SEMALAM (2)
❤❤❤❤❤❤
Aku..membantu Leya? Membantu gimana coba? Nolong kelola perusahaan selama dua minggu dia di Negara H? Hahahaha, becandakan. Kalau memang aku mau, dari dulu lagi Le, enggak perlu nunggu sekian lama. Hahahaha.
"Bukan ngurusi perusahaan kok", seakan Leya tahu apa yang tengah dipikirkan Feya saat ini.
"Hah?" Feya kaget.
Kok bisa tau aku mikir apaan.
"Trus mau kamu aku bantu apa?" Feya bertanya.
"Rencana aku buat stay belajar masak di Negara H, hanya kamu dan Tiwi, sekretarisku yang tahu. Papa, Mama dan terutama Hadi gak boleh tahu. Ini semua akan menjadi hadiah pernikahan kami nanti dan tentu aja kejutan buat Papa dan Mama". Leya mulai menjelaskan.
"Aku masih belum ngerti", Feya masih belum menemukan point bantuan darinya untuk Leya.
"Jadi, selama dua minggu nanti Tiwi bakal bantu aku menjalankan perusahaan. Kendali dan keputusan tetap di aku, tetapi pelaksanaan Tiwi yang tolongin. Nah, Papa dan Mama bakalan aku bilangin kalau selama dua minggu itu, aku ada kegiatan di lapangan. Yang intinya mereka bakal kesulitan temui aku selama dua minggu ini, aku jamin alasan aku nanti pasti masuk akal deh". Jelas Leya lebih panjang lagi.
"Hadi gimana? Kamu belum jelaskan?" Tanya Feya kemudian.
"Khusus, untuk Hadi itu menjadi tugasmu. Kamu harus bantu aku Fe". Jawab Leya sambil tersenyum manis, sangat manis pada Feya.
Melihat senyum di wajah Leya yang di buat sedemikian rupa, di buat sangat manis. Seketika itu pula hati Feya menjadi tidak enak.
Apa yang tengah direncanakannya? Semoga bukan hal aneh, semoga Tuhan.
"Senyum kamu enggak tulus, jujur apa rencana kamu? Kamu jangan macam-macam Le". Feya mulai merasa tidak nyaman.
"Hey ayolah Fe, masa kamu takut lihat aku tersenyum. Santai Fe".
"Gak usah basa basi, mau kamu apa?" Feya merasa Leya memiliki ide aneh.
"Kita mainkan permainan semasa kita kecil dulu Fe, kamu bantu aku dengan itu. Yaaaa". Leya merapatkan kedua tangannya di depan dada. Dia bermohon pada Feya saat ini.
"Hah, benar pikiranku. Kamu punya ide gila. Le, becanda jangan keterlaluan juga kali, aku enggak suka". Feya mulai gelisah dengan ide Leya.
Bukan tanpa dasar kegelisahan itu terjadi. Dia tahu benar apa arti kata-kata Leya itu. Bermain permainan semasa kecil kembali. Hohoho, kamu dapat ide gila itu dari mana Le.
Dulu mereka masih kecil, baru saja memasuki bangku SLTP, masih sangat mudah memainkan permainan tersebut. Jangan di tanya bagaimana gampangnya bagi Leya dan Feya menyelesaikan tugas mereka dalam permainan itu. Terlalu mudah malah, satu kelas, ralat. Dua kelas, berhasil mereka kecoh, bahkan orang tua mereka pun tidak pernah tahu hingga saat ini, kalau masa itu mereka tengah berganti peran.
Ya, permainan yang di maksud Leya adalah permainan berganti peran. Leya berganti peran menjadi Feya dan Feya berganti peran menjadi Leya. Permainan peran yang sangat berani mereka mainkan, entah dari mana keberanian itu timbul. Dan seperti saat ini, ide bermain peran itu timbul karena regekan Leya juga.
