Part 16

Renatta duduk sambil menopang dagunya. Minuman soda kaleng di depannya tak juga ia buka. Tatapannya kosong, pikirannya masih berkecamuk tentang perdebatan dengan Pak Zavian pagi tadi. Di satu sisi, ia kesal. Sangat kesal. Ia merasa cara Zavian bersikap terlalu dingin dan tidak manusiawi. Tapi di sisi lain, diam-diam ia juga sadar... pria itu tidak sepenuhnya salah. Dan hal itulah yang paling membuat Renatta jengkel.

“Gue tuh kasihan banget tau... sama mahasiswa yang tadi” gumam Renatta sambil membuka soda kalengnya pelan. “Dia udah jauh-jauh ke kampus, tapi malah disuruh keluar kelas dan disuruh balik minggu depan.”

Sela menyeruput minumannya sambil mengangguk, “Iya, tapi Lo tahu kan, Pak Zavian nggak pernah kompromi. Telat satu menit aja udah bencana nasional buat dia.”

Tiba-tiba, Renatta mendengar suara bisik-bisik dari arah belakang freezer. Beberapa mahasiswa duduk di sudut kantin, dekat area merokok. Bau asap rokok samar-samar tercium. Mereka seperti sedang mengobrol serius, tapi juga sesekali terdengar tawa kasar.

“Bangsat!!!! Gue bener-bener nggak bisa tahan tadi. Si Zavian itu sok banget, sok suci, sok disiplin. Songong banget jadi dosen, kalau nggak di dalam kelas udah gue tonjok mukanya, mukanya ngeselin anjirr!!!!” suara seorang mahasiswa membuat telinga Renatta otomatis menajam.

Ia mengintip sedikit. Itu mahasiswa yang pagi tadi diusir dari kelas.

“Gara-gara dia, gue ngulang minggu depan. Padahal kita cuma nongkrong doang sampe pagi. Nggak tidur ya salah kita, tapi masa langsung kayak gitu?”

“Iya, dan lo liat nggak muka dia waktu ngusir lo? Datar banget. Sombong parah.”

“Kita harus kasih pelajaran ke dosen itu. Biar tau rasanya dipermalukan.”

Tawa kecil terdengar. Mereka berganti membicarakan hal lain. Tentang alkohol. Tentang gadis yang mereka temui semalam. Obrolan yang membuat perut Renatta terasa tidak nyaman.

Wajah Renatta berubah. Ekspresinya kini lebih murung dari sebelumnya. Semua pemikirannya tadi pagi seketika tercerahkan. Bukan karena Zavian kejam. Tapi karena orang-orang seperti itulah alasan kenapa Zavian bersikap seketat itu.

“Nat, Lo kenapa?” tanya Mira.

Renatta tidak menjawab. Ia hanya memandangi kaleng soda di tangannya, lalu bergumam pelan.

“Kayaknya gue... salah menilai.”

Renatta masih duduk sambil memperhatikan dari kejauhan. Awalnya ia hanya ingin memastikan apakah mahasiswa itu benar-benar korban, seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Tapi kini, wajahnya mulai berubah. Instingnya sebagai seseorang yang peduli berubah menjadi rasa curiga.

Renatta dan ketiga temannya berjongkok dan mendengarkan obrolan mereka.

"Eh, tapi serius, bro," salah satu dari mereka membuka suara dengan nada bercanda. "Lo tuh pagi tadi beneran telat cuma gara-gara kita mabuk-mabukan semalam?"

Mahasiswa yang tadi pagi diusir dari kelas namanya Rio mengangkat alis dan tertawa tipis.

"Sebenernya sih enggak juga," jawab Rio sambil memainkan kaleng soda di tangannya. "Tadi tuh gue nabrak nenek-nenek pas nyetir buru-buru."

"Anjir! Gila lo!" salah satunya langsung memukul pelan bahu Rio. "Lo bawa ke rumah sakit nggak?"

Rio malah tertawa makin keras. "Ya enggak lah, gila! Bawa ke rumah sakit, yang ada gue langsung ke penjara."

Renatta dan ketiga temannya yang mendengar itu sontak menutup mulutnya sendiri. Shock. Nafasnya terasa sesak. Tapi tangannya refleks mengeluarkan ponsel dari saku dan menyalakan fitur perekam suara. Ia merekam diam-diam dari balik freezer sambil tetap berusaha tenang.

Sementara itu, obrolan terus berlanjut.

