“Pria itu nafsu nya sangat besar, kenapa aku berkata seperti itu? Ya memang seperti itu lah kodrat nya. Bagaimana tidak, ketika seorang pria sudah memiliki 1 wanita, terkadang dia ingin menambah 1 lagi, lalu ingin menambah lagi dan hingga ingin terus menambah. Keinginan menambah nya itu tidak pernah pupus dari nya. Aku pun tidak mengerti karena aku juga begitu, jika ada yang tau kenapa pria seperti itu? Apa hanya aku yang begitu?"
-Andri
Kania:
Malam pun tiba...
Semenjak kejadian hari ini, mood ku benar-benar rusak oleh Andri. Saat ini aku berada di meja makan dengan makanan yang baru dihidangkan oleh Vania, sahabatku. Tetapi aku belum menyentuhnya sedikit pun, aku tidak selera makan karena kegalauan ku yang lagi tinggi.
Kedua mata ku terlihat bengkak, hidung ku mampet, wajah ku pun turut bengkak. Dunia pun ikut galau, sedari tadi hujan terus turun dengan deras nya membuat suasana hati ku semakin buruk saja karena nya.
Malam ini pun Vania memutuskan untuk menginap di apartemen ku, alasannya karena takut aku berbuat yang tidak-tidak. Ya, memang benar kalau akal ku saat ini sedang tidak stabil dan ingin saja melakukan adegan yang bisa membahayakan ku. Kalau tidak ada Vania, mungkin aku sudah melakukannya sekarang.
Aku menatap makanan di atas meja, sangat enak dan lezat tetapi aku tidak lapar, aku tidak berselera. Sedangkan Vania sedari tadi melahap makanannya, entah sudah berapa piring yang ia habiskan. Mungkin ia lapar karena mengurus ku tadi sewaktu aku mabuk.
Vania menghentikan makanannya dan menatap ku yang sedikit pun tidak menyentuh piring ku.
“Kan, makan dong. Jangan hanya karena ini lo gak makan. Entar lo sakit gimana hah? Inget, besok lo masih ada jadwal pemotretan,”
Ya, besok aku harus bekerja dan wajah ku sudah seperti orang habis tabrakan. Hancur, dan terdapat bengkak dimana-mana, aku saja tidak sanggup melihat wajah ku yang seperti ini.
“Gue gak laper!” jawab ku malas.
“Kan, lo mau makan atau gak makan, Andri gak akan perduli. Saat ini dia sekarang bersama istri nya, difikirannya itu sekarang hanya Keisha. Dia gak akan mikirkan perasaan lo mau bahagia atau sedih, dia gak akan mikirkan lo sedikit pun!”
Aku hanya menghela nafas panjang. Vania meraih tangan ku dan menggenggam nya, aku mendongak melihat wajah nya yang terlihat serius.
“Udah cukup, lo udah nyiksa tubuh lo hari ini. Dari minum-minum? Sampe gak makan? Itu bener gak baik Kan. Kalau emang lo marah sama Andri, selesaikan besok dengannya. Katakan baik-baik dengannya, keluarkan kemarahan yang ada di dalam hati lo, katakan ke Andri kalau lo cemburu dia bermesraan dengan Keisha didepan lo. Katakan semuanya, daripada begini? Itu membuat lo menderita sendiri Kan. Jadi wanita itu jangan terlalu ****, dia harus ikut menderita jangan lo aja!”
Sejujurnya, semua apa yang dikatakan oleh Vania masuk akal dan sangat benar. Ini lah yang membuat aku sangat betah bersahabat dengan Vania, dia selalu memberikan saran terbaik untuk ku. Aku tidak tau apa yang ku lakukan besok kepada Andri, apa aku harus memarahi nya? Atau aku harus mengutarakan semuanya? Sebenarnya, aku bukan tipe yang bisa mengeluarkan kemarahan ku. Aku lebih memilih memendam nya daripada harus memberitahu nya.
Aku beranjak dari kursi ku “Gue capek, gue mau tidur.” aku berlalu dari hadapan Vania. Aku benar-benar ingin tidur, mengistirahatkan fikiran dan badan ku yang sangat lelah.
