Di minggu pagi yang cerah, keluarga Amelia bahu membahu meringankan pekerjaan Bunda dengan mengadakan kerja bakti membersihkan rumah.
"Bun, nanti sore Amelia balik ke kontrakan yah?" tanya Amelia di sela-sela pekerjaannya mengelap kaca jendela.
Bunda sendiri sedang mengurus tanaman bunganya. Ayah dan Arga sibuk memotong rumput dan dahan pohon mangga yang sudah terlihat rimbun.
"Cepet banget Kak, udah mau balik lagi aja. Kan kamu juga lagi nggak ada kegiatan," Ayah yang protes.
"Iya nih Kak. Baru juga Bunda seneng ada spesies yang sejenis di rumah," Arga adiknya ikut menimpali.
"Ish! Kamu nih Ga, kalo ngomong suka bener," sahut Bunda pada Arga sambil tertawa.
"Iya sih Kak, sebentar banget nginep di rumahnya," tanya Bunda juga ikutan protes.
"Iya emang udah gak ada kegiatan sih, Yah, Bun. Tapi Amelia niat mau ke kampus besok. Mau tanya-tanya informasi aja sama pihak kampus. Mudah-mudahan ada rejeki nya perihal beasiswa S2."
"Oh begitu. Ya sudah kalau emang kamu ada perlu. Asal jangan lupa kabar-kabari Bunda atau Ayah kalo kamu belum sempet pulang," kata Ayah.
"Iya Yah."
Hari minggu itu dilalui keluarga Amelia dengan penuh kehangatan di dalamnya. Anak sulung yang memutuskan untuk tinggal sendiri jauh dari rumah semenjak kuliah, memberi warna tersendiri di tengah-tengah keluarga bila Ia datang berkunjung untuk pulang.
Amelia adalah sosok gadis yang ceria dan juga baik hati. Maka tak heran jika banyak orang yang menyukainya, baik saat sekolah dulu atau saat Ia kuliah. Namun Amelia berusaha menjaga dirinya agar tidak terlalu dekat dengan siapapun, terutama teman perempuan. Ia hanya menjaga agar tidak menimbulkan konflik atau masalah nantinya. Sebagai seorang perempuan, Ia sadar diri bahwa makhluk yang Tuhan ciptakan bernama 'perempuan' itu, memiliki sifat yang komplek dan rumit.
Ia memang memiliki banyak teman, namun teman satu-satunya yang dekat dengan Amelia, adalah Boby. Teman masa kecilnya, yang memutuskan kuliah di tempat yang sama dengannya.
Boby sudah Ia anggap seperti kakak baginya. Dimanapun atau kapan pun ketika gadis itu memiliki masalah, maka Boby adalah sosok terdepan yang melindunginya.
Amelia lahir bukan dari kalangan orang yang berada, namun mereka selalu mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan.
Ayah nya bekerja sebagai staf marketing di salah satu perusahaan otomotif. Bundanya tidak bekerja semenjak Amelia lahir. Fokus menjadi ibu rumah tangga saja mengurus keluarga.
Saat Amelia memutuskan untuk tinggal sendiri dengan menyewa sebuah rumah yang dekat dengan kampusnya, awalnya kedua orang tuanya tidak setuju. Mereka berpikir bahwa selama ini anak gadisnya tidak pernah tinggal jauh dari orang tua. Mereka khawatir.
Namun berkat kegigihan Amelia dengan terus membujuk Ayah dan Bundanya agar tidak perlu mengkhawatirkan dirinya serta memberi kepercayaan padanya agar tumbuh menjadi sosok manusia yang mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab dengan segala tingkah laku dan perbuatannya bila Ia tidak tinggal bersama mereka. Akhirnya, kedua orangtuanya pun setuju dan tentu saja dengan mengajukan beberapa syarat yang harus gadis itu penuhi. Salah satunya adalah sering mengunjungi rumah di saat tidak ada tugas kuliah. Amelia menyetujui, toh jarak rumah dengan rumah yang akan Ia sewa tidak terlalu jauh.
Apakah orang tuanya meninggalkan nasehat dan petuah? Tentu saja. Seabreg nasehat mereka berikan kepada Amelia di saat gadis itu akan pergi meninggalkan rumah.
Amelia tidak pernah lupa diri. Meski Ia memiliki kehidupan dan lingkungan yang baru, tapi ia masih ingat nasehat kedua orang tua nya, untuk tetap menjaga tingkah lakunya dimana pun ia berada.
"Ga, kamu sore ini ada acara nggak?" tanya Ayah saat mereka sedang menikmati santap makan siang.
"Nggak ada kok Yah. Emang kenapa?" jawab Arga, dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Antar Kakakmu nanti," perintah Ayah.
"Oh... ok."
"Tapi yang bener bawa mobilnya. Jangan ngebut-ngebut," Ayah mewanti-wanti.
"Iya Yah.."
"Tenang aja Yah, nanti Amelia yang ingetin."
Sebuah mobil yang mereka beli ketika Ayahnya mendapatkan bonus pekerjaan dalam sebuah proyek perusahaan. Bukan mobil mewah, tapi mereka merasa cukup dan bersyukur dengan semuanya. Karena kehidupan yang dijalani keluarga Amelia menerapkan konsep hidup sederhana, maka dimana pun mereka berada, mereka selalu terlihat sederhana dan bersahaja. Nggak neko-neko apalagi berlebihan.
***
Sudah tiga hari ini, seorang pria sedang merasakan kegalauan hati yang tak Ia mengerti. Untungnya pekerjaan tidak sedang membutuhkan konsentrasi dan fokusnya, sehingga tidak menambah beban kegalauan dan pikirannya.
Dia adalah Dirga Narendra. CEO tampan yang beberapa hari ini seperti terkena ilmu pelet dari seorang gadis. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa seorang gadis yang Ia lihat dan Ia temui di suatu tempat yang tidak disengaja bisa membuatnya kehilangan gairah hidupnya.
Seperti hari ini, tidak seperti biasanya, waktu weekend nya hanya Ia habiskan seharian di rumah saja. Kadang seharian Ia bisa tidak keluar kamar. Dirga turun hanya saat sarapan, makan siang dan malam saja. Sisanya dihabiskan waktunya dengan bermalas-malasan di atas ranjang dan menyibukkan tangannya mengutak-atik gawai atau laptopnya.
Kedua orang tuanya pun sampai terheran, melihat putra kesayangannya itu seperti sedang tidak bergairah. Hal itu juga tidak luput dari pengamatan Nancy, adik Dirga.
Karena penasaran, Ia menanyakan hal itu pada kedua orang tua nya saat mereka duduk bersantai di ruang keluarga.
"Mas Dirga tumben banget Bu ada di rumah?" tanya Nancy putri semata wayang keluarga Narendra pada Ninta, sang Ibu.
"Iya, nggak tahu tuh. Ibu sama Ayah juga heran. Udah gitu, Mas mu itu melamun terus. Apa Mas mu lagi ada masalah di kantor?" bertanya pada dirinya sendiri.
"Ibu nggak tanya?"
"Ayah berpikir kalau Mas Dirga diam saja berarti dia tidak ingin orang lain tahu. Kita tidak perlu ikut campur."
Nancy terlihat mengangguk.
"Nanti juga seandainya dia tidak kuat menanggung masalahnya, dengan sendirinya Ia akan membutuhkan seseorang untuk berbagi. Minimal Ia akan butuh seseorang untuk mendengarkan saja keluh kesahnya."
"Iya Bu. Ibu bener banget."
"Cuma memang Nancy penasaran aja gitu Bu. Momen yang luar biasa banget Mas Dirga bisa betah di rumah kaya sekarang. Kita kan tahu Mas Dirga itu tiap weekend pasti jalan sama temen-temennya," katanya sambil tersenyum nakal.
"Hooh. Ibu juga berpikiran yang sama. Malah kemarin, Aldo sampai datang ke rumah cari Mas Dirga mu itu. Saking susah di hubungi nya katanya," kata Ninta bercerita seru.
"Apa jangan-jangan, Mas Dirga lagi jatuh cinta Bu!" kata Nancy menerawang.
Seolah mendapatkan topik obrolan seru, langsung saja kedua wanita berbeda usia itu mengubah posisi duduknya senyaman mungkin, membicarakan orang yang dari pagi sampai menjelang siang ini belum terlihat batang hidungnya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tara
Mulai bucin tuch😉
2021-05-15
0