Suara shower terdengar dari kamar mandi. Evelyn duduk di tepi ranjang, jari-jarinya menggenggam ujung selimut dengan gelisah. Saat matanya menangkap ponsel milik Leonardo yang menyala di atas meja kecil, perasaannya makin tak tenang.
Notifikasi WhatsApp muncul sekejap:
[Veronique]: "Leo, aku rindu. Kamu janji mau temui aku minggu ini, kan?"
Evelyn terdiam. Hatinya bergetar, tapi wajahnya tetap datar. Saat layar ponsel meredup, ia membuang napas pelan, pura-pura tak melihat apa pun.
Leonardo keluar dari kamar mandi. Rambutnya sedikit basah, dan kimono
Leonardo Maximus Alvarez
Kamu belum tidur?
(tanyanya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk)
Evelyn Anastasia L. A
Belum
(jawab Evelyn singkat. Ia menunduk)
Evelyn Anastasia L. A
Aaah
Leonardo Maximus Alvarez
Ada apa?
(menoleh cepat)
Evelyn Anastasia L. A
Kepalaku... sakit
(mengernyit, tubuhnya condong ke depan)
Ia memejamkan mata. Dalam gelap itu, kilasan samar seperti film rusak muncul di benaknya. Sebuah ruangan gelap. Tangan lelaki asing yang menggenggam lengannya. Tatapan penuh bara... ciuman yang mendadak... suara napas memburu...
Dan malam yang tak bisa ia ingkari.
Evelyn Anastasia L. A
Aku... pernah bertemu dia sebelumnya...
(gumamnya dalam hati)
Evelyn Anastasia L. A
Aku sedikit pusing
(mengeluh lebih keras)
Leonardo Maximus Alvarez
Hei, pelan-pelan
(menghampirinya dengan cepat sambil menopang tubuh Evelyn agar bersandar di bantal)
Leonardo Maximus Alvarez
Kamu belum minum obat?
(tanyanya lembut)
Tanpa banyak bicara, Leonardo mengambil tiga butir obat dari nakas dan segelas air.
Leonardo Maximus Alvarez
Nih, minum dulu
Evelyn menatap obat itu. Wajahnya menolak mentah-mentah
Evelyn Anastasia L. A
Banyak banget... dan pahit... aku nggak mau
Leonardo Maximus Alvarez
Kalau nggak kamu minum, nanti tambah parah. Obat ini bantu kamu tenang
(Menghela napas pelan, duduk di sampingnya)
Evelyn Anastasia L. A
Nggak bisa diganti yang bentuk sirup aja?
(menatapnya ragu)
Leonardo Maximus Alvarez
Sayangnya, nggak ada sirup buat memori hilang
(jawab Leonardo singkat, meski nada suaranya terdengar ringan)
Setelah menimbang-nimbang, Evelyn akhirnya menyerah dan meminum obat itu dengan wajah masam. Leonardo menatapnya sebentar, lalu menepuk pelan kepalanya
Leonardo Maximus Alvarez
Sini, rebahan dulu. Nanti aku ambilkan air hangat buat kompres
Evelyn menurut. Matanya kembali melirik ponsel Leonardo, tapi ia tetap diam.
Meski hatinya mulai dipenuhi tanda tanya, namun bibirnya memilih bungkam.
Comments