Vania hanya bisa menghela nafas, dia mengambil ponsel nya dan aku tidak tau apa yang dia lakukan karena aku langsung menutup pintu kamar ku. Aku ingin segera tidur dan berharap esok semuanya akan baik-baik saja seperti sedia kala. Hari ini aku cukup terluka karena nya, menanggung cinta yang tiada dua nya.
Andri:
Kling!
Pesan masuk di ponsel ku, aku pun melihat notifikasi itu di layar dan terdapat nama Vania. Aku melirik ke sebelah kasur ku, Keisha masih terlelap dalam tidur nya. Kurasa dia sangat lelah karena kita habis melakukan kewajiban yang seharusnya di lakukan oleh para suami-istri.
Saat ku lihat isi pesan Vania, aku beranjak dari kasur ku dan berjalan perlahan menuju ke teras rumah. Aku hanya menggunakan celana boxer dan kaus tipis berwarna putih. Berkali-kali aku melihat isi pesan Vania, dia mengatakan bahwa Kania tadi pergi ke klub untuk minum-minum. Aku tidak percaya jika Kania seperti itu, dan mungkin dia begitu juga karena salah ku.
Dia minum-minum karena dia marah kepada ku, aku tau itu, dia marah karena aku bersama Keisha tadi di klub. Terlihat di kedua mata nya bahwa dia cemburu, tetapi aku tidak mengerti dengan tatapan itu. Astaga, kenapa aku bisa sebodoh itu. Dan sekarang Kania pasti terluka karena aku. Seharusnya aku bersama Kania sekarang, menemani nya dan memberi nya ketenangan bukannya malah, aagh! Membuat aku semakin frustasi.
Tanpa basa-basi aku langsung menghubungi Kania, aku menunggu suara indah itu mengangkat nya. Tidak ada jawaban, dia tidak mengangkat nya. Aku menelpon ia sekali lagi, aku berharap dia mengangkat nya, aku sangat merindukan ia hari ini.
Merindukan suara nya, ahh, ingin sekali aku menghampiri ke apartemen nya sekarang tetapi itu tidak mungkin, Keisha pasti akan curiga kepadaku kalau aku pergi malam-malam begini apalagi sudah larut malam. .
Diriject! Aku hanya bisa mengacak-acak rambut ku, dia mematikan telpon ku. Aku rasa, Kania benar-benar marah kepada ku. Aku tidak perduli, aku harus mencari cara agar aku bisa mendengar kabar nya, jadi aku memutuskan untuk menghubungi Vania.
Terdengar nada sambung, lalu tak lama kemudian Vania mengangkat nya. Aku pun menghela nafas lega. Semoga saja dia mengangkatnya.
Vania: “Halo Pak, ada apa?”
Andri: “Kania?”
Vania: “Kania ada di kamar nya Pak, dia sedari tadi tidak mau makan. Padahal aku sudah memasak banyak makanan untuk nya, tetapi dia tidak makan sedikit pun.”
Andri: “Apa dia baik-baik saja Van?”
Vania: “Saya rasa dia sedang tidak baik-baik saja Pak, dia terus menangis kalau bahas Bapak. Apa ada masalah dengan Bapak? Hingga membuat Kania bisa minum begitu.”
Andri: “Hemm, memang ada masalah sedikit. Tetapi besok saya bisa menyelesaikannya dengan dia kok Van, kamu jangan khawatir,”
Vania: “Hemm, iya deh Pak. Saya harap Bapak menyelesaikannya dengan cepat, karena saya merasa sangat kasihan dengan Kania. Sedari tadi terus murung.”
Aku mengacak rambut ku frustasi, ini benar-benar salah ku. Seharusnya tadi aku tidak mengiyakan ajakan Keisha di kafe dan sekarang lihat lah Kania menderita karena aku. Seketika aku tidak bisa memaafkan diriku.
Andri: “Iya Van, kamu tolong awasi dia ya. Karena saya sangat kha—“
“Mas,”
Degh!
Kalimat ku terpotong, karena seseorang memanggil ku dengan suara serak nya. Aku pun berbalik terperanjat bukan main melihat nya.
“Keisha??” dengan cepat aku mematikan ponsel ku asal-asalan.
Apakah aku kepergok kali ini? Apakah Keisha mendengar percakapan ku? Ahh itu tidak mungkin!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments