.
.
.
Setelah kejadian tadi siang, Naya mencoba bersikap biasa saja seperti tak terjadi apa-apa. Meskipun kenyataannya hatinya sakit melihat suami yang dicintainya itu lebih mementingkan wanita lain.
Apalagi mengingat sikap Faizan selama ini, bahkan setelah menikah pun lelaki itu tak pernah baik dan mengacuhkannya.
Sore ini Naya berniat untuk mengunjungi Alma lagi seperti biasa. Namun, saat baru keluar dari Cafetaria Naya terheran melihat keberadaan suaminya itu yang tiba-tiba.
Ia pun menghampirinya. Faizan yang menyadari kedatangan Naya, malah menatap gadis itu datar.
"Mama nyuruh aku nemenin kamu ke rumah sakit." tiba-tiba ia berkata tanpa ekspresi.
Naya yang mendengar itu hatinya mencelos. Ternyat karena Mama, bukan keinginannya sendiri.
"aku kira kamu udah mulai peduli sama aku."
"ayo berangkat." ajaknya.
"hmm"
Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam. Bahkan, saat sampai di rumah sakit pun, Faizan tak berkata apa-apa.
Faizan turun lebih dulu dan langsung meninggalkan Naya yang masih mematung di dalam mobil menatap kepergian Faizan. Ia menghembuskan napas, hatinya seperti teriris melihat itu.
Naya pun menyusulnya. Setelah sampai di ruang rawat Alma, mereka langsung masuk. Ada Bu Siti dan Bu Syaroh yang tengah menemani Alma mengobrol.
"eh, bunda Naya udah datang." Bu Syaroh menyambut Naya.
"hai sayang. Gimana keadaan kamu? Masih ada yang sakit?" tanya Naya perhatian.
Alma menggeleng. "Bunda. Kapan sih, Alma boleh pulang. Alma udah bosan banget."
"sabar ya, sayang. Kita tunggu Alma bener-bener pulih dulu."
"Om ganteng kesini juga." ujar Alma.
Faizan memandang Alma iba. "gimana perasaan Alma? Udah baikan" kali ini Faizan bertanya sembari membungkukkan badannya mensejajarkan dengan tinggi Alma yang bersandar si kepala brankar.
"Alma udah sehat banget, om. Makanya Alma pengen pulang. Disini itu nggak bisa ngapa-ngapain. Alma kan pengen main. " curhatnya
Faizan terkekeh. " sabar ya. Besok juga pasti Alma udah boleh pulang."
Merekapun terus mengobrol. Faizan juga mengajak Alma bermain seperti tebak-tebakkan, berbagi lelucon, dan hal lain untuk menghibur Alma.
Ketiga wanita yang juga berada di ruangan itu melihatnya bahagia. Terutama Naya, ia tersentuh melihat interaksi dua orang berbeda generasi itu.
.
******
.
3 hari kemudian.
Naya sedang membereskan pakaian dan perlengkapan Alma. Hari ini, dokter sudah memperbolehkannya pulang. Alma sangat gembira mendengar pernyataan dokter dan membuatnya berteriak senang.
"Bunda, kita akan pulang ke rumah Bunda, ya?" Tanya Alma.
Naya tersenyum. "iya, sayang. Alma mau kan?"
"mau banget, bunda." jawab gadis kecil itu gembira.
Bu Siti masuk ke ruangan Alma. Wanita paruh baya itu tersenyum melihat Alma yang sangat ceria.
"Alma akhirnya pulang juga. Senang, nggak?" tanya Bu Siti.
"Alma senang banget, bu. Apalagi pulangnya ke rumah Bunda."
Bu Siti lalu mengubah raut wajahnya seperti orang sedih. "Yah, jadi Alma nggak senang kalo pulang sama ibuk?"
"eh, bukan kok, buk. Alma senang kok kalo pulang sama ibuk. Tapi,,," Alma tak melanjutkan perkataannya.
"hehe. Ibu bercanda kok. Ibu ngerti kok, kalo Alma bahagia banget udah punya orang tua baru. Jadi, Alma harus jadi anak baik, ya. Nurut sama bunda, jangan nakal." Nasehat Bu Siti sambil memegang bahu Alma.
"iya, buk. Alma akan jadi anak baik."
Setelah itu mereka langsung meninggalkan ruangan tersebut. Sesampai di depan, Naya melihat taksi yang lewat.
"hari ini kita pulangnya pake taksi ya." ujar Naya.
"memangnya Om ganteng nggak jemput, ya bunda?" tanya Alma.
Naya menggeleng. "mm, Om gantengnya lagi kerja. Nanti kita ketemu di rumah aja, ya." Naya mencoba memberi pengertian pada Alma yang diangguki bocah 5 tahunan itu.
Alma mengangguk pasrah. Entah kenapa ia sangat ingin dijemput oleh Faizan. Ia sangat nyaman berada di dekat lelaki itu karena Faizan selalu memberikan perhatiannya meskipun hanya 2 hari berbaur.
Ia seperti mendapatkan perhatian dari seorang ayah saat bersama Faizan.
Setelah mendapat taksi, merekapun pulang ke rumah Faizan dan Naya.
******
.
.
.
Waktu makan siang hampir masuk. Di sebuah ruangan kantor terlihat seorang pria tengah fokus ke layar monitor di depannya. Satu tangannya memegang kening, dan satunya lagi menggeser mouse yang tersambung ke komputer.
Sesekali lelaki itu menghembuskan napas lelah. Lalu, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.
"........"
Setelah mendengar suara di seberang telepon, baru ia menyadari siapa yang menghubunginya. Ternyata Rifan, sekretarisnya.
"Harus sekarang, ya?" tanyanya. Ia memejamkan mata mendengar jawaban Rifa.
"oke. Kamu pesan tiket sekarang. Kita berangkat 3 jam lagi." putusnya.
Setelah panggilan terputus, Faizan mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar pusing sekarang dengan pekerjaannya. Salah satu proyek di luar kota yang ditangani perusahaannya mengalami masalah. Dan ia harus mengatasi langsung ke lokasi.
Ia lupa akan sesuatu yang kini beberapa hari terakhir ini sudah menjadi bagian penting baginya. Ia bahkan larut dengan urusan pekerjaannya ini.
Beberapa jam berlalu, dan kini ia sudah sampai di Bandara. Setelah makan siang tadi, ia langsung berangkat dan bertemu dengan Rifan di bandara.
"Kamu bawa berkas proposal proyeknya kan, Fan?" tanya Faizan saat hendak memasuki bandara.
"Iya, pak. Saya sudah bawa semuanya."
"Oh iya, meeting dengan PT. X minta tolong Jeri yang handle. Suruh dia ambil dokumennya sama Anin."
"Baik, Pak. Saya hubungi dia dulu." Rifan agak menjauh untuk menghubungi Jeri.
Sementara Faizan, ia sibuk dengan tabletnya.
******
Hallo readers.... selamat membaca ceritanya ya.
Mohon dimaklumi ya kalo ceritanya itu kurang bagus, karena Author juga baru belajar mengekspresikan ide author ke dalam cerita.
Jadi, bagi readers yang mau kasih komentar, baik saran maupun kritikan, Author berterimak kasih banget loh....
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Quora_youtixs🖋️
good job kak 👍
2021-07-10
1