Pagi itu, cahaya matahari masuk lembut lewat jendela kamar rawat Evelyn. Ia tengah duduk bersandar di ranjang dengan buku di tangan saat pintu kamar terbuka.
Dr. Elric Wijaya
Selamat pagi, Ny. Evelyn Saya Dr. Elric Wijaya. Mulai hari ini, saya yang akan menggantikan dokter sebelumnya untuk memantau kondisi Anda
(senyum hangat)
Evelyn sedikit bingung, tapi membalas sopan
Evelyn Anastasia L. A
Selamat pagi, Dokter Elric.
Dr. Elric Wijaya
Bagaimana kabarnya hari ini? Ada pusing? Mual? Atau keluhan lainnya?
(tersenyum ramah)
Evelyn Anastasia L. A
Sejauh ini, tidak. Hanya... kadang sedikit pusing kalau terlalu banyak berpikir
(jawab Evelyn sambil tersenyum canggung)
Tak lama kemudian, pintu kembali terbuka. Leonardo masuk dengan setelan hitam rapi, langkahnya mantap dan tatapannya langsung tertuju pada pria di sisi ranjang istrinya.
Leonardo Maximus Alvarez
Siapa dia?
(tanyanya dingin)
Dr. Elric berdiri dan mengulurkan tangan
Dr. Elric Wijaya
Saya Dr. Elric. Dokter baru yang menangani istri Anda
Leonardo tak menggubris uluran tangan itu. Tatapannya tajam, penuh pengawasan.
Leonardo Maximus Alvarez
Kenapa diganti?
Dr. Elric Wijaya
Dokter sebelumnya ada urusan keluarga di luar kota. Saya hanya sementara
(jawab Elric tenang)
Leonardo Maximus Alvarez
[Leonardo mendekat ke sisi ranjang Evelyn, berdiri sedikit terlalu dekat]
Kau sudah selesai memeriksanya?
Dr. Elric Wijaya
Tinggal periksa tekanan darah. Saya hanya
Leonardo Maximus Alvarez
Saya bisa lakukan itu
[potong Leonardo sambil mengambil alat pengukur dari meja] Saya pernah belajar
Aku hanya tidak suka pria asing terlalu dekat dengan istriku.
Evelyn menunduk, tak menyangka suami yang selama ini dingin bisa menunjukkan sedikit kepedulian. Di dadanya, sesuatu mulai bergetar pelan—sesuatu yang asing namun hangat
Comments