BAGIAN 4
Raven Delaney Harish, kakak dari Adrian Deandra dan Alyssa Claire serta anak dari pasangan Tristan Harish dan Vanessa Oliver ini adalah anak yang baik , rendah hati, ramah, dan menyayang. Raven sangat menyayangi kedua adiknya, ia selalu melindungi adiknya dari kemarahan sang ayah. Sang ayah tak henti-hentinya memukul mereka setiap harinya, perlakuan kasar sang ayah seakan tak ada apa-apanya lagi bagi mereka. Seperti saat ini, seorang gadis kecil sedang di pukul oleh ayahnya, gadis itu menangis tersedu-sedu karena ulah sang ayah.
"Ayah, berhenti. Itu bukan salah Alyssa" teriak seorang anak laki-laki yang baru saja datang.
"Diam kau Adrian!" bentak sang ayah, lalu berbalik memukul Adrian.
Dinding ruangan itu seakan jadi saksi bisu betapa kejamnya sang ayah pada anak-anaknya. Isak tangis serta rintihan kesakitan seakan menjadi sebuah melody yang terus menggema setiap harinya di ruangan itu. Ini lah Tristan ia kerap kali berperilaku kasar tanpa alasan dan sebab yang jelas, Alyssa dan Adrian selalu jadi pelampiasannya.
"Tistan... Buka pintunya... Jangan sakiti mereka" lirih seorang wanita yang berada di dalam sebuah kamar, ia hanya bisa menangis pilu sembari mengendor pintu kamarnya. Namun semuanya seakan sia-sia tak akan ada satu orang pun berani membuka pintu itu. Dari kejuhan datanglah seorang anak laki-laki dengan tergesa-gesa mendekat ke arah adik-adiknya .
"Ayah... Berhenti" teriak anak itu lantang, sontak pria yang ia panggil ayah itu menoleh.
"Aku akan berhenti memukul mereka jika kau menuruti perintah ku!" kata pria itu.
Raven membeku, begitu sulit pilihan yang harus ia pilih saat ini. Di satu sisi ia tak ingin adik-adiknya terus menerus tersiksa, di sisi lain ia tak ingin mengikuti ritual yang akan ia lakukan bersama Ayah nya. Raven melihat ke arah adik-adiknya, ia ingin menolak namun ia tak sanggup terus menerus melihat adik-adiknya tersiksa. Alyssa dan Adrian menggeleng , mereka tidak setuju jika Raven kembali mengalah dan menolong mereka. Mereka tahu akan terjadi hal buruk jika Raven mengikuti ritual itu.
Dengan berat hati Raven mengangguk,
"Baiklah, aku akan ikut ritual itu, tapi berhenti memukul mereka" kata Raven, ia menggenggam tangannya kuat .
"Bagus.. Persiapkan dirimu" kata Tristan lalu menepuk pundak Raven dan berlalu .
Raven mendekat ke arah Alyssa dan Adrian lalu memeluk kedua adiknya. Raven begitu menyayangi kedua adiknya.
"Kenapa...kenapa kakak setuju". Kata Alyssa di sela isakannya.
"Kakak tak mau kalian terus menerus di pukul ayah" kata Raven lembut.
"Kak.. Kau selalu saja berkorban untuk kami.. Tapi jangan seperti ini kak" kata Adrian, dengan air matanya yang mengalir deras.
"Tenanglah, aku akan baik-baik saja, yang terpenting kalian tak akan di pukul ayah lagi" kata Raven lalu memeluk kedua adiknya erat, seolah ia akan sangat merindukan kedua saudaranya ini.
Raven tidak tahu jika ritual yang di akan dilaksanakan adalah ritual dimana jiwa ayah nya akan masuk ketubuhnya, dan sang ayah akan mati tentunya.
Ritual pun berlangsung malam ini, tepat dimana Raven genap menginjak umur 17 tahun. Pertama-tama seorang wanita dengan jubah hitam mengiris pergelangan tangan Raven dan Tristan lalu menyatukan darah mereka. Raven berbaring di atas batu sama halnya dengan sang ayah. Kemudian wanita berjubah itu merapalkan matra, dan seketika tubuh Raven di kelilingi oleh asap berwarna hitam. Raven sedikit panik akan hal itu, namun tubuhnya seakan dikunci. Ia tak bisa bergerak, asap itu semakin mendesak masuk ke hidung dan mulut Raven, membuatnya sesak dan jantungnya terpacu berkali-kali lipat. Rasa terbakar menjalar di seluruh tubuh Raven membuatnya berteriak kesakitan.
