Amelia bersyukur sepertinya pemikiran negatifnya ketika Ia terbangun dari tidurnya di sebuah hotel kemarin hanyalah mimpi buruk semata. Ia tidak ingin terlarut dalam rasa tidak enak nya demi mengingat kondisi nya saat itu yang sangat tak pantas untuk diceritakan kepada siapapun.
Saat ini, Amelia sudah berada di atas sebuah motor. Motor ojek online yang Ia naiki untuk membawanya ke tempat dimana Ia ada jadwal interview di sebuah perusahaan yang cukup terkenal.
Ia tidak menyadari bahwa Tuhan sedikit demi sedikit sedang menunjukkan takdir baik di dalam kehidupannya.
Supir ojek motor berhenti tepat di sisi jalan depan pelataran gedung perusahaan.
Setelah membayar ongkos tarif ojek, Amelia melangkahkan kakinya ke dalam lobbi untuk menuju ke bagian resepsionis.
"Selamat pagi," sapa nya pada staf resepsionis yang tersenyum ketika Ia datang.
"Selamat pagi," balas salah satu dari kedua wanita di depannya.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Maaf Mbak, hari ini saya ada jadwal panggilan untuk interview dengan manager personalia."
"Oh.. Iya. Dengan Mbak siapa?"
"Amelia Sarawijaya."
Dilihatnya wanita itu menghubungi seseorang melalui telepon yang ada di hadapannya.
"Maaf, Mbak bisa tunggu dulu di sana, nanti kami akan panggil kembali," katanya sembari menunjuk deretan sofa di area lobbi.
"Oh iya, baik. Terimakasih."
Hanya dibalas dengan anggukan dan senyum yang tak pernah luntur.
Amelia langkahkan kakinya ke arah yang di tunjuk oleh Mbak resepsionis. Entah mengapa, omongan orang-orang yang katanya interview itu adalah momen yang bikin jantung deg-degan, tidak Amelia rasakan sama sekali. Ia terlihat santai dan malah menikmati momen-momen menunggu seperti ini.
Terlena dengan lamunannya, Amelia tidak menyadari ada sesosok pria memasuki area gedung perusahaan yang di ikuti oleh beberapa orang di belakangnya.
Hingga Ia dikejutkan oleh suara yang berasal dari wanita bernama Dila, dilihat dari name tag yang terpasang di baju seragamnya yang berada tepat di atas dada sebelah kirinya, salah satu staf resepsionis tadi.
"Mbak Amelia?" panggilnya.
"Ah iya Mbak," jawab Amelia sambil berdiri.
"Bapak Rendy sudah menunggu di ruangannya. Mari saya antar," ujar si petugas resepsionis.
"Ah iya, Baik Mbak. Maaf merepotkan."
***
Sepertinya gadis yang ada di lobbi tadi Amelia, gadis yang bos bawa ke hotel kemarin. Juna
Langkah-langkah kaki dengan Dirga memimpin di depannya, Juna sang asisten menyamai langkah di sebelahnya, terus berjalan menuju sebuah ruangan di lantai tiga.
"Selamat pagi Pak Dirga. Silahkan," sapa Lutfi sang direktur, menyambut kedatangan Dirga dan rombongan.
Saat ini sang CEO sedang melakukan agenda rutin dengan berkunjung ke salah satu anak perusahaan PT. GeHa, yaitu PT. EsKa, perusahaan yang saat ini di pimpin oleh Lutfi. Yang kebetulan juga adalah perusahaan tempat dimana Amelia sedang melakukan panggilan interview.
Obrolan berlanjut dengan membahas perihal kondisi perusahaan dari yang baik sampai hal-hal yang butuh perhatian, semuanya di bahas mendetail tak ingin Dirga lewati sekecil apa pun. Walaupun hal yang demikian biasanya dibahas di dalam rapat perusahaan. Namun Dirga tak pernah menyia-nyiakan kesempatan, Ia akan pergunakan waktu sebaik-baiknya.
"Apa Bapak mau mengunjungi para karyawan seperti biasanya?" setelah perbincangan yang berlangsung hangat penuh keakraban.
Ya, Dirga adalah sosok pemimpin yang ramah dan baik hati. Ia bukanlah sosok pemimpin yang angkuh atau pun dingin pada setiap orang. Makanya para jajaran direksi dan juga karyawan, baik di pusat maupun anak cabang sangat menyukai bos mereka. Menyukai sifat dan sikapnya, tapi yang paling utama bagi para pegawai wanita adalah menyukai wajah tampannya, tentu saja.
Tak heran sampai-sampai para karyawati memiliki grup fanbase yang dikhususkan bagi sang CEO, Dirga Lover.
Dirga tahu itu, tapi Ia tak melarangnya. Ia hanya tertawa saja dengan tingkah laku para bawahannya.
Yang terpenting baginya, pekerjaan dan kesejahteraan pegawai adalah yang utama.
Ia tidak ikut campur urusan yang nyeleneh-nyeleneh yang dilakukan para pegawainya, asalkan masih bernilai positif dan tidak menimbulkan kegaduhan yang mengakibatkan performa kerja yang menurun bahkan cenderung buruk.
Bila itu sampai terjadi, tak segan-segan ia akan memberikan sanksi disiplin bagi siapa saja, tak pandang dia memiliki pangkat jabatan atau OB sekalipun.
Seperti yang sudah-sudah, di setiap kunjungannya ke anak perusahaan, Ia tidak segan menyapa karyawan di beberapa divisi. Memang tidak semua yang Ia kunjungi, mengingat keterbatasan waktu yang Ia punya di setiap langkah-langkah kakinya, minimal Ia akan bertegur sapa dengan dua atau tiga orang karyawannya, baginya itu sudah cukup.
Ia melirik ke arah Juna di sebelahnya, namun jiwa asistennya itu terlihat sedang tidak ada di tempatnya.
"Juna!" panggilnya.
"Eh iya, Pak?" jawab Juna terbata.
"Apa saya masih memiliki sedikit waktu?"
"Ehm, sebetulnya satu jam lagi Bapak ada agenda rapat dengan PT. AXO."
"Tapi..." Juna menggantungkan kalimatnya tidak jadi meneruskan kata-katanya.
"Tapi kenapa?"
"Tapi.. Ehm maaf Pak, tidak ada," Juna merutuki kebodohannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments