AKU INGIN MENJADI ISTRI SEUTUHNYA
❤❤❤❤❤❤
"Nonton apa nih maunya kamu Le?" Tanya Feya sambil membolak balik koleksi film terbarunya saat Leya telah duduk di sofa depan televisinya.
"Apa aja deh, aku ikut kamu", jawab Leya tidak terlalu antusias.
"Loh kamu ini, tadi bilangnya mau nonton. Sekarang malah nggak minat gituh". Feya menjawab rasa tidak semangat kembarannya.
"Udah gak usah nonton, sekarang kita duduk di balkon aja gimana? Kamu bawa selimut gih ke sana dan aku akan membuatkan susu coklat hangat untuk kita". Feya merubah rencana mereka sekarang.
Leya yang mendapat ajakan tersebut hanya menganggukan kepala saja dan berjalan ke arah kamar Feya untuk mengambilkan selimut tebal dari atas ranjang Feya untuk menyelimuti mereka di balkon nanti. Sedangkan Feya, sudah siap dengan dua gelas susu coklat hangat ditangannya.
"Sini", ujar Feya sambil menepuk sisi tempat duduk di sebelahnya, saat melihat Leya datang kearahnya dengan selimut hangat di tangan.
Leya duduk tepat di sebelah Feya dan membiarkan Feya menutupi tubuh mereka dengan selimut yang tadi dibawanya. Setelah selesai, Feya pun memberikan gelas susu coklat hangat milik Leya padanya.
Leya merasa sangat nyaman berada dalam balutan selimut bersama Feya, sambil sesekali meneguk kehangatan susu coklat buatan Feya, matanya pun sibuk memperhatikan ke arah taman yang tepat berada di depan balkon apartemen Feya.
Ternyata saat malam hari, taman tersebut dihiasi lampu taman warna warni, sangat indah, sangat tenang. Rasanya benar-benar tenang berada di sini, sampai-sampai tanpa disadarinya ternyata Leya sudah bersandar kepada Feya. Entah sudah berapa lama hal itu terjadi, yang jelas dia merasa nyaman dengan susu hangat dan bersandar kepada Feya di dalam balutan selimut tebal.
"Le", Feya mulai bersuara.
"Hemm", jawab Leya singkat.
"Kamu ingat saat kita masih kecil, biasanya saat kamu lagi sedih. Kamu akan masuk ke kamarku dan tidur dalam selimutku sambil bercerita tentang apa yang kamu rasakan saat itu?" Feya mengingatkan kembali masa kecil mereka.
"Iya, aku ingat. Kamu selalu menjadi pendengar setiaku, padahal aku gak jarang pake adegan menangis segala dan menjadikan selimutmu sebagai kain lap untuk air mataku". Ujar Leya sambil mengingat betapa sabarnya Feya menghadapinya saat itu.
"Hahahaha", tawa Feya mengingat hal tersebut. "Aku harus merelakan selimut bergambar pooh, kau jadikan pengelap ingusmu".
"Hahaha", Leya pun tertawa mengingat ulahnya di masa itu. "Dan kamu hanya diam saja membiarkan aku melakukannya. Kamu memang saudara terbaikku Fe". Suara tulus Leya memuji kembarannya.
"Hey..tentu saja aku saudara terbaikmu. Karena hanya aku loh saudaramu, kamu jangan pura-pura amnesia saat ini". Feya berusaha membuat lelucon.
"Hahahaha, tentu saja aku gak amnesia Feya". Leya tertawa dengan lelucon Feya.
"Sekarang sudah mau cerita sama aku, apa yang menganggu hatimu saat ini?" Tanya Feya sambil menatap lampu warna warni di taman depan balkon apartemennya.
"Fe, aku sangat ingin menjadi seorang istri sepenuhnya. Seorang istri yang sempurna untuk Hadi. Kamu tau, rasanya tidak adil bagi Hadi yang begitu mencintaiku memiliki aku yang seperti ini". Leya mulai bercerita.
"Seperti ini? Seperti apa Le?" Feya belum bisa mengerti arah cerita Leya.
"Ya, seperti aku ini Fe. Masa kamu nggak ngerti?" Leya menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, seperti ini, itu apa? Aku memang gak ngerti Le". Ujar Feya dengan lembut. "Kamu nggak sedang berantem ma Hadikan?" Feya mulai menyelidiki.
"Enggak kok Fe, Hadi itu laki-laki baik, sangat mencintai aku apa adanya. Bagaimana mungkin aku bisa berantem ma dia".
"Lantas?" Feya masih berusaha merangkai kata-kata Leya.
"Fe, menurut kamu, seorang wanita yang gak bisa masak itu, apa bisa dikatakan sebagai wanita seutuhnya?"
"Kenapa membahas masalah memasak?"
"Fe, beberapa bulan lagi aku akan menjadi Nyonya Hadi, aku tau Hadi tidak pernah mempermasalahkan ketidakbisaan aku memasak. Tetapi apa mungkin seumur hidup rumah tangga kami, aku tidak akan pernah memasak apa pun untuk suami dan anakku?"
"Begitu rupanya", Feya mulai mengerti apa penyebab kegundahan hati kembarannya saat ini. "Le, menurut aku kesempurnaan seorang wanita itu bukan di ukur dari kemampuan masaknya atau tidak bisa masaknya. Itu semua tergantung kasih sayang si wanita dalam mengarungi rumah tangga mereka. Kamu tau, ada rumah tangga yang kebetulan tidak dikaruniakan Tuhan akan keturunan, bukankah itu masalah yang cukup rumit, tetapi mereka tetap bahagia. Karena apa Le? Karena kasih sayang di dalam diri satu sama lain yang sangat kuat dan mereka tetap setia dalam cinta mereka. Lantas kamu, hanya karena masalah masak, bisa berpikir tidak sempurna. Apa kamu nggak berlebihan?" Feya mulai berbicara panjang pada Leya.
"Kamu gak ngerti Fe, kamu sih belum merasakan jatuh cinta dan rasa takut tidak bisa menjadi yang terbaik untuk pasangan".
"Hey, kok malah ke ranah percintaanku sekarang? Okeh, aku memang belum pernah merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, tapi aku punya teman yang menikah tanpa kemampuan bisa memasak. Sampe sekarang mereka baik-baik saja tuh, rumah tangga mereka aman dan bahagia, malah anak pertama mereka sudah hampir satu tahun umurnya Le".
"Tapi itukan temanmu Fe, kalau aku nggak mau seperti itu. Aku mau bisa masak, yah mungkin aku tidak akan bisa menjadi jago masak seperti kamu. Aku sadar memasak memang bukan keahlianku, tapi setidak-tidaknya bisalah Fe mengolah beberapa bahan makanan menjadi makanan yang layak makan. Dalam bayangan aku, saat aku dan Hadi libur, weekend gituh maksudnya. Aku mungkin bisa membuatkan sarapan pagi untuk kami. Kan seru Fe, Hadi sarapan masakan aku. Kamu pasti juga berharap gituhkan saat menikah nanti?"
Feya mengangguk pelan, tentu saja saat masa bahagia itu tiba Feya dengan senang hati akan mengurus sendiri keluarganya, memang seperti itulah bayangan Feya selama ini. Walaupun dia masih sendiri, tetapi dia adalah wanita normal yang berharap suatu masa nanti akan berumah tangga dengan lelaki yang mencintainya, mencintai dia dengan segala kekurangannya.
Yah, Feya telah mengerti sekarang penyebab kegundahan hati saudara kembarnya itu. Memang masalah yang sepele kedengarannya, tetapi karena ini merupakan curahan hati kakak satu-satunya yang dimiliki Feya, dia bisa merasakan betapa berat semua ini bagi Leya. Tentu saja, semua wanita ingin menjadi yang terbaik untuk pasangannya, apa lagi Feya bisa melihat ketulusan Hadi pada Leya, bagaimana cara Hadi memuja Leya. Wajar Leya sangat ingin menjadi seorang wanita seutuhnya buat Hadi, pasti inilah cara Leya membalas Hadi yang sangat mencintainya.
Tetapi, Feya bukanlah wanita dengan keahlian tinggi dalam masalah percintaan. Ya, mungkin kalau Leya mengajaknya membahas masalah lain, dia pasti akan sangat mudah mencarikan solusi buat Leya. Tentu Feya berani jamin kemampuannya untuk itu. Tetapi untuk masalah percintaan, dia hanya mampu menjadi pendengar saja. Ini masalah tersulit dalam hidupnya, bahkan lebih sulit dari menghadapi dosen killer semasa dia kuliah dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments