BAGIAN 3

BAGIAN 3

AUTHOR POV

Sinar matahari pagi mencoba menyelinap masuk kedalam retina mata seorang gadis yang sedang terlelap. Gemercik air sungai terdengar , tak lupa kicauan burung ikut memperjelas jika malam telah berganti pagi. Gadis itu menggeliat kecil ,dan mulai mengerjapkan matanya berkali-kali, ia duduk kemudian mengucek mata dengan kedua tangan nya, sesekali juga ia menguap .

Hal pertama yang gadis itu lihat adalah kakaknya Jack yang berbicara dengan Harry, Andrew dan Adam beta dari Jack. Jack tampak muram, dengan Andrew yang merangkul pundak kakaknya itu. Tak lupa Melly , Aster, Nancy dan Nadine juga ada di sana. Mereka menangis, entah apa yang membuat mereka menangis.

Valey mengernyitkan dahinya bingung, melihat ekspresi orang-orang di depannya sekarang.

"Ruby ada apa ini?" tanya Valey melalui mindlink.

"Aku tidak tahu Val, kenapa mereka menangis seperti itu" kata Ruby.

"Apa ini ada hubungannya dengan Mom dan Dad" lirih Valey , entah mengapa firasat buruk pun menghantuinya sekarang.

"Val berfikirlah positif dulu" kata Ruby mencoba menenangkan Valey. Valey pun mencoba menetralisir firasat buruk yang terus menghantuinya.

Tiba-tiba Jack memeluk Valey erat, bahunya bergetar menandakan jika Jack menangis .

"Ruby ada apa ini?" Valey mulai khawatir , ia tahu Jack hanya akan menangis jika itu menyangkut dengan keluarganya saja.

Jack terus memeluk Valey erat seolah-olah jika ia melepaskan Valey, Valey akan pergi dari hidupnya. Jack terisak di pundak adiknya itu, ia rapuh ia lemah sekarang, hanya Valey lah satu-satunya yang tersisa. Satu-satunya yang paling berharga. Hanya Valey satu-satunya kekuatan yang mampu membuat ny bertahan saat ini.

"Aku---Aku--Belum siap ---Aku masih membutuhkan mereka" gumam Jack di sela isakannya. Seketika tubuh Valey membeku, air matanya langsung meluncur deras. Ia mengerti apa yang di maksud oleh Jack.

"Tidak! Jangan bilang Mom--Dad" lirih Valey , ia tak bisa menahan diri lagi, ia tak sanggup melanjutkan perkataannya lagi. Air mata Valey langsung luruh, tak lagi mampu ia bendung.

"Ya mereka telah pergi" lirih Jack pilu. Bagai di sambar petir seketika tubuh Valey lemas, ia menangis sejadi-jadinya. Valey memeluk tubuh Jack erat, ia menumpahkan semuanya didada bidang kakaknya itu.

"Tidak! Mom dan Dad masih hidupkan? " lirih Valey di sela isakannya, ia masih belum bisa menerima kenyataan yang menimpanya sekarang. Semua orang disana membeku hanya suara isakan yang terdengar disana. Mereka sangat kehilangan sekarang, kehilangan sosok yang paling berarti di hidup mereka. Bryan dan Angel...

"Jawab aku Jack !! Dimana Mom dan Dad!!Pasti mereka bersembunyikan .. Mereka mengerjaiku seperti dulu kan!!" teriak Valey histeris, sembari mengguncang tubuh Jack. Ia sangat yakin ini hanya akal-akalan orang tua mereka seperti ulang tahun Jack dan dia dulu.

Jack memejamkan kedua matanya, membiarkan adiknya itu mengguncang tubuh nya. Air matan mengalir deras membasahi wajah Jack.

"Tidak Val.. Mereka telah pergi.." lirih Jack, hatinya terasa begitu perih. Ia juga belum bisa menerima kenyataan yang dihadapinya saat ini. Ia tak yakin jika Mom dan Dadnya akan pergi secepat ini.

"Tidak!!!!"

"Auuuuuuuuuu....."

Valey dan Ruby berteriak bersamaan . Teriakan mereka terdengar begitu memilukan. Siapa saja yang mendengarkan teriakan mereka juga merasakan betapa sakit, perih, dan pilu nya apa yang dirasakan Valey sekarang. Takkan ada kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Valey saat ini, dunia serasa hancur bersamaan dengan hancurnya harapan hidupnya.

"Setidaknya aku masih memiliki Mom dan Dad , walau Mate ku membenciku. Sekarang aku sudah tidak tahu apa tujuan aku hidup --- Moon Goddess mengapa takdir ku seperti ini" teriak Valey pilu, air matanya mengalir deras ia menggenggam erat tanah yang ia duduki sekarang.

Jack membawa adiknya itu kepelukannya lagi, ia mengelus punggung adiknya memberikan kekuatan untuk adiknya itu.

"Sweety.. Masih ada aku Big Bear mu, dan yang lain" lirih Jack, ia juga sedih tapi ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihannya. Terlebih dia sudah berjanji kepada Dadnya.

"Jack apa kau juga akan meninggalkan ku?" tanya Valey , tinggal Jack lah satu-satunya harapan yang ia miliki sekarang .

"Aku takkan pernah meninggalkan mu Sweety" ia mencium pucuk kepala adiknya lama.

"Berjanjilah untuk ku" Valey menatap Jack dalam.

"Aku Jacques Coen Friedrich berjanji pada Mu Jessi Valencia Friedrich" kata Jack mantap.

"Aku Jessie Valencia Friedrich memegang janji mu Jacques Coen Friedrich" Valey memeluk kakaknya itu erat.

"Nadine mengapa gadis sebaik Jessie selalu di hadapkan dengan masalah" lirih Nancy ia juga ikut menangis melihat sahabatnya begitu rapuh sekarang.

"Aku juga berfikir begitu Nancy, jika aku di posisi Jessie aku tak akan sekuat dia" kata Nadine.

"Seperti nama tengahnya 'Valencia' yang artinya kuat, Putri Jessie adalah sosok yang kuat " sambung Adam.

Valey masih menangis tersedu-sedu di pelukan kakaknya.

"Oh Moon Goddes takdir seperti apa yang kau rencanakan untuk ku" batin Valey.

JACK POV

Aku merasa akan ada kabar buruk tentang orang tua ku saat ini. Orang-orang yang menghampiri ku menangis haru serta dari mata mereka terlihat jelas rasa sedih mendalam .

"Aunty.. Apa yang terjadi?" tanya ku kepada Aunty Melly. Sungguh aku sudah pasrah, aku harus tegar jika kabar terburuk akan segera aku dengar.

"Mom--Dad mu --Mereka--" lirih Aunty Melly, ia tak sanggup melanjutkan perkataannya.

"Mom dan Dad kenapa?" tanya ku lagi , jantungnku bergedup kencang seiringan dengan firasat buruk yang terus menghantui pikiran ku.

"Mereka meninggal" kata Uncle Andrew lirih, seketika tubuh ku membeku air matan ku mengalir deras seiringan dengan deru belati yang menancap ke lubuk hati ku. Seketika nafas ku tercekat, jantung ku berhenti berdetak saat itu juga. Air mata ku meluncur dengan deras begitu saja, kaki ku mendadak lemas tak bisa menopang bobot tubuh lagi.

"Tidak!! Itu tidak mungkin!!," Aku berteriak menyangkal perkataan mereka.

Ini tidak mungkin ! Tidak mungkin orang tua ku telah pergi!

Mereka pasti berbohong!

"Itulah kenyataannya Jack" lirih Aunty Melly lalu memeluk tubuh erat.

Suasana haru menyelimuti tempat itu. Semua orang menangis pilu pasalnya mereka juga sangat kehilangan sosok Daddy dan Mommy yang sangat mereka sayangi tentunya.

"Tidak!!Mom--Dad--" aku tak bisa melanjutkan perkataan mu lagi, rasa sakit menjalar di relung hati ku. Begitu menyakitkan, ini terlalu cepat untuk ku-- aku belum siap tanpa mereka.

"Aarrrrggghhhh!!"

Aku begitu menyayangi mereka , kenapa mereka pergi secepat ini.

"Tenanglah masih ada kami untuk mu" kata Uncle Andrew yang terdengar pilu, bagaimana tidak ia juga harus menerima kenyataan jika sepupu cantiknya itu telah meninggal, terlebih sahabatnya juga ikut pergi. Yang aku pikirkan saat ini adalah, bagaimana reaksi Valey nanti. Adikku yang manja itu, aku tak sanggup melihatnya menangis.