*****
Masa Itu
"Aku gak bisa memainkan pianika itu Fe, gimana dong nasib ujian praktekku besok?" Leya yang sampai hari ini belum juga bisa memainkan pianika mulai panik. Padahal jangan di tanya usahanya dalam belajar, sudah sangat maksimal. Bahkan Feya pun ikut juga mengajarinya, tetapi tetap saja sudah hampir satu bulan bergelut dengan pelajaran musik, khususnya pianika. Dan Leya tetap tidak bisa.
"Aku nyerah Fe, aku dah capek. Aku pasrah deh dapat nilai jelek". Leya sudah tidak sanggup belajar lagi.
"Jangan konyol kamu, masih ada waktu malam ini buat belajar. Pasti bisa". Feya berusaha memberi semangat.
"Aku bukan kamu Fe, kalau kamu mungkin iya bisa belajar dalam semalam. Kalau aku, kamu tahukan sudah satu bulan ini dan hasilnya apa? Sekarang kamu bilang satu malam aku bakal bisa, boong juga kira-kira Fe". Leya sudah menatap lantai kamarnya dalam keputusasaan.
"Lantas udah, gini aja. Pasrah nggak dapat nilai? Kamu gak malu sama Papa dan Mama, gagal di kelas musik?" Feya masih berusaha menyakinkan Leya.
"Aku enggak bakat musik, kita bedua tau itu". Leya benar-benar sudah menyerah.
Feya tidak sampai hati melihat saudara kembarnya saat ini, tetapi dia juga tidak tahu harus apa. Memang benar yang dikatakan Leya, mana mungkin dalam waktu satu malam Leya bisa menguasai alat musiknya. Sedangkan waktu satu bulan saja gagal. Kalau tidak memiliki bakat musik, semua pasti terasa sulit.
"Maaf ya". Feya sedih melihat Leya hanya diam saja sekarang. "Andai saja kemampuan bermusikku bisaku pindahkan padamu Le". Feya berandai-andai.
"Ahaaa". Suara senang Leya membuat Feya terkejut.
Tadi sedih, sekarang senang. Gawat nih, dah mulai kesambet nih anak gara-gara gagal musik.
"Kamu ngapain buat aku kaget?" Tanya Feya kesal.
"Hehehehe, sorry sistaku sayang. Khilaf tadi". Cengir Leya, "kamu benaran dengan permintaanmu tadi?" Tanya Leya semangat.
"Apa? Yang mana?" Sekarang Feya yang gagal fokus.
"Yaelah Fe, cepet amat lupanya. Itu loh tentang andai-andaimu buat memindahkan kemampuan musikmu ke aku". Leya mengingatkan Feya kembali.
"Terus?"
"Ya..kamu seriuskan?" Tanya Leya memastikan.
"Andai aku bisa Le, tapi mana mungkin. Kamu pikir aku bisa ilmu apa gituh buat transfer kemampuan musikku sama kamu. Impossible". Feya menyakinkan Leya.
"Enggak, gak ada yang gak mungkin. Its so easy sist, sangat gampang. Kita tinggal bertukar peran saja, kita anggap sedang melakukan permainan. Mudahkan? Kamu masuk ke kelasku, saat jam musik. Jadi aku dan mainkan pianika buatku. Aku sukses ujian praktek dapat nilai bagus, Papa dan Mama senang. Dan aku, aku pada saat itu menjalankan peran sebagai kamu. Masuk kelas kamu dan duduk mendengar pelajaranmu. Jam berakhir, kita kembali ke diri masing-masing. Taraaaaaaa, so easy". Leya mengenggam tangan Feya saking semangatnya.
"GAK, KAMU GILA?". Feya langsung membentak Leya setelah mendengar idenya tadi.
"Hey, dimana gilanya. Itu cuma permainan. Kita ini identik Fe, nggak akan ada yang tau. Percaya deh, ini tuh mudah. Lagi pula kita kan cuma main durasi dua jam paling lama. Ayolah Fe, kamu enggak mungkin tegakan lihat aku gagal kan, iya kan Fe? Leya memohon penuh harap.
