Naya pulang dari rumah sakit setelah maghrib. Ia baru saja selesai shalat Isya di mesjid di depan gang masuk kompleks.
Setelah selesai membereskan perlengkapan shalat, Naya berniat akan langsung pulang. Ia melihat ke depan gerbang, sudah mulai sepi orang yang lewat.
Ia pun berniat pulang sendiri. Namun, saat baru keluar dari gerbang, ia dikagetkan oleh sebuah mobil yang tiba-tiba berehenti di dekatnya.
"naik.. Udah malam, nggak aman jalan sendiri." ujar lelaki di dalam mobil tersebut.
Naya mendesah malas. Ia memalingkan wajahnya kearah lain, sementara lelaki itu masih melihat kearahnya.
"buruan.." tegasnya membuat Naya sedikit tersentak dari keterdiamannya.
Dengan terpaksa Naya memasuki mobil. Lalu, lelaki itu melajukan mobilnya.
Sepanjang jalan menuju ke rumah Naya, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Baik Naya maupun lelaki itu, Faizan hanya diam mempertahankan ego masing-masing.
Namun, tiba-tiba Naya yang tidak tahan dengan keterdiaman mereka memilih bersuara. Meskipun nantinya akan tetap diacuhkan Faizan.
"kalo cuma bakalan diam-diaman kaya gini, ngapain lo nebengin gue?" Gumam Naya.
"gue turun disini. Berhenti, Zan." pintanya.
Faizan masih menyetir dan tak berniat menghentikan mobilnya. Hal itu membuat Naya semakin kesal.
"ZAN.. BERHENTI. GUE MAU TURUN. FAIZAN BERHENTI!!" Teriak Naya marah.
Faizan spontan menginjak rem nya. Naya pun terhempas ke dasbor mobil. Ia menghapus air matinya yang sudah mengalir sedari ia mulai berbicara tadi.
Faizan masih memilih diam. Ia tak mencegah Naya yang berusaha keluar dari mobilnya.
Mereka sama-sama keras, sama-sama keukeh dengan ego masing-masing. Hingga tak ada yang mau mengalah sampai saat ini.
Begitulah hubungan dua sahabat itu setelah pertengkaran mereka 5 tahun lalu. Hal itu membuat keduanya semakin saling membenci dan juga mencintai.
Naya sangat mencintai Faizan, buktinya ia sampai menolak banyak lelaki yang jatuh hati padanya, hanya karena seorang lelaki sombong dan keras kepala itu.
******
Sudah 3 hari Alma dirawat. Belum ada perkembangan sedikitpun dari kondisi anak itu. Naya selalu datang setiap pagi, siang, dan malam.
"Alma sayang. Kamu cepat bangun dong. Bu guru kangen loh. Ibu kangen lihat senyum kamu, kamu yang lagi ketawa, bawelnya kamu. Sepi banget kalo kamu tiduran terus kaya gini." Naya mengajak Alma mengobrol meskipun tak ada jawaban dari gadis kecil itu.
"Cepat bangun ya, sayang." ucap Naya lagi sembari tetap mengelus tangan Alma dengan sayang.
Setelah itu Naya keluar dari ruang rawat Alma dan menghampiri Bu Halimah dan Bundanya di ruang tunggu. Untuk hari ini, Bu Halimah gantian yang menjaga Alma. Sedangkan Bu Siti di Panti bersama Mbok Nisma dan Bu Lani.
"Bun, Bu. Naya mau bicara penting." ucap Naya ragu-ragu.
Bu Siti dan Bunda saling melempar pandangan.
"Kalo Bunda izinin Naya, Naya mau adopsi Alma setelah Alma sembuh." kata Naya.
Bunda menatapnya dalam, mencari keraguan di mata sang anak. Kemudian, Bunda menatap Bu Siti yang berdiri duduk disampingnya. Bu Siti memberikan isyarat setuju dengan menganggukkan kepala dan mengedipkan mata sesaat.
"Kamu yakin?" tanya Bunda.
"Naya yakin, Bun. Karena Naya sayang banget sama Alma. Dan Naya pengen jagain Alma terus." ucap Naya lirih.
"Ya sudah. Bunda kasih izin. Nanti setelah Alma sembuh, dia tinggal sama kita." Kata Mama.
"Makasih ya, Bun." Naya memeluk Bundanya erat.
Bu Siti hanya melihatnya sambil tersenyun. Bu Siti tahu betul bagaimana Naya selama ini sangat menyayangi Alma.
******
Malam hari di rumah keluarga Hardi
"Zan, kamu udah ke rumah sakit, belum?" Tanya Bu Fara pada anak bungsunya.
"Belum, Mah. Emang siapa yang sakit?" tanya Faizan santai.
"loh, Naya emangnya nggak ngasih tau kamu kalo anak didiknya di Panti kecelakaan?" Bu Fara balik bertanya.
Faizan gelagapan. Ia jelas tahu bagaimana reaksi mamanya setelah mengetahui bahwa dirinya belum juga berbaikan dengan Naya.
"mm, Mah. Faizan ada urusan sama Rio pagi ini. Jadi, Faizan harus buru-buru. Faizan juga udah selesai. Berangkat dulu ya, Mah." Ucapnya mengalihkan pebicaraan tadi.
Faizan bangkit dari duduknya dan menyalami Mama dan Papanya. Kemudian ia pergi begitu saja setelah mengucap salam. Bu Fara dibuat geram karena anaknya itu tak memberi jeda untuknya berbicara.
"iihh. Dasar ya, anak itu bikin kesal." Geram Bu Fara.
Pak Hardi hanya terkekeh melihat tingkah istrinya.
"sudah lah, Mah. Biarin aja. Nanti juga baikan sendiri." kata Pak Hardi.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Quora_youtixs🖋️
keren kk sukses selalu buat kakak
2021-07-10
1