Aku mencoba menenangkan diri ku, mencoba untuk kembali berdiri. Aku mengusap air mata ku kasar, perasaan ku begitu hancur seiring dengan fikiran ku yang tertuju pada sosok Daddy yang aku temui di dalam mimpi. Setetes air mata ku kembali lolos kala mengingat Daddy. Aku mengepalkan tanganku, amarah memenuhi diri ku. Rasa sakit hati ku berubah menjadi dendam yang mengakar di hati ku.

"Dark moon akan ku hancurkan kalian" batin ku amarah ku memuncak kala mengingat Pack sialan itu!

"Dark moon, Pack menjijikan itu.. Harus di hancurkan" kata serge penuh amarah.

"Takkan ku biarkan mereka berada di muka bumi ini... Mulai detik ini juga aku Jacques Coen Friedrich akan sangat membenci pack terkutuk itu.. Akan ku balas apa yang telah mereka lakukan" batin ku penuh amarah ,

Uncle Andrew yang sadar perubahan pada diri ku pun menepuk bahu ku mencoba menenangkan ku yang telah terbakar amarah.

"Kita akan membalas nya nanti.. Jangan bertindak gegabah" kata Uncle Andrew melalui mindlink.

"Baiklah Uncle" kata ku patuh, amarah aku pun mereda, aku sedikit tenang,

"Aku akan menjaga mereka untuk mu My Angel" kata-kata itu yang aku dengar dari pikiran Uncle Andrew.

AUTHOR POV

Jack menggendong Valey  menuju istana. Valey terlelap karena kelelahan terus menangis tanpa henti sedari tadi. Jack terus berlari membelah hutan , ia tak menyangka orang tua mereka akan pergi secepat ini. Ia memejamkan matanya sebentar dan--

Tes

Setetes air matanya jatuh, ia sangat rapuh sekarang. Ia merasa begitu hancur kehilangan sosok yang begitu ia cintai, sosok yang menjadi panutannya selama ini.

"Tak akan ku biarkan mereka hidup tenang, bahkan aku takkan rela jika kematiannya nanti di permudah" batin Jack dengan amarah yang menggebu. Carita Uncle Harry nya terus terngiang-ngiang di kepalanya.

~flashback on

Sepeninggal Jack dan Valey ,Angel dan Bryan bertarung di tengah hutan melawan musuh mereka, Angel dan Bryan tampak kewalahan karena jumlah musuh yang terus bertambah. Harry turut datang membawa beberapa Warior Pack terbaik mereka dan anaknya Adam .

Pertarungan sangat sengit, tak sedikit Warior Pack mereka gugur dalam pertarungan. Tak terasa pertarungan mereka sampai di tepi tebing, yang di bawahnya adalah laut dengan ombak besar dan batu-batu besar di bawahnya.

Angel dan Bryan tampak kelelahan dan telah sampai batas mereka. Hingga tiba-tiba seeokor serigala hendak menerjang tubuh Bryan yang kelelahan. Dengan sigap Angel melindungi suaminya itu, hingga akhirnya Angel terpental ke tepi tebing curam tersebut. Angel hanya bertahan pada sebuah ranting pohon, tubuhnya sangat lemah ia sangat sulit untuk bertahan. Bryan berlari menuju istrinya itu hingga ia bisa menangkap tangan istrinya itu.

"Bertahanlah sayang, jangan lihat kebawah" kata Bryan, Angel tampak ketakutan bagaimana tidak jika pegangannya terlepas ia akan jatuh dan menghantam batu di bawah sana.

"Bryan... Aku mencintai mu.." lirih Angel, matanya menatap sendu ke arah sosok suami yang begitu ia cintai.

"Cinta ku hanya untuk mu my Angel" Bryan terus mempererat pegangan tangan nya.

"Rexha, jika kita mati sekarang bagaimana nasib putri dan pangeran kecil ku" lirih Angel pilu, matanya berkaca-kaca mengingat kedua anak kembarnya.

"Aku juga tidak tahu Angel, kita harus bertahan" kata Rexha melalui mindlink.

Tiba-tiba seekor serigala datang dan menerjang tubuh Bryan. Membuat pegangan tangannya mereka seketika terlepas.

"TIDAK!!" Bryan berteriak saat melihat tubuh istrinya terjun bebas menuju bebatuan di bawah sana.

