"Bob, gimana hasil tes kerjanya kemarin?" tanya Amelia melalui sambungan telepon.
"Hari senin besok aku disuruh datang ke perusahaan untuk tanda tangan kontrak, Mel."
"Jadi kamu diterima?" seru Amelia merasa senang.
"Yaaa.. Gitu deh!"
"Wah, congrat' yah Bob. Aku seneng dengernya."
"Ngomong-ngomong kamu udah balik ke kontrakan, Mel?"
"Udah. Tadi dianter sama Arga. Jam lima aku baru sampe."
"Oh.. Terus kamu sendiri gimana, udah ada kabar dari perusahaan tempat kamu tes kerja?"
"Belum Bob. Nggak tahu nih, udah seminggu nggak ada kabar."
"Sabar aja yah, Mel. Mungkin emang belum. Aku bantu doa deh, hehehe.."
"Makasih yah, Bob. Oh iya, besok aku mau ke kampus, tadinya mau minta anter kamu. Tapi nggak jadi kayanya. Terpaksa jalan sendiri deh."
"Ngapain? Emang ada berkas-berkas atau ada urusan yang belum kelar?"
"Udah beres semua kok. Cuma mau cari-cari info beasiswa S2 aja."
"Oh... Yang pernah kamu cerita itu. Iya deh, mudah-mudahan ada info yang bagus. Sory aku nggak bisa anter."
"Iya nggak apa-apa, nyantai aja. Ya udah deh Bob, udah dulu yah. Aku belum mandi, nggak enak nih badan pada lengket."
"Oh.. Ok deh, pantesan dari tadi aku mencium aroma-aroma apaaa gitu."
"Enak aja. Gak bau yah, sorry. Lagian emang aroma nya sampe kesana apa."
Terdengar suara cekikik dari Boby. Kemudian sambungan telepon itu terhenti.
Malam baru menunjukkan pukul tujuh. Cuaca cukup hangat untuk ukuran malam hari. Baru saja gadis itu akan beranjak dari posisinya, terdengar nada dering telepon masuk. Dilihatnya nomor yang tertera di layar.
Nomor yang sama dengan yang waktu itu. Mungkinkah..? Amelia.
"Ah biarkan saja. Aku mau mandi," bicara sendiri sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
***
"Argh....!"
Kenapa gadis itu tidak mengangkat telepon dariku.
Apakah ia belum pulang dan masih di rumah orang tua nya.
Apakah ia memang sengaja tidak ingin bicara denganku.
Kalimat-kalimat itu meluncur dari mulut seorang Dirga Narendra, yang nampak kesal karena keinginannya untuk menelepon dan bicara dengan gadis itu tidak berhasil.
Dilempar nya ponsel ke atas tempat tidur, namun sekian detik kemudian, diambilnya lagi dan di utak-atiknya layar ponsel di tangannya.
"Hallo Juna, tolong kamu cari informasi mengenai alamat rumah gadis itu."
.......
"Iya Amelia, kamu pikir gadis yang mana lagi."
.......
"Iya, saya tunggu secepatnya."
Ditutup sambungan telepon dengan asisten pribadinya. Kali ini ponselnya kembali di lempar dan tak ingin ia ambil lagi.
Ia langkahkan kaki nya menuju lantai bawah. Dilihatnya seluruh keluarganya sudah berkumpul untuk makan malam.
"Mas..." sahut Bu Ninta saat melihat putranya berjalan menghampiri mereka yang sudah bersiap untuk santap malam.
"Ehm.. Bu, Yah," sambil menarik kursi untuk ia duduki.
"Kok aku nggak disapa, Mas."
"Oh iya, Hai Nancy. Sory, Mas nggak lihat."
"Ish, kurang gede gimana lagi ini badan, masih aja nggak kelihatan," sahutnya sembari manyun.
"Badan kamu kan emang nggak gede Nancy. Langsing, kurus iya."
"Mas Dirga...!"
