Part 19

Sore hari pun tiba. Seluruh area kampus terlihat lebih bersih dari biasanya. Renatta, Mira, Sela, Arya, Rio, dan keempat teman Rio terlihat sangat kelelahan. Gedung sebesar itu harus mereka bersihkan hanya ber-enam. Meski begitu, mereka duduk beristirahat dengan perasaan lega meski tahu... ini baru hari pertama. Masih ada sisa 13 hari hukuman ke depan.

Saat mereka duduk bersandar di tepi taman kampus, Pak Satpam datang membawa beberapa kantong makanan dan minuman.

“Ini buat kalian. Makan dulu.”

Mereka semua menoleh, tampak terkejut

“Loh, seriusan ini buat kita?” tanya Renatta.

Pak Satpam tersenyum, “Iya, ini dari Pak Zavian.”

Renatta, Mira, Sela, dan Arya langsung bersorak kecil, senang bukan main.

“Pak Zavian yang kasih?” tanya Renatta lagi.

“Iya. Katanya, kalian perlu tenaga buat 13 hari ke depan.”

Sementara itu, Rio dan keempat temannya hanya duduk diam. Tak satu pun dari mereka menyentuh makanan. Wajah mereka kaku, mungkin masih malu, atau ego mereka belum sepenuhnya turun.

Pak Satpam memperhatikan mereka.

“Loh, kalian kenapa nggak makan?”

Rio hanya menunduk. Tak menjawab. Teman-temannya pun ikut diam.

Renatta melihat itu. Ia membuka satu botol minuman, berjalan pelan, lalu mengulurkan minuman itu ke Rio.

“Nih... permintaan maaf gue. Ya, walaupun ini nggak bisa ngurangin rasa sakit di hidung lo.”

Rio melirik, agak terkejut.

“Pak Zavian itu nggak seburuk yang lo bayangin. Bahkan... nenek yang tadi pagi lo tabrak itu, Pak Zavian yang nolongin.”

Rio menatap Renatta penuh tanya.

“Lo pasti heran kan? Dia tau lo udah nabrak orang lain, tapi dia nggak ngelaporin lo ke kantor polisi. Kenapa? Karena Pak Zavian percaya kalau itu tanggung jawab lo sendiri. Lo harus bertanggung jawab, bukan dihukum, tapi sadar dan belajar dari kesalahan lo.”

Rio menunduk. Wajahnya tampak menyesal. Ia mengambil minuman dari tangan Renatta.

Tak lama setelah itu, Arya berdiri dan menghampiri keempat teman Rio yang sebelumnya menghajarnya. Ia membawa empat bungkus makanan dan meletakkannya di depan mereka.

“Nih, makan aja. Udah gue maafin.”

Keempat teman Rio tampak terkejut dan canggung, tapi mereka akhirnya mengangguk dan menerima makanan itu.

Dari kejauhan, Zavian berdiri di balik pohon, menyaksikan semuanya.

Zavian bergumam pelan, “Sepertinya mereka berdamai...”

Ia tersenyum tipis. Mendengar kata-kata Renatta tadi membuatnya sedikit terharu. Gadis itu cukup bijak, lebih dari yang ia kira.

Namun tiba-tiba Mira berteriak.

“Renatta! Kamu belum cuci tangan loh!”

Renatta yang sedang menyentuh ayam goreng langsung membeku. Tangannya kotor penuh debu.

Zavian yang melihat itu langsung bereaksi. Ia menarik napas dalam dan berkata pelan, namun ekspresi wajahnya jelas menahan diri

Renatta langsung menunduk malu.

"Maaf guys..."

Zavian hanya tersenyum kecil, lalu berjalan pergi sambil menggeleng pelan, masih menahan “gatal” karena perfeksionisnya yang terusik.

“Ya ampun, tangan Lo itu tadi pegang tempat sampah, gagang pintu WC, kenapa sekarang malah pegang Makanan"

Sela menarik ayam goreng yang belum disentuh Renatta.

"Cuci tangan dulu Lo sana..."

"Iya iya..."

Rio memperhatikan botol minuman yang diberikan Renatta.

Arya nyengir jahil “Santai… itu botol udah kena berkah tangan Renatta.

Sela terbahak, “Berkah kuman lebih tepatnya.”

“Rio, tolong jangan kejang-kejang ya, ini cuma tangan kotor, bukan eksperimen biologi gagal.” ucap Mira.

Disisi lain Renatta sedang mencuci tangannya, Zavian menghampiri nya.

“Ya Tuhan… saya harus cek tekanan darah saya sekarang juga.”

Renatta terkejut. "Pak Zavian belum pulang?"

"Belum nih"

"Oh iya makasih ya minuman dan makanannya"

Zavian hanya mengangguk. Lalu memberikan sabun pada Renatta, "Pakai itu lebih bersih"

Renatta mengambilnya dengan malu-malu, sepertinya Zavian melihat adegan di taman tadi.

Renatta cengar-cengir, tapi merasa bersalah “Hehe… maaf ya, Pak. Abis suasananya terlalu dramatis, saya lupa protokol kesehatan.”

Zavian menatap Renatta sambil geleng-geleng “Kalau kamu jadi guru nanti, tolong jangan ajarin muridmu untuk berdamai pake tangan kotor, oke?”

Renatta membalas dengan nada bercanda “Oke, Pak. Next time, berdamai pake sarung tangan medis aja.”

Zavian terkekeh.

"Saya pulang duluan"

"Hati-hati pak Zavi..."

Sementara itu, Rio memandangi botol yang barusan dikasih Renatta, lalu tersenyum tipis, untuk pertama kalinya hari itu, dan berkata pelan,

“Terima kasih.”

Zavian, dari jauh, mengamati semuanya. Ia lalu berkata dalam hati,

“Mereka mungkin bandel, tapi mau mereka belajar. Dan itu cukup.”

Hari pun mulai gelap, dan sore itu ditutup dengan tawa kecil, peluh yang mengering, dan permulaan dari hubungan yang membaik.

Terpopuler

Comments

audyasfiya

audyasfiya

Renatta bisa-bisa nya 🤣🤣🤣🤣

2025-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!