Ruangan rumah sakit mulai sepi. Teman-teman Evelyn sudah pamit pulang, menyisakan hanya keluarganya yang setia menemani. Di luar jendela, langit mulai berubah warna—jingga senja membias hangat ke seluruh penjuru ruangan.
Evelyn duduk bersandar di ranjang, menatap kosong keluar jendela. Hatinya diliputi perasaan campur aduk.
Pintu kamar terbuka perlahan. Seorang pria tinggi berjas hitam masuk, langkahnya tenang namun penuh tekanan. Matanya tajam, rahangnya tegas. Ia membawa aroma wibawa sekaligus dingin yang langsung mengisi ruangan.
Leonardo Maximus Alvarez.
Tatapan Evelyn langsung tertuju padanya. Ada sesuatu di sana—entah ketertarikan, rasa takut, atau mungkin… kekosongan.
Leonardo menatapnya beberapa detik, tanpa kata. Ia menarik kursi dan duduk di samping ranjang.
Leonardo Maximus Alvarez
Bagaimana keadaanmu?
Evelyn Anastasia L. A
Baik… Sejauh ini
(Mengerjapkan mata)
Ia berhenti sejenak, lalu berkata pelan
Evelyn Anastasia L. A
Kamu suamiku?
Leonardo Maximus Alvarez
Iya
(menganguk singkat)
Sunyi mengisi udara. Evelyn memperhatikan raut wajahnya dengan cermat, mencari secercah kehangatan. Tapi ia hanya menemukan tembok yang tak bisa ditembus
Evelyn Anastasia L. A
Aku tidak ingat apapun tentangmu… Maaf
(gumamnya)
Leonardo menatapnya, dan untuk sepersekian detik, ada sesuatu yang bergetar di sana.
Leonardo Maximus Alvarez
Tak perlu minta maaf. Aku tidak mengharapkanmu mengingat semuanya sekaligus.
Evelyn Anastasia L. A
Tapi ini menyiksa… Rasanya seperti aku terjebak dalam kehidupan yang bukan milikku
(Menunduk)
Leonardo tak menjawab. Ia hanya duduk diam, memandangi wajah istrinya yang kini tampak lebih tenang daripada sebelumnya
Evelyn Anastasia L. A
Dulu… apakah kita bahagia?
(tanya lirih)
Lelaki itu terdiam lebih lama, lalu menjawab dengan suara beratLelaki itu terdiam lebih lama, lalu menjawab dengan suara berat
Leonardo Maximus Alvarez
Kita… menjalani pernikahan ini karena keadaan. Bukan karena cinta
Jawaban itu menusuk. Meski tak memiliki memori tentang dirinya sendiri, namun hati Evelyn masih bisa merasa sakit.
Leonardo berdiri
Leonardo Maximus Alvarez
Istirahatlah. Nanti aku kembali
(ucapnya sambil berdiri)
Sebelum beranjak pergi, Leonardo menatapnya sekali lagi.
Tatapan yang datar… namun seakan menyimpan rahasia.
Evelyn Anastasia L. A
Tatapan itu... kenapa terasa begitu menyakitkan? Apakah aku pernah mencintainya?
(gumamnya dalam hati)
Comments