"Love you my Possesive mate" lirih Angel dengan berlinang air mata, senyum manisnya terbit membuat hati Bryan nyeri melihat istrinya. Bagaikan adegan lambat perlahan tubuh Angel terjun sebelum akhirnya tubuhnya jatuh kebawah .

"Auuuuuuuuuuuu" teriak Ricko pilu. Ia pun membunuh dengan brutal semua musuh di hadapannya dalam sekejap kepala seluruh musuhnya terpisah dari badannya. Ricko sangat murka, ia menyerang membabi buta. Tak peduli apa pun, hatinya begitu hancur saat ini.

"Auuuuuuuuuuu" teriakan memilukan Ricko terdengar.

"Angel!!" Bryan berteriak pilu, tubuhnya ambruk. Hatinya terasa begitu nyeri "Angel" lirih Bryan kembali air matanya menyucur deras membasahi wajahnya.

"Aku tak bisa hidup tanpa mu Angel, tak kan pernah bisa" lirih Bryan kembali, dadanya naik turun, nafasnya begitu sesak.

Tiba-tiba seekor serigala datang, membuat tubuh Bryan terpental dan terjun bebas ke jurang. Jurang yang sama dimana sang istri jatuh.

"Aku rela mati jika aku tetap bersama mu angle" lirih Bryan hingga  sebelum akhirnya ia masuk kedalam lautan.

~flashback off.

Semua orang sudah mencari keberadaan Bryan dan Angel. Mencari jasad sepasang suami istri itu. Seluruh Warior Pack, Prajurit, serta beberapa Pack sekutu mereka telah di kerahkan mencari di sekitar tebing tersebut. Namun hasilnya tetap saja nihil, mereka tak juga menemui titik terang.

"Uncle , Apa Jasad kedua orang tua ku sudah di temukan?" Kembali pertanyaan itu datang.

Harry menunduk lesu, sampai sekarang mereka tak juga menemukan keberadaan jasad Angel dan Bryan. "Belum pangeran.." lirih Harry. Jack tersenyum kecut, hatinya perih bagaimana tidak,  melihat jasad orang tuanya pun ia tak bisa sekarang. Setidaknya ia bisa memberikan penghormatan terakhir nya untuk kedua orang tua nya.

"Jack bersabarlah" Serge mencoba menyemangati Jack.

"Entah mengapa sampai sekarang aku tak yakin mereka meninggal" lirih Jack.

Ada sebuah keyakinan di dalam hati Jack jika kedua orang tuanya itu masih hidup. Ia sangat yakin, terlebih jasad kedua orang tua nya tak juga di temukan. Jack menghela nafasnya panjang, sebelum akhirnya ia berbalik dan pergi dari sana.

•••

DIFFERENT SIDE

Suasana pagi hari begitu cerah, desiran ombak terdengar menyambut sang surya yang mulai menampakkan dirinya sedikit demi sedikit di ufuk timur untuk menerangi bumi , menggantikan sang bulan yang menyinari gelapnya malam. Tetes demi tetes embun jatuh ke bawah, suara kicauan burung serta bunga-bunga yang mulai bermekaran menambah kesan jika hari sangat lah cerah. Di kamar sebuah rumah sederhana terdapat dua insan yang masih setia memejamkan matanya selama satu minggu terakhir ini. Wajahnya begitu damai, membuat siapa pun enggan membangunkan mereka. Luka-luka di tubuh mereka sudah pulih tak meninggalkan bekas sedikit pun.

Kriet...

Pintu kayu berwarna coklat itu terbuka, tampak lah sosok gadis cantik dengan gaun berwarna biru selutut masuk ke kamar itu , membawa wadah yang berisi air. Gadis itu melangkah dengan hati-hati tak mau mengusik dua insan yang masih setia memejamkan matanya itu. Ia meletakkan wadah berisi air itu di atas nakas, lalu melangkah menuju lemari mengambil beberapa helai baju, dan handuk kecil. Gadis itu memasukkan handuk kecil tersebut kedalam air , lalu memerasnya. Dengan lembut dan penuh kasih sayang ia mengusap lembut kulit wanita yang masih memejamkan mata di depannya itu. Ini adalah rutinitasnya setiap pagi, membersihkan tubuh dua insan itu dan mengganti pakaian mereka, layak nya seorang anak yang sedang merawat kedua orang tuanya. Setelah selesai dengan urusannya, gadis itu duduk di samping wanita itu. Wajah cantik yang begitu damai, membuat gadis itu menitikkan air mata karena ingat dengan sosok ibu yang telah lama pergi akibat sakit.