"Aaarrrggghhhhh!!" teriak Raven sebelum akhirnya kegelapan pun melandanya.
Ritual yang merea lakukan akan membuat sang ayah Tristan akan kehilangannya nyawanya. Bagi Tristan bukanlah masalah kehilangan nyawanya yang terpenting adalah, Dendamnya atas kematian sang ibu akan terbalaskan.
Sejak hari dimana ritual itu berlangsung Raven pun berubah drastis , tak ada lagi sosok Raven yang menyayangi adik serta ibunya. Kasar, kejam, jahat, semua itu adalah sifat Raven sekarang.
Hari ini Raven akan di angkat menjadi Alpha Dark Moon menggantikan sang ayah . Alyssa, Adrian dan sang ibu terus menerus menentang Raven yang akan menghancurkan Pack Golden Red Eclipse, mereka tak mau Raven terus menerus di butakan oleh dendam sang Ayah. Acara pengangkatan Raven berlangsung meriah sekali, tiba-tiba suasana pesta menjadi hening saat seorang gadis berteriak . Hal ini membuat Raven menjadi murka
"Cukup kak!!" teriak Alyssa lantang, membuat semua orang melihat ke arahnya.
"Ini bukan dirimu, kau bukan kakak ku Raven Delaney Harish yang ku kenal.... cukup kak hentikan ini se-" ucapan Alyssa langsung terpotong , sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, membuat semua orang melotot.
PLAAKKK!!
"CK... kau tak tahu apa-apa gadis kecil !!" bentak Raven, membuat tangis Alyssa semakin pecah . Gadis itu menangis pilu sembari memegang pipinya yang berdenyut sakit karena tamparan keras sang kakak, rasa sakit itu seakan menjalar sampai ke hatinya. Alyssa tak pernah di perlakukan sekasar ini oleh sang kakak, tentu saja sikap Raven tadi membuat gadis itu sangat sedih.Alyssa hanya bisa diam tak menjawab, hanya isakannya yang terdengar sangat memilukan. Orang-orang di sana menatap Alyssa dengan tatapan iba.
"Dasar cengeng !! lemah.." kata Raven dingin dan menusuk, Alyssa hanya bisa menangis saja dihadapan kakaknya itu. Raven hendak memukul Alyssa lagi, namun Adrian langsung menghampiri sang adik dan mendorong tubuh Raven. Raven sedikit terhuyung kebelakang karena dorongan Adrian tadi.
"Dia adik mu Raven!!" teriak Adrian di depan Raven, membuat Raven tersenyum sinis . Adrian tak pernah memanggil Raven dengan sebutan nama selama ini.
"Aku tak membutuhkan makhluk lemah seperti kalian!" kata Raven sinis.
"Kalau begitu ayo kita bertarung, aku akan buktikan siapa yang kau sebut lemah ini" kata Adrian lantang, membuat Raven tersenyum remeh . sedangkan Alyssa dan Vanessa membeku mendengar Adrian, tak percaya jka Adrian menantang Raven.
"Baiklah, ayo.. akan ku buktikan jika kau lemah" kata Raven sinis, ia tersenyum miring memandang remeh Adrian.
Alyssa berlari kearah Adrian, ia tak ingin kedua kakaknya ini bertarung.
"Kak Adrian , jangan lakukan ini.. kak Ra-" ucapan Alyssa langsung di potong oleh Adrian
"Aku tak mau kita di anggap lemah Lyssa, dan ku tak terima jika kau di perakukan seperti tadi" kata Adrian lembut lalu mengelus pipi Alyssa. Kemudian Adrian menghampiri Vanessa dan memeluk ibunya itu sebentar , lalu mengambil pedang dan siap bertarung bersama kakak nya 'Raven Delaney Harish'
Raven dan Adrian sudah siap bertarung, mereka dalam sikap siaga, mengambil ancang-ancang , lalu bertarung. Bunyi dentingan pedang yang beradu terdengar jelas disana membuat orang-orang yang menyaksikan menjadi tegang karena pertarungan yang begtu sengit antara dua saudara kandung itu.
"Kau lumayan juga ya.... tapi aku akan tetap membuktikan jika kau makhluk lemah" kata Raven sinis , Adrian tak mau ambil pusing ia harus tetap fokus tak mau mendengarkan ucapan Raven yang terus-menerus merendahkannya. Pertarungan terus berlangsung cukup lama, namun sampai saat in tak ada satupun dari mereka berdua yang mengalah. Namun tiba-tiba pedang Adrian terlempar karena kurang fokus, Raven pun memanfaatkan hal tersebut dengan menyerang Adrian. Adrian terus mengelak hingga ia jatuh . Raven mengangkat pedangnya, hendak menancapkan pedang itu ketubuh Adrian yang terjatuh.