"Hehehhe.. Becanda Non," katanya sambil mengacak-acak rambut adik kesayangannya yang duduk tepat di sebelahnya.
"Maaas, aku bukan anak kecil lagi yah. Jangan acak-acak rambut kaya gini, jadi kusut tahu."
"Kamu memang bukan anak kecil lagi, tapi kamu tetap adik kecil bagi Mas."
"Tau ah..."
Pak Harsa dan Bu Ninta hanya tersenyum melihat tingkah putra putri kesayangan mereka itu.
"Sudah.. Sudah. Ayo makan dulu. Becandanya dilanjut nanti lagi saja," ujar Harsa dengan tangan yang sudah mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya.
Keluarga Narendra menikmati santapan makan malam dengan suasana yang akrab, sambil sesekali di selingi candaan-candaan di antara mereka, yang semakin membuat kehangatan di ruang meja makan tersebut.
"Bagaimana kabar di kantor Mas. Apa semuanya baik-baik saja?" Harsa membuka obrolan saat seluruh penghuni rumah berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV.
Pak Harsa tidak ingin menyia-nyiakan momen ini. Dimana setelah beberapa hari ini sang putra yang tidak pernah keluar kamar apalagi sampai keluar rumah, rutinitas yang sepertinya putranya lupakan di waktu weekend.
Terkadang putranya itu sering terlihat tiba-tiba melamun saat di meja makan.
Dan malam ini, momen yang di tunggu, dimana putra nya ikut bergabung dengan seluruh keluarga untuk sekedar mengobrol setelah makan malam selesai.
"Kabar perusahaan baik-baik saja kok, Yah. Ayah sekali-kali tengok lah ke kantor," jawabnya sambil mengemil keripik kentang dalam toples yang Ia pegang.
"Iya, kapan-kapanlah Ayah berkunjung ke perusahaan."
"Jangan kapan-kapan dong, Yah. Yang ada nanti malah lupa lagi. Udah keasikan di rumah lupa sama perusahaan."
"Ya enggak lupa, kan perusahaan sudah ayah serahkan sama kamu. Ayah percaya dengan kinerja kamu selama ini terhadap perusahaan. Terbukti selama kepemimpinan kamu, perusahaan jarang mengalami masalah."
"Terimakasih atas kepercayaan Ayah sama Dirga. Tapi bolehkan kalau sewaktu-waktu ayah melihat dan mengawasi kerjaan Dirga di kantor."
"Ya.. Baiklah. Esok atau lusa, Ayah akan usahakan berkunjung."
"Nah gitu dong."
"Tapi Mas, apa betul kamu sedang tidak lagi punya masalah?" giliran Bu Ninta yang bertanya.
"Tidak kok Bu. Memang kenapa Bu, apa ada sesuatu yang aneh dengan Dirga?"
"Jujur sih iya. Ibu perhatikan kamu sering melamun. Udah gitu, tumben sekali waktu libur kamu ini, Ibu tidak melihat kamu keluar jalan sama kawan-kawan kamu, sampai Aldo datang ke sini nyariin kamu, Mas."
Dirga terlihat terdiam, dan menghembuskan nafasnya perlahan. Beban hati nya yang selama ini membuat ia sulit terpejam di waktu malam, sebetulnya ingin ia curahkan kepada orang-orang terkasihnya, seperti keluarga yang ada di hadapannya saat ini. Namun Ia berpikir apakah waktunya sudah tepat.
Pak Harsa, Bu Ninta juga Nancy sang adik, menunggu reaksi dari Dirga.
"Ibu dan juga Ayah.." Dirga memulai.
"Nancy enggak?" yang bertanya hanya mendapat jawaban tatapan mendelik dari sang ibu.
Ok, mulutnya membentuk kata itu.
"Sepertinya Aku sedang menyukai seseorang."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Juni Ana
g dukung kak😍😍
2020-12-19
1
Vhie Vhie
keluarga yg harmonis
2020-10-24
1