Pagi itu, suasana rumah Alvarez kembali tenang. Celestia sibuk di dapur kecil di samping ruang makan, mencoba memasak menu sarapan kesukaan Dominic telur, roti panggang, dan kopi susu. Mbak Rani, pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja di sana, hanya tersenyum melihat perubahan suasana.
Dominic turun dengan bantuan tongkat. Ia masih belum bisa berjalan sepenuhnya tanpa alat bantu, tapi wajahnya tampak lebih cerah dibandingkan beberapa minggu lalu.
Dominic Alastair Varellian
Aroma dapurnya beda hari ini (gumamnya pelan)
Celestia Aurellia A.V
Kalau aromanya gagal, jangan salahkan aku. Ini percobaan pertama
(tersenyum kecil)
Mereka duduk bersama di meja makan. Saat Dominic mencicipi sarapan buatan Celestia, ia terdiam beberapa detik, lalu menganggu
Dominic Alastair Varellian
Lumayan. Nggak bikin lidahku trauma.
Celestia Aurellia A.V
Baru dibilang lumayan aja aku udah senang
(tertawa pelan)
Usai sarapan, Dominic menerima kunjungan Rafael Adrienne Vaughn, pengacara pribadinya sekaligus teman dekatnya. Rafael membawa beberapa dokumen penting, namun ia juga sempat melirik ke arah Celestia yang sedang makan es krim
Rafael Adrienne Vaughn
Kamu terlihat lebih hidup sekarang, (ujar Rafael sambil menandatangani dokumen)
Dominic Alastair Varellian
Mungkin karena ada seseorang yang mau tinggal dan nggak lari
(Menjawab singkat)
Rafael Adrienne Vaughn
Kamu serius sama dia?
(Mengangkat alisnya)
Malam harinya, Celestia masuk ke kamar dengan membawa selimut tambahan. Udara dingin membuat suasana menjadi lebih tenan
Celestia Aurellia A.V
Dom kalau besok kamu mau jalan-jalan sore ke taman belakang... aku akan temani
Dominic Alastair Varellian
Kamu bukan cuma temani, Cel... kamu sedang mengisi ruang-ruang kosong dalam hidupku yang bahkan aku sendiri sudah lupakan
(Tersenyum samar)
Celestia tertegun. Tapi dalam diamnya, ia tahu... hati mereka sedang menulis cerita baru—perlahan, tapi past
Comments