Tes..

Setetes air mata gadis itu jatuh mengenai mata wanita di hadapannya, air mata itu mengalir membasahi pipi sang wanita, seolah ia yang menangis. Hatinya begitu perih kala mengingat jika sang ibu telah tiada. Memori saat sang ibu menghembuskan nafas terakhir pun berputar di kepalanya layaknya potongan-potongan film .

"Ibu... Bertahanlah" lirih gadis dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipi mulusnya.

"Iya ibu... Kami akan membawa ibu kerumah sakit Pack " lirih seorang anak laki-laki yang merupakan kakak dari sang gadis.

Wanita dengan wajah pucat itu, dengan matanya yang sendu melihat ke arah anaknya dan tersenyum hangat , walau sebenarnya ia menahan sakit yang terus menerus menjalar di sekujur tubuhnya. Di elusnya lembut wajah dua malaikat kecil nya itu .

"Jangan bawa ibu kesana--- Ibu ingin disini bersama kalian" lirih wanita itu, wajahnya semakin pucat.

"Ibu..." lirih kedua anaknya pilu, di dalam hati mereka terdapat rasa takut yang begitu besar, takut sang ibu akan meninggalkan mereka .

"Jangan menangis sayang." kata wanita itu mencoba menenangkan anak-anak nya itu.

"Ibu jangan pergi..." lirih gadis itu, air mata mengalir deras membasahi pipi gadis itu.

Dengan air mata yang mengalir deras, wanita itu menggeleng lemah. Ia tahu hidupnya tak lama lagi, walau sebenarnya jika bisa , ia ingin lebih lama lagi hidup bersama anak-anaknya. Namun apa daya, racun yang berada di tubuhnya kian menyebar. Membuatnya tak bisa bertahan lebih lama. Racun akibat ulah sang putra pertamanya, namun di dalam hati wanita itu tak ada sedikit pun rasa benci kepada putra pertamanya. Ia tetap mencintai dan menyayangi sanga anak setulus hatinya, walau sering kali putra pertamanya itu melukai hatinya, melukai fisiknya, bahkan dengan tega mengusirnya juga adik-adik nya.

'Tak pernah ada namanya mantan anak , ataupun mantan ibu di dunia ini. Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya takkan pernah padam walau kau menyakiti hatinya sebayak apa pun itu.' Itulah yang ada di fikiran wanita itu, ia sedih karena sebuah dendam dan kesalah pahaman putra sulungnya menjadi sosok yang sangat jahat.

"Adrian. Jaga adik mu dengan baik" lirih wanita itu, sembari menatap putra keduanya itu . Adrian mengangguk patuh, ia sudah pasrah. Jika ini kehendak sang pencipta, jika sang ibu harus pergi ia tak bisa melarang.  Berbeda dengan sang adik yang semakin histeris, gadis itu tak mau kehilangan ibunya, ibu yang amat ia cintai itu.

"Alyssa sayang ibu... Jangan pergi" lirih gadis itu semakin terisak pilu.

"Ssttt.. Ibu menyayangi kalian" lirih wanita itu, lalu memeluk kedua anaknya erat, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir nya dan melukan mereka pun terlepas.

"Tidak!! Ibu!!  Bangun bu!!" teriak Alyssa histeris, dunianya terasa hancur. Hanya kakak nya Adrian harapannya saat ini.

"Aku belum siap bu.." lirih Alyssa lagi, Adrian hanya bisa menangis dalam diam. Jika takdir berkehendak maka ia hanya bisa menerima dengan lapang dada.

Air mata gadis itu kembali mengalir, hatinya perih kala mengingat hal tersebut. Hingga ia sadar dan segera menghapus air matanya dan menormalkan ekspresinya kala seorang laki-laki masuk dan suaranya mengintrupsi.

"Alyssa" kata laki-laki yang tak lain adalah Adrian kakaknya.

"Ah.. Iya kak" jawab Alyssa dengan senyum nya.

"Bagaimana keadaan mereka?" tanya Adrian

"Semakin membaik kak, luka mereka telah pulih"  kata Alyssa.

Adrian menatap sosok pria dan wanita di hadapannya.

"Baguslah kalau begitu" kata Adrian dengan senyum yang mengembang indah di wajah tampannya.

