"Saya Gian, suami Rania."
Faizan tersenyum. "Saya Faizan."
"Kayanya mas kurang srek sama calon istrinya?" ucap Gian menerka sekaligus memancing reaksi Faizan.
Faizan melihatnya dengan kening mengerut.
"Maaf, mas." Gian merasa tak enak.
Namun, Faizan tersenyum simpul menanggapinya. "mas bener kok. Ya, maklum lah. Kami dulunya sahabat tapi sudah musuhan, dan sekarang orang tua kami menjodohkan kami." Ucap Faizan terdengar sendu. "maaf mas, jadi curhat."
" hahha. Nggak papa. "
"jadi, kalian dulu sahabat?" tanya Gian dan diangguki Faizan.
"tapi, kayanya mbaknya baik deh. Mungkin kalian ada rasa?"
"tiap hari bawaannya bertengkar kalo ketemu mas." Faizan terkekeh.
Gian tersenyum melihat interaksi istrinya dengan customernya itu. Ia mengerti sebagai sesama lelaki, Faizan memiliki perasaan pada Naya. Hanya saja gengsinya yang terlalu tinggi.
Dari cara Faizan menatap Naya, sudah menunjukkan bahwa ia sangat mengidamkan gadis itu.
"Mas mau dengar cerita?" Gian mencoba memecahkan suasana diantara mereka.
Faizan menatap Gian penuh penasaran. Ia kemudian mengangguk setuju.
"dulu ada seorang laki-laki yang diam-diam sudah jatuh hati pada seorang gadis. Tanpa mereka sadari, perasaan mereka tak bertepuk sebelah tangan. Hanya saja mereka sama-sama tidak tau. Laki-laki itu sering teringat dengan gadis tersebut. Sampai suatu hari, si pria mengetahui kenyataan bahwa gadis yang ia sukai juga menyukainya. Tapi, ia tak bertindak. Si pria hanya diam karena ia masih bingung dengan perasaannya. Ia ragu apakah benar ia mencintai gadis itu atau tidak. Saat itu, si gadis ternyata sudah dilamar oleh lelaki lain. Di situ si pria merasa kecewa dan marah. Baru ia sadar bahwa cintanya benar untuk sang wanita. Ia pun berusaha menggapainya. Namun, ada banyak halangan dan rintangan." Gian menghelas napas sesaat, ia teringat akan masa yang ia ceritakan.
"mulai dari si pria yang harus pergi ke luar daerah karena pekerjaannya, si gadis yang juga memilih pergi ke luar kota, kedatangan pria masalalu si gadis yang dulu menyukai gadis itu, hingga ternyata gadis itu hampir saja putus asa dan tak percaya lagi pada cinta. Dan semenjak saat itu, si pria berusaha mati-matian mengambil hati si gadis." Gian berhenti bicara.
Faizan sepertinya tertarik dengan cerita yang disampaikan Gian. "lalu?? Apa laki-laki itu berhasil?"
"ia sempat gagal. Karena gadis itu harus sakit karena pikirannya terganggu dan berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Semua teman-teman si wanita marah pada si pria."
"berarti masih lanjut?" tanya Faizan penasaran.
Gian terkekeh. "lanjutannya, gadis itu berhasil diyakinkan oleh pria tersebut. Mereka lalu menikah dan punya anak." lanjut Gian yang menatap bahagia pada anaknya saat diakhri kalimatnya.
Faizan tak mampu berkata. Cerita lelaki yang baru dikenalnya ini membuatnya berpikir.
"apa jangan-jangan,,, yang mas ceritain itu,,," Faizan terheran.
Gian tersenyum. "iya. Benar saya."
Faizan menggeleng pelan. Apa sesulit itu kisah mereka yang terlihat bahagia di depannya saat ini.
"Saya tau, mas mencintai calon istri mas. Kalahkan ego mas dari sekarang. Jangan kedepankan gengsi, kalau mas tidak mau menyesal nantinya." nasehat Gian.
Faizan hanya diam mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Gian. Sampai ia tersadar dari keterdiamannya saat dua wanita menghampiri mereka.
"Bunda..." panggil si anak yang ada di gendongan Gian.
Rania langsung menyambut sang anak yang sudah mengulurkan kedua tangannya. Sementara Faizan entah mengapa ia hanya tertegun melihat Naya yang sudah berada di hadapannya.
******
"lo yakin, Zan?" Gilang menatap sahabatnya yang tengah bimbang itu.
"kalo nanti terjadi masalah dalam rumah tangga kalian, apa lo siap buat lepasin Naya? Pernikahan itu nggak main-main, Zan. Apalagi lo bilang bakal bikin Naya nggak betah sama pernikahan kalian." tambahnya.
"gue juga nggak tau kenapa gue bisa ngomong gitu. Semua yang gue bilng ke Naya itu cuma tiba-tiba lewat di pikiran gue." Faizan terlihat kalut.
"udah deh. Mending lo nggak usah nikah aja dulu. Lo pikirin bener-bener apa yang harus lo lakukan." Lian ikut menimpali.
Mereka peduli pada Faizan. Dan mereka tak ingin sahabat mereka menjadi lelaki jahat yang tak menghargai wanita. Gilang, Lian dan Rio tak setuju dengan rencana Faizan untuk menyakiti Naya. Mereka tak bisa membayangkan jika itu juga terjadi pada pasangan mereka.
"gue ada janji sama Refina, gue mau pergi dulu." Lian bangkit dan menepuk pelan bahu Faizan.
"Yan.. Jangan lupa futsal nanti sore." sahut Rio mengingatkan Lian yang sudah melewati pintu.
"iya." jawab Lian terdengar samar.
"Lian bener, Zan. Jangan gegabah dulu. Empat hari lagi loh." Gilang bergidik.
"Ckk. Gue juga bingung. Tapi, gue mau coba jalani dulu. Gue udah bikin keputusan ini, dan nggak mungkin gue batalin."
"ya udah lah. Apa mau dikata lagi." kali ini Rio berucap.
******
Lian memandang ke dalam Cafetaria. Terlihat seorang wanita berhijab tengah berjalan ke arahnya dari dalam Cafetaria tersebut.
"yuk!!" ujar si wanita yang tak lain adalah Refina, istrinya yang sudah sampai di hadapan Lian.
Mereka pun segera pergi dengan Lian yang mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
"kita ke Supermarket dulu, ya. Mau beli Pengharum pakaian, udah habis soalnya." Kata si wanita.
Lian tersenyum mengiyakan. Ia berulang kali melirik sang istri. Entah apa yang ia pikirkan saat ini, yang pasti ia bersikap aneh.
"kenapa, sih?" tanya Refina heran.
"nggak." jawabnya.
Tak lama mereka sampai di depan supermarket.
"yuk, temenin." ajaknya
"iya. Ayo."
Saat di dalam supermarket, Naya memilih perlengkapan kamar mandinya yang di rumah sudah habis. Ia mengambil deterjen, sampo, sabun mandi dan pengharum pakaian.
Setelahnya, ia melangkah ke tempat makanan. Ia memilih-milih beberapa bahan makanan.
"oh, iya. Kayanya Naya mau batalin pernikahannya." Ujar Refina acuh.
"hahh???" Lian benar-benar terkejut.
Ia tak pernah terpikir kalau Naya akan melakukan hal itu. Padahal belum lama ia memberi saran pada Faizan untuk membatalkan pernikahannya, tapi malah Naya yang akan melakukannya.
"kok bisa?" tanya Lian tak percaya.
"aku yang minta. Karena Faizan itu kan benci banget sama Naya. Aku nggak mau lah sahabat aku disakitin sama dia." Jelas Refina menatap Lian dalam.
"nggak, sayang. Faizan itu sebenarnya cinta sama Naya. Tapi, dia masih cemburu aja sama Hasbi." Lian mencoba meluruskan kesalahpahaman pemikiran istrinya itu.
"iihh, apaan. Cinta nggak kaya gitu. Emang kamu cinta sama aku kaya gitu juga? Dianya aja yang ****." Sinis Refina.
"ya,, nggak sih." Lian menyengir.
"udah, ah. Yuk! Aku mau beli bahan masak." ujarnya jutek.
"iya, iya.."
Setelah selesai belanja bahan-bahan makanan, mereka langsung membayarnya ke kasir. Kemudian mereka langsung pulang.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Quora_youtixs🖋️
semangat kak
2021-07-10
1