"Aku, aku gak sanggup Le. Maaf" Feya tidak sanggup mengikuti keinginan Leya.
Hiks, hiks, hiksssss. Terdengar suara Leya mulai menangis. Astaga, kenapa nangis coba. Aku harus gimana ini, aku mau bantu Le, tapi jangan dengan cara seperti itu. Aku takut, nanti kalau ketahuan gimana? Bisa ****** kita berdua, bisa dikeluarkan kita dari sekolah. Belum lagi Papa dan Mama, bisa murka mereka sama kita.
Sesaat Feya memijat kepalanya, tiba-tiba dia merasa sakit pada bagian kepalanya dan bisa diketahui apa penyebabnya. Lama, mungkin sudah ada dua puluh menit berlalu, tetapi tangis Leya tetap terdengar. Feya sekarang mulai panik sendiri. Apa yang harus diperbuatnya?
Tolong, enggak, tolong, enggak. Aduhhh pusing kepalaku.
"Jangan nangis lagi, berisik. Hapus air matamu!" Perintah Feya pada Leya.
Leya hanya membalas dengan suara tangisnya, hiks, hikss, hiksss.
"Aku bakal bantu kamu, kita bertukar peran. Tapi kali ini saja!" Uajr Feya malas.
"Asikkkk, aku sayang kamu Fe. Kamu satu-satunya saudaraku yang paling baik di dunia ini, makasih ya kembaranku". Leya berteriak bahagia. Memeluk Feya penuh suka, dia benar-benar selamat. Bukan main senangnya hati Leya saat ini.
"Emang saudara kamu ada berapa? Selain aku masih punya saudara lagi?" Feya bertanya sewot.
Dan akhirnya permainan itu pun berlangsung. Feya menjalankan perannya sebagai Leya, masuk ke kelas musik di dua jam terakhir pelajaran. Mengantikan Leya untuk ujian praktek musik, bermain pianika. Semua berjalan lancar, Feya sukses menjalankan pergantian perannya, dan Leya akhirnya dipastikan akan mendapat nilai sempurna.
Bagaimana dengan Leya saat menjalankan peran sebagai Feya? Tentu saja lancar, sangat lancar. Leya tinggal duduk manis menyimak pelajaran di jam terakhir pada kelas Feya. Sama sekali nggak sulit, dan dia suka menjadi Feya. Tetapi hanya untuk sesaat saja, karena sejujurnya bagi Leya sangat sulit menjadi Feya. Feya yang monoton, Feya yang selalu menyendiri, tenang di tempat duduknya tanpa bergaul satu sama lain. Rasanya Leya ngemes banget, secara seorang Leya itu auto supel banget. Dia sangat gampang bergaul dengan siapa saja, tanpa lihat usia dan jenis kelamin. Tapi biarlah sesaat menjadi Feya, demi bisa mendapatkan nilai bagus. Begitulah kira-kira pendapat Leya.
Apakah setelah Leya sukses mendapatkan nilai sempurna dengan bermain peran bersama Feya, maka semua selesai? Permainan ini tidak pernah mereka mainkan lagi? Tentu saja jawabannya adalah tidak, kejadian kelas musik Leya bukan yang pertama membuat Feya harus fokus dalam perannya. Masih ada lagi, lagi dan lagi, selama mereka menghabiskan masa SLTP di sekolah yang sama. Maka selama itu pula Leya sangat sering meminta kembarannya untuk bermain peran. Dan tentu saja permainan itu terjadi karena rangekan-rengkean Leya pada Feya, selalu ada saja alasan Leya yang terjebak pada masalah pelajaran atau pun masalah-masalah lain yang sukses membuat dia selalu meminta Feya untuk bersamanya bermain peran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Di
kekanan²an
2022-12-01
0
Dian Alsyifa Raisya
bagus ceritanya.. 🙂👌🏻
semangat ya mb.. 😉👍🏻
2020-07-02
1