•••

Alyssa sibuk memasak hidangan untuk makan siang dirinya dan sang kakak. Dengan telaten bak koki handal ia memotong satu persatu bahan makanan yang hendak ia olah . Sesekali ia menghapus keringat yang ada di dahinya, senyum nya tak pernah pudar di wajah cantik nya itu. Ia bersenandung kecil sembari melakukan aktifitasnya. Hingga ia harus kaget, jantungnya terasa melompat dari tempatnya saat itu juga kala suara seseorang menginterupsi. Matanya membulat sempurna dengan mulut yang sedikit membuka saking tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Boleh aku membantu" kata orang di hadapan Alyssa dengan senyum hangat.

"Nyo--nyonya" kata Alyssa terbata-bata membuat orang di hadapannya terkekeh kecil melihat reaksi Alyssa.

"Panggil aku Mom.. Mommy Alli" kata orang itu.

"Baik nyo.. Eh Mom Alli" kata Alyssa.

Ia harus kaget lagi pasalnya tiba-tiba seorang pria datang dan langsung memeluk pinggang wanita di sampingnya posesif.

"Dan panggil aku Dad .. Daddy Gerard" kata pria itu.

•••

Suasana di meja makan saat ini terasa begitu canggung. Tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu terdengar di ruangan tersebut. Alyssa dan Adrian merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut, akan tetapi mereka tak mau memulai pembicaraan terlebih dahulu karena di anggap tidak sopan. Mereka terus diam hingga hidangan yang mereka makan habis tak tersisa.

"Masakan mu sangat enak" puji Angel yang merasa jika masakan Alyssa begitu nikmat di lidah nya.

"Benar.. masakan mu sangat enak" tambah Bryan.

Alyssa tersenyum malu , karena di puji seperti itu. "Ah..Mom.. Dad bisa saja" kata Alyssa malu-malu.

Alyssa membereskan piring kotor di meja di bantu oleh Angel. Alyssa mencuci piring dan gelas yang telah mereka gunakan tadi, sedangkan Angel duduk di salah sat kursi di sana karena Alyssa tidak ingin merepotkan Angel sebelumnya. "Kalian hanya tinggal berdua disini?" tanya Angel, karena sedari tadi ia tak melihat siapapun selain Alyssa dan Adrian.

"Iya Mom, hanya Alyssa dan kak Adrian yang tinggal disni" jawab Alyssa lembut, layaknya seorang anak kepada ibunya. Tanggannya masih sibuk dengan piring kotor yang sedang ia cuci.Angel mengernyitkan dahinya bingung, mengapa mereka hanya tinggal berdua saja.

"Kemana ayah dan ibu mu?" tanya Angel.

Sontak Alyssa tersentak, seketika rasa sedih kembali menghmpirinya.

"Em.. mereka telah pergi... ah maksud Alyssa .. mereka telah meninggal dunia" lirih Alyssa di akhir perkataannya, setitik air matanya jatuh meluncur begitu saja dari mata indah gadis itu. Angel yang melihat itu pun langsung merangkul tubuh Alyssa dan memeluk gadisnya itu, memeluk Alyssa membuatnya ingat dengan putri nya, yaitu Valey. Fikiran Angel pun kalut kala mengingat seperti apa kedua anaknya yang mereka tinggalkan, bagaimana keadaan anak mereka disana.

"Maafkan aku, aku tak bermaksud" lirih Angel ia ikut terisak bersama Alyssa, bagaimana pun ia wanita dan ia juga seorang ibu. Ia tahu bagaimana perasaan Alyssa, terlebih Angel  juga pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan kedua orang tuanya dulu. Rasa rindu akan sang Mommy dan Daddy serta rasa rindu kepada kedua anaknya bersatu padu membuat nya lemas saat itu juga, perih menjalari relung hatinya, hati yang telah berkali-kali hancur .

"Itu bukan salah Mom.. Mom Alli tak tahu" lirih Alyssa

•••

AUTHOR POV

Ke empat orang itu berkumpul di ruang tengah rumah sederhana itu. Mereka berempat yaitu, Bryan dan Angel serta Alyssa dan sang kakak Adrian. Mereka berbincang-bincang hangat hingga Angel menanyakan sesuatu pada kedua kakak beradik itu.

"Bagaimana kalian menyelamatkan kami?" tanya Angel

Adrian pun menceritakan semuanya, Angel dan Bryan menyimak dengan seksama.