"Tapi sumpah ya, dosen itu... si Zavian... harus kita ajarin. Sombong banget. Gue pengen banget bikin dia malu depan kelas."

"Iya, iya. Lo masih punya akun fake yang dulu nggak?"

"Masih. Gue bisa nyebarin gosip soal dia. Atau pura-pura jadi cewek yang ngaku punya hubungan rahasia sama dia, gimana?"

"Buset... lo niat banget."

"Serius Lo Rio? Sekalian aja Lo bawa cewek terus ngaku-ngaku hamil" kata salah satu sambil tertawa.

"Dia udah ngusir gue kan? Dia udah buat gue malu didepan kelas, di depan cewek gue. gantian gue yang buat dia malu. Dan ini akan terus dia ingat sampai seumur hidup"

"Terus dia nggak jadi dosen lagi deh"

"Atau kita panggil anak-anak buat jegat dia di jalan? Terus kita keroyokin Sampek mampus?"

"Hahahaha itu ide bagus juga, udah habis dipermalukan, terus masuk rumah sakit"

Renatta makin tidak percaya dengan yang ia dengar. Ia menatap layar ponselnya, perekaman masih berjalan. Dan kini ia tahu satu hal pasti:

Zavian mungkin keras, tapi orang-orang ini jauh lebih berbahaya.

Suasana kantin mulai sepi, Rio dan gengnya bersiap keluar. Tapi saat itu, Mira tak sengaja menginjak kaleng soda kosong yang menggelinding ke arah meja mereka. “Krak!” suara kaleng itu mengagetkan semua orang.

Rio langsung berhenti melangkah. Matanya menyipit curiga. "Lo denger itu?" tanyanya pada salah satu temannya.

Renatta dan gengnya langsung reflek berdiri dan berbalik arah, berusaha kabur secepat mungkin.

"Cepat!" bisik Renatta. Mereka hampir berhasil, Namun dari arah yang berlawanan Rio dan teman-temannya muncul.

"Apa kita ketahuan?" bisik Mira.

Rio menghampiri mereka dan tersenyum lalu tangan Rio tiba-tiba menarik keras lengan Renatta dan menyudutkannya ke dinding!

"Kamu yang barusan lari tadi kan?" ujarnya dingin, napasnya berat dan penuh amarah.

"Lepasin dia!" seru Mira.

Arya mendorong Rio tapi sebelum sempat menarik Renatta, dua orang dari geng Rio menghajar Arya dari samping. Pukulan keras menghantam wajah Arya, membuatnya jatuh ke lantai. Mira dan Sela berteriak histeris, mencoba melerai meski mereka jelas kalah tenaga.

"Lo mau apa?!" teriak Renatta, tatapannya tajam walau tubuhnya gemetar.

Rio mencengkram bahunya kuat. "Hapus bukti yang lo punya."

"Gue nggak punya bukti apa-apa!" Renatta berbohong, tapi suaranya tegas.

"Jangan sampai gue main kekerasan sama lo," desis Rio, rahangnya mengeras.

"Lakuin kalau lo bisa," balas Renatta lantang.

Rio makin kesal. Ia menyipitkan mata, menatap wajah Renatta lama. Kemudian ia mendekatkan ponselnya ke wajah Renatta.

"Bukannya lo cewek yang viral di video ini ya?" Ia membuka video yang sempat ramai dibicarakan mahasiswa, menampilkan potongan saat Renatta terlihat membela mahasiswa di kelas pagi tadi.

"Lo belain gue kan? Terus kenapa sekarang lo khianatin gue?"

Renatta menatap Rio tajam, lalu berkata penuh emosi.

"Karena sekarang gue tau siapa lo sebenernya. Lo itu pembohong, dan kriminal yang nggak pantas dibela"

"Tapi Lo udah ngebela gue? gimana dong? harusnya Lo dukung gue buat nyingkirin dosen sombong itu... Oh ya? Seingat gue harusnya Lo udah lulus kan? Ah iya... Zavian yang batalin sidang lo kan?"

"Dasar bajingan!" Renatta mencondongkan tubuhnya kedepan dan BUG... Kepala Renatta menghantam hidung Rio dengan keras.

"AAAAARGHHHHH" Rio menjerit sambil mundur kebelakang, menutup hidungnya yang langsung mengucurkan darah.

Teman-teman Rio segera membantunya, mereka refleks ingin membalas namun teriakan keras petugas keamanan dari kejauhan terdengar.

"Hei! Kalian ngapain di sana!?"

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!