Setelah kembali ke kamar, Celestia tidak bisa tidur. Pikirannya masih berkutat pada percakapannya dengan Dominic di ruang kerja. Namun, ada satu hal lain yang juga memenuhi pikirannya—kondisi Dominic.
Ia tahu bahwa sebagai seorang dokter, ia tidak bisa hanya diam melihat suaminya terus dalam kondisi seperti ini. Apalagi, sebagai seorang ahli bedah, ia paham bahwa ada banyak kemungkinan untuk pemulihan Dominic—jika pria itu mau mencoba.
Keesokan paginya, saat sarapan, Celestia memberanikan diri untuk berbicara
Celestia Aurellia A.V
Dom, aku ingin membahas sesuatu (ucapnya hati-hati)
Dominic menatapnya sebentar sebelum kembali menyuap makanannya
Dominic Alastair Varellian
Apa?
Celestia Aurellia A.V
Aku ingin kau mencoba terapi fisik lagi. Aku tahu banyak dokter rehabilitasi yang bisa membantumu, dan aku bisa merekomendasikan salah satu teman terbaikku
(ucapnya pelan)
Dominic berhenti makan, lalu menatap Celestia dengan dingin.
Dominic Alastair Varellian
Tidak perlu. Aku sudah mencoba, dan itu tidak berhasil
Celestia Aurellia A.V
Tapi kau tidak bisa hanya berhenti mencoba. Kau tahu, sebagai dokter bedah, aku melihat banyak pasien yang kondisinya lebih buruk darimu, tetapi mereka tetap berusaha. Kau punya kesempatan, Dominic. Kau hanya perlu percaya.
Dominic Alastair Varellian
Celestia, aku sudah menerima keadaanku. Mungkin kau yang belum.
(menghela napas)
Celestia menggigit bibirnya. Ia tahu Dominic keras kepala, tetapi ia tidak ingin menyerah begitu saja.
Celestia Aurellia A.V
Izinkan aku memperkenalkanmu pada temanku, setidaknya sekali saja. Dia ahli dalam kasus seperti ini. Jika setelah itu kau masih tidak mau, aku tidak akan memaksamu lagi
Dominic menatap Celestia lama, seakan mencari sesuatu dalam sorot matanya. Akhirnya, ia mengangguk pelan.
Dominic Alastair Varellian
Satu kali. Tidak lebih
Celestia tersenyum kecil. Itu mungkin bukan jawaban yang diharapkannya, tetapi setidaknya itu adalah sebuah langkah maju. Ia hanya berharap Dominic mau membuka hatinya untuk kesempatan kedua dalam hidupnya
Comments