~Flashback on

Pagi itu sedikit berawan, namun tak sampai turun hujan, Adrian dan Alyssa keluar dari rumah mereka. Entah dorongan dari mana kedua kakak beradik, itu ingin sekali mengunjungi makam ibunya yang terletak tak jauh dari pantai dekat rumah mereka.Sepanjang jalan Adrian menggenggam erat tangan adik kesayangannya itu, pasalnya tinggal Alyssa lah satu-satunya harta yan ia miliki saat ini, setelah kepergiaan sang Ibu beberapa waktu lalu.

"Kak ..." tiba-tiba suara Alyssa menginterupsi , membuat sang kakak tertegun dari lamunan nya.

"Iya Al, ada apa?" tanya Adrian

"lihat itu" Alyssa menunjuk kearah tepi pantai, terlihatlah tubuh seorang wanita dan seorang pria yang terbaring lemas di sana, dengan luka di sekujur tubuhnya.

"Ayo kita kesana" kata Adrian, mereka berdua pun berlari tergopoh-gopoh menghampiri kedua orang tersebut. Adrian langsung memeriksa apakah masih ada detak jantung atau tidak, dan keajaiban tiba, kedua orang tersebut masih hidup walau detak jantungnya begitu lemah. Tanpa basa-basi kedua kakak beradik itu langsung membopong tubuh dua orang itu dan membatalkan niat mereka untuk mengunjungi makam ibu mereka, yang terpenting saat itu adalah nyawa orang yang mereka bawa ini tertolong. Dengan hati-hati Adrian dan Alyssa membersihkan luka dan mengobati kedua orang tersebut, hingga akhirnya mereka sembuh.

~Flashback off

"Terimakasih.. kalau bukan karena kalian mungkin kami sudah tiada" kata Angel, saat Adrian telah selesai bercerita.

Mereka kembali melanjutkan obrolan mereka tentang hal lain, "Aku tak pernah melihat rumah disini sebelumnya" kata Bryan.

"Itu semua karena ibu kami adalah seorang Witch ,ia melindungi tempat ini dengan sihirnya. Sehingga takkan pernah bisa dilihat oleh siapa pun" jelas Adrian.

"Em... bukankah kalian werewolf? kenapa kalian tidak tinggal di Pack ?" tanya Angel.

"Kakak kami mengusir kami dari sana, ia sangat jahat sama seperti Dad" lirih Alyssa.

"Siapa kakak mu?" tanya Bryan.

"Raven.." kata Alyssa lirih.

"Lebih tepatnya Raven Delaney Harish" tambah Andrian. Membuat Angel dan Bryan tercengang, mata mereka membulat sempurna

"Anak Tristan ?" kata Angel.

"Dark Moon?" tambah Bryan.

Alyssa dan Adrian mengangguk lemah, membuat Angel dan Bryan semakin terkejut, pasalnya di hadapan mereka adalah anak dari musuh terbesar mereka The Dark Moon Pack.

"Dark Moon!" kata Rexha dan Ricko bersamaan.

"Kita harus pergi" kata Bryan, melalui mindlink.

"Sstt.... mereka berbeda, aku yakin mereka orang baik" jawab Angel.

"Tidak, di-" ucapan Bryan langsung di potong Angel.

"Kau tak membercayai ku em" kata Angel,Bryan hanya bisa pasrah ia tak mungkin melawan sang istri.

•••

BRYAN POV

Apa-apaan ini,  kenapa anak dari Tristan menolong kami.  Apa mungkin mereka memiliki rencana licik lagi?  Aku tak akan mudah percaya kepada mereka.  Namun istri ku yang cantik ini berkata jika mereka adalah orang baik,  aku tetap menyangkal tentunya, ingat seberapa jahat dan licik Tristan dan ibunya dulu.  Aku akan tetap menolak mempercayai mereka, jika saja istriku tak mengancam ku.  Yah,  kau tahu aku harus menuruti istri ku jika dia sudah mengacam seperti ini. 

Katakan aku suami yang takut istri atau apa pun,  namun jika kalian para pria di posisi ku pasti ikut menurut dengan istri mu.  Aku tak kan rela tidur diluar hanya karena  masalah ini, karena aku tak kan kuat, aku akan kedinginan diluar sana tanpa memeluk istri ku yang cantik ini.

"Bryan tegaslah sedikit,  kau itu suaminya! " protes Ricko melalui mindlink.