"MATI LAH KAU MAKHLUK LEMAH!!" teriak Raven.
dan..
CRASH!!
Pedang itu menancap di dada kiri seseorang, dan untungnya tidak terlalu dalam. Tangan orang itu gemetar menahan pedang , darah segar pun mengalir deras akibat pedang itu. dengan sekali sentak pedang itu terlepas. Semua orang disana melotot tak percaya, begitu pula Adrian, Alyssa, dan Raven yang membeku.
"IBU!! "teriak Alyssa histeris lalu berlari ke arah sang ibu yang tergeletak lemas. Sang ibu lah yang tertusuk pedang Raven tadi, dan Adrian masih baik-baik saja. Raven membeku, ada yang janggal,seakan apa yang ia lakukan itu sangat lah salah.
"Ibu... hiks.. kenapa bu.." lirih Alyssa sembari memeluk ibunya
"Ibu baik-baik saja" Vanessa tersenyum ke arah sang anak, Adrian ikut memeluk sang ibu. "pedang beracun" batin Vanessa pasalnya lukanya tak kunjung pulih.
Alyssa berdiri menghampiri Raven yang masih membeku , "Kak.. apa yang kau lakukan hah!! dia ibumu!!! Dia yang melahirkan mu!!! dia yang merawat mu!!" teriak Alyssa sembari memukul-mukul Raven, Raven tak bisa menjawab lidahnya kelu tak bisa bergerak.
"Sadar kak.. berhentilah menjadi jahat seperti ini" kata Alyssa lagi, membbuat Raven tersentak karena ucapan adiknya itu.
BUGH!!
Tubuh Alyssa terhuyung kebelakang, gadis itu terbatuk-batuk karena dorongan sang kakak yang begitu kuat. "CUKUP! pergi kalian dari sini.. aku tak membutuhkan makhluk lemah seperti kalian" kata Raven dengan Alpha tone nya.
"Tapi kak.." kata Alyssa namun ucapan gadis itu langsung di potong Raven
"PERGI!!"
"Kak!" Alyssa masih menjawab. Air matanya mengalir deras, ia tak percaya kakaknya akan berubah seperti saat ini.
"PERGI!!" bentak Raven penuh penekanan.
"Baiklah, kami akan pergi," kata Vanessa, lalu mereka pun pergi dari Dark Moon malam itu. Setelah di usir dari sana, mereka membangun rumah di dekat pantai dan di tepi tebing. Lalu Vanessa melindungi rumah mereka , sehingga tak ada satupun orang yang akan tahu.
•••
"Jadi ibu mu adalah Vanessa Oliver" tanya Bryan, yang di jawab anggukan oleh Adrian dan Alyssa
"Aku mengenalnya, dia penyihir yang sangat baik" kata Bryan. Ia pun akhirnya percaya jika Adrian dan Alyssa adalah orang baik
"Benarkah?" tanya Angel antusias.
"Ya, dia pernah menolong ku dulu" jawab Bryan, matanya menerawang jauh mengingat sosok Vanessa.
"Bukankah dia mantan pacar mu ?" kata Ricko.
"Shut up!!" bentak Bryan, membuat Ricko terkekeh dan memutuskan mindlink. Ia tak mau berurusan dengan Bryan.
Bryan tak menyangka jika kedua orang yang menyelamatkan nya adalah anak salah satu dari perempuan di masa lalu nya. Vanessa Oliver adalah sosok perempuan manis dan hangat. Sosok yang berhasil membuat Bryan jatuh hati kala itu. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan, saling menyayangi satu sama lain.
Wajah Bryan tampak berbinar, ia larut dalam lamunannya. Itu semua tak lepas dari pandangan sang istri yang mulai curiga.
"Aku rasa ada yang tidak beres"
Batin Angel. Ia menyentuh suaminya itu , membuat sang suami tersentak dan langsung sadar sepenuhnya.
Angel menatap Bryan dengan tatapan menuntut penjelasan. Bryan tersentak, firasat buruk memenuhi kepalanya.
"Jelaskan kepada ku, siapa Vanessa Oliver Alpha Bryan Gerard Friedrich?!" Angel bertanya dengan tatapan melotot, membuat Bryan sulit menelan Saliva nya.
"Sepertinya aku akan tidur di luar malam ini " batin Bryan.
*B**ersambung*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments