tengah tersenyum memandangnya. Hal itu membuat Faizan heran dan sedikit risih.
"Kenapa, Mon?" tanya Faizan.
Monica pun tersadar dan merasa malu.
"hah,, nggak. Nggak papa. Eh, udah selesai?" ia mengalihkan pembicaraan.
"belum. Sedikit lagi." jawab Faizan dan ia kembali ke pekerjaannya.
Tanpa disadari Faizan dan Monica, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sejak beberapa menit yang lalu. Mata itu menatap kedua orang di pinggir jalan itu dengan sendu.
Kecewa. Itulah yang digambarkan tatapan gadis di dalam taksi itu. Naya, ia tak sengaja melihat Faizan yang tengah kesulitan mengganti ban mobil seorang wanita.
"kayanya dia orang yang penting buat kamu. Sampai kamu pergi aja nggak bilang. Mungkin aku emang nggak ada artinya ya, dimata kamu." Naya membatin.
"jalan lagi, Pak. Kita ke Cafetaria Bugenfil ya, Pak." titah Naya pada supir taksi.
.
.
Halo readers.. Jangan lupa like dan komentarnya ya. Kalau ada masukan, author dengan senang hati menerima masukan dari para pembaca. Karena author masih belajar, jadi masih banyak kekurangan.
Thank you....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Mel Rezki
like lagi dan lagi Thor. dari KARENA USTADZ AKU CACAT 🥰
2021-07-09
2
sn3
semangat ya Thor . 👍🙏
2021-03-05
3
sn3
semangat ya Thor . 👍🙏
2021-03-05
2