Mereka masih menunggu kelanjutan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Dirga.
"Tapi gadis itu tidak tahu kalau aku memiliki perasaan terhadapnya."
Hening. Hanya terdengar suara 'kriuk kriuk' keripik kentang dari mulut pria itu.
Ia berusaha menormalkan keadaan dengan terus mengunyah cemilan di tangannya.
"Siapa gadis beruntung itu?" Bu Ninta membuka suaranya.
"Namanya Amelia. Gadis yang aku lihat dan aku kenal di waktu yang sama dalam kondisi yang cukup unik," katanya sambil menyunggingkan sedikit senyum.
"Nama yang cantik. Apakah secantik orangnya?" sahut Nancy tak mau kalah.
Dirga hanya mengangguk. "Menurutku, Ia sangat cantik."
Setelahnya Dirga nampak termenung dan tersenyum kembali. Pikirannya entah kemana.
"Sudah bekerja atau masih belajar?" kata Pak Harsa membuka suara.
"Dia baru menyelesaikan kuliahnya. Dan secara tidak disengaja, ternyata Ia melamar kerja di PT. EsKa, anak cabang kita, Yah. Aku ketemu dia sedang tes wawancara ketika ada kunjungan ke sana."
"Wah... Jodoh tuh Mas," goda Nancy.
Mengacak-acak rambut adiknya kembali.
"Pinginnya gitu, Non. Tapi kayanya dia tipe gadis yang tidak mudah didekati."
"Belum mulai udah pesimis gitu sih Mas. Masa perang belum dimulai udah nyerah duluan," kata Nancy lagi sambil merapikan rambutnya.
"Bukan pesimis atau kalah perang, tapi emang kenyataannya begitu."
"Ya kejar terus dong, Mas. Gimana sih," Nancy terdengar bersemangat.
Dirga hanya diam dan tersenyum mendengar kata-kata dari adiknya itu.
Sang Ayah hanya manggut-manggut.
"Diterima?" tanyanya.
"Belum ada hasilnya, Yah."
Tiba-tiba terdengar suara telepon rumah di ruangan keluarga. Ibu yang duduk dekat dengan benda yang berbunyi itu, langsung mengangkat, lebih cepat dari Bi Tinah yang datang agak berlari dari arah dapur.
"Biar saya saja, Bi," Bi Tinah mengangguk dan berbalik kembali ke arah dapur.
"Hallo."
....
"Ya, selamat malam."
....
"Sebentar."
Bu Ninta meletakkan gagang telepon itu di meja.
"Telepon buat kamu Mas, dari Juna."
Dirga beranjak dari tempat duduknya, dan segera pindah mendekati telepon yang di taruh di atas meja.
"Ya."
.....
"Ok."
Dirga menghentikan obrolannya dan meletakkan gagang telepon itu ke tempatnya.
"Semuanya, Dirga ke atas duluan yah."
Tanpa menunggu jawaban, pria itu lekas menaiki tangga dengan langkah yang sedikit cepat dan terburu-buru.
Diambilnya ponsel yang tadi Ia lempar ke atas kasur. Ditatap nya layar ponsel di tangannya.
Setelah selesai memeriksa benda pipih itu, Ia segera beranjak ke arah lemari pakaian, di gantinya kaos rumah yang ia gunakan berganti dengan kaos kerah berwarna hitam di padu celana pendek selutut. Nampak kasual ditambah sepatu kets merah meski terlihat tidak matching. Tapi dengan penampilannya sekarang, orang tidak akan menyangka bahwa pria yang akan menginjak usia tiga puluh itu belum memiliki kekasih atau tambatan hati, apalagi istri.
Dan saat ini, ia sedang akan memulai untuk mendekati gadis pujaan hatinya, yang sudah berani-beraninya menghantui pikiran dan mimpinya beberapa waktu terakhir ini. Ia bertekad untuk melanjutkan apa yang sudah ia mulai.
Di ambil kunci mobil di atas meja samping tempat tidur.
"Ibu, Ayah, Aku ijin pergi keluar dulu yah!" katanya sambil menuruni tangga dari lantai atas.
"Jam berapa ini, baru mau keluar," sahut Bu Ninta.
"Baru juga jam sembilan, Bu," samber Nancy.
"Iya. Kamu hati-hati, Dirga," kata Harsa.
"Iya Yah," seru Dirga dengan segera melangkahkan kakinya keluar rumah.
***
"Ting tong."
Terdengar suara dari arah luar. Amelia yang masih asik berkelana di jagat maya dari layar laptopnya, terkaget mendengar suara bel rumahnya dari dalam kamar.
Siapa malam-malam begini bertamu ke rumah. Amelia.
Amelia beranjak dari posisi tengkurap nya di atas ranjang. Gadis itu sedikit was was, pikirannya berkelana, siapa yang memencet bel rumahnya. Ia bimbang antara penasaran untuk membuka pintu atau tidak.
Fix, Ia mau tahu siapa yang bertamu ke rumahnya. Ia bisa memutuskan apakah pintunya di buka atau tidak setelah melihat orang itu dari arah jendela nanti.
Di langkahkan kedua kakinya menuju ruang tamu yang sudah gelap, karena lampu yang sudah ia matikan.
Saat tiba di dekat jendela, ia singkap gorden penutup kaca. Di amati dengan kedua matanya sosok yang saat ini berdiri di teras rumah.
Seorang pria. Dan sepertinya Ia cukup mengenal orang itu.
Gadis itu berusaha memutar memorinya, demi melihat siluet pria itu di teras rumah.
Seketika matanya membola, tatkala Ia mengenal pria itu.
"Oh Tuhan, Dirga Narendra."
"Mau apa lelaki itu ke sini?"
Pria itu masih berdiri dan mencoba memencet bel rumah gadis itu sekali lagi. Ia sedikit kecewa, karena sudah tiga kali ia memencet bel, namun sosok yang ingin ia temui belum nampak membuka kan pintu.
Mungkinkan gadis itu sudah tidur. Dirga.
Saat Dirga berbalik hendak kembali ke mobilnya, pintu rumah perlahan terbuka.
Nampak lah gadis itu dengan wajah cantik alaminya, sudah menggunakan pakaian piyama tidur dengan rambut di kuncir kuda, menampakkan leher jenjang putih mulusnya. Dirga kehilangan kata-katanya. Namun sedetik kemudian ia tersadar.
"Hai, selamat malam," sapa Dirga.
"Se.. Selamat malam. Tuan Dirga. Ada apa anda malam-malam datang kemari? Dan bagaimana anda bisa tahu rumah saya?" Pertanyaan yang meluncur dari mulut Amelia.
Sebelumnya Ia sempat terpesona saat pertama kali membuka pintu dan melihat sosok pria itu. Penampilannya sungguh berbeda dari terakhir kali gadis itu lihat. Pria yang berdiri di depannya saat ini, tidak tampak seperti seorang CEO perusahaan besar. Dirga terlihat seperti seorang pemuda pada umumnya. Nilai plus yang ada pada dirinya, tampan.
"Saya ingin ketemu kamu, Amelia."
Amelia nampak kebingungan.
"Ada perlu apa, Tuan?"
"Dirga, tolong panggil saya Dirga. Jangan panggil saya dengan sebutan Bapak atau Tuan."
"Ah iya. Kenapa anda ingin bertemu dengan saya?"
"Saya rindu kamu, Amelia."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Wiwifardan
gercep ya bosss,,,the best laaah,
2021-01-25
0
Vhie Vhie
waw jujur kali...dirga mmng cowok yg baik ya
2020-10-24
2