"Ricko..  Aku tak kan sanggup tidur diluar tanpa memeluk istri cantik ku ini" jawabku, 

"Ck...  Bilang saja kau tak sanggup satu malam pun tanpa... " sebelum Wolf gila itu mengatakan hal aneh,  aku langsung memotong perkataan nya.

"Kau juga suka kan" goda ku pada Ricko .

"Tentu...  Aku akan gila..  Ah..  Sungguh indah.. " kata Ricko.  Aku sudah  tahu seperti  itulah dia.

"Dasar mesum!! " kata ku,  ya itulah Wolf ku,  entah kenapa Moon Goddess memberikan Wolf segila Ricko kepada ku, walau terkadang ia juga bijak,  tapi tetap saja ia lebih banyak berfikiran negatif.

Kembali kecerita,  aku memutuskan mindlink ku dan Ricko kemudian melihat kearah istri cantik ku.  Jika ini di istana,  aku sudah menerkam istri cantik ku ini.  Dia selalu menjadi candu ku.

"Dasar Mesum!! " kata Ricko

"Shut up!! " bentak ku,  kesal  dengan Ricko, Wolf gila ini selalu saja mencela ku.

"Sudahlah..  Kau dan aku lelaki normal, wajarkan berfikiran seperti itu" kata Ricko, akhirnya dia sadar juga.

"Terserah! "kata ku lalu kembali memutuskan mindlink,  dan fokus mendengarkan istriku  berbicara.

•••

ANGEL POV

Kabar mengejutkan harus kami terima,  pasalnya orang yang menolong kami adalah anak dari Tristan. Masih ingat bukan dengan Tristan,  anak dari Merlyn yang telah membunuh  Kedua orang tuaku. Kejadian itu seakan terngiang-ngiang di kepala ku.  Betapa jahat,  dan licik nya mereka  dulu,  bahkan aku hampir saja mati di tangan  mereka  jika Bryan tak datang saat itu.  Aku mencoba  menetralisir rasa terkejutku,  aku melihat ke arah Ayssa dan Adrian 'mereka orang baik'  entah kenapa aku berfikir seperti itu.  Mereka lain,  sangat lain, tak seperti Tristan aku yakin itu.

Sedari tadi suamiku tampak tak menerima kenyataan  yang kami hadapi saat ini.  Aku tahu ia sangat membenci Tristan serta Pack Dark Moon. Terlebih Raven yang sangat licik dan jahat itu. Aku terus mencoba menenangkan suamiku ini.  Yah, terpaksa lah aku memakai ancaman yang selalu berhasil membuat nya luluh.

"Ck...  Dasar pria mesum "protes  Rexha.

"Bukankah kau menyukai pria mesum itu" kataku, menggoda Wolf ku ini.

"Tentu,  dia tampan,  sexy..  Err...  Aku tak bisa jauh darinya" kata Rexha membuat ku terkekeh kecil mendengarnya.

"Kau juga ketularan mesumnya" kata ku.

"Kau juga suka kan? " Kata Rexha.

Aku memutuskan mindlink secara sepihak, karena aku tahu siapa Rexha,  ia akan berbicara hal aneh jika terus di ladeni.

•••

AUTHOR POV

Rasa penasaran pun memenuhi kepala Angel,  ia memutuskan untuk bertanya kenapa Alyssa dan Adrian tak tinggal di Pack Dark Moon.

"Em..  Kenapa kalian tak tinggal di Pack Dark Moon? " tanya Angel

"Kami...  Diusir" kata Alyssa terdengar begitu lirih, kepalanya menunduk.

Sontak Angel dan Bryan tersentak,  mereka tak percaya,  Bagaimana mungkin Tristan mengusir anak mereka dari sana?  Bagaimana dengan Raven,  kenapa Raven masih tinggal disana?

"Diusir?? " tanya Bryan dan Angel bersamaan.  Alyssa dan Adrian mengangguk lemah sebagai jawaban.

Mereka pun menceritakan apa Yang membuat mereka sampai di usir.

"Raven Delaney Harish..... " Alyssa dan Adrian mulai bercerita.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

julia lia

julia lia

thor... author mmng hebat buat alur yg menrik ..😘
mksih yaaah .. dan yg smngat yah buat crita nya ,

author versi book nya ada tidak !!?
yg dari kisah "Bryan dan angel " smpai kisah anak mereka ...

2020-03-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!