BANYAK PIKIRAN
❤❤❤❤❤❤
"Ibu kenapa". tanya Menik, asisten pribadi Feya yang merasa heran dengan sikap Feya hari ini.
"Oo, saya nggak papah Nik", jawab Feya yang terkaget dari lamunannya.
Sejak kapan Menik berdiri di situ? Aku sampe kaget dibuatnya.
"Tapi Bu, em..maaf sebelumnya. Saya lihat hari ini Ibu seperti lagi banyak pikiran?" Menik masih berusaha mencari tahu penyebab perubahan sikap Feya hari ini.
Sejujurnya, sedari pagi Menik sudah terheran-heran melihat atasannya itu lebih banyak diam, sekan-akan sedang larut dalam begitu banyak pikiran. Seperti ada masalah penting sekali yang tengah dihadapinya, tetapi Menik tidak dapat menduga-duga ada apa sebenarnya. Sempat terpikir oleh Menik, apa mungkin penemuan candi baru di desa A kemaren itulah yang menjadi sumber masalah pimpinan tertinggi pada lembaga tempat dia bekerja. Tetapi sesaat kemudian, Menik menepis dugaan awalnya itu. Bagaimana tidak, Menik bisa melihat dengan jelas bagaimana cara atasannya itu membagi tugas pada tiap divisi untuk segera melakukan penelitian pada candi yang baru di temukan tersebut.
Kemampuan seorang Feya untuk mengurus masalah tersebut tentu tidak bisa diragukan oleh siapa pun, apa lagi bagi Menik yang sudah tiga tahun mendampingi Feya dalam rutinitas pekerjaannya. Jelas Menik tahu tread record sang majikan. Lantas, selama tiga tahun menjalankan tugas sebagai asisten pribadi Feya, baru kali ini pula dia melihat sang majikan berada dalam model penuh pikiran.
Ibu Feya sedang berpikir tentang apa ya?
"Apa Ibu mau saya ambilkan sesuatu?" Tanya Menik sambil menatap lekat pada Feya.
"Ya boleh, bisa kamu tolong minta pentry buatkan saya teh hijau? Tanya Feya sambil membolak balik tumbukan kertas di atas mejanya.
"Tentu Bu, apa ada lagi Bu?" Tanya Menik.
'Menik, apa lagi jadwal saya hari ini?" Sepertinya Feya lupa dengan agenda kerja berikutnya.
"Jam dua nanti Ibu ada rapat dengan kementerian kehutanan, membahas artefak guci yang kemungkinan masih terkubur di kawasan hutan lindung di desa Jati. Setelah itu, Ibu sudah janji akan bermain boling sore nanti bersama Bu Menteri Pariwisata sambil membahas laporan pihak mereka tentang keinginan mendaftarkan rumah peninggalan adat di desa Rawo agar masuk dalam benda cagar budaya Bu". Jelas Menik dengan cermat.
"Kamu biasa temani saya, Nik?" Tanya Feya sambil terus membalik lembar kertas yang dibacanya.
"Tentu Bu, saya bisa". Jawab Menik semangat.
"Oke, nanti kamu ingatkan saya lagi ya. Sekarang tolong kamu pastikan tidak ada seorang pun masuk dalan ruangan saya untuk bertamu dan tolong kamu tolak telepon masuk untuk saya".
"Baik Bu, saya permisi dulu". Menik pun segera keluar dari ruang kerja Feya, meninggalkan Feya yang tengah asyik dengan bacaannya. Entahlah, Menik tidak tahu pasti apa sekarang majikannya itu memang tengah serius membaca, atau malah sedang pura-pura membaca. Yang jelas dia tidak berani bertanya terlalu jauh, jadi dia lebih memilih meminta pihak pentry untuk membuatkan Feya teh hijau seperti keinginan atasnya itu.
Leya pasti bercanda dengan ide gilanya itu. Ahh, Leya, Leya..apa yang ada dalam pikirannya? Entah dari mana dia berani memintaku melakukan hal itu lagi. Dia terlalu yakin aku bisa melakukan permainan itu kembali, Leyaaaa..kita sudah bukan anak-anak lagi. Mana mungkin kita bisa menipu semua orang dengan permainan masa kecil kita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments