" Bisakah kau memakaikannya?" Ujar Devian menyodorkan dasinya.
" Ya tentu saja." Kata Maora dengan cepat memakaikan dasi untuk Devian.
"Apa kau mencari sesuatu?" Tanya Devian memandang Maora.
" Tidak." Singkat Maora melirik Devian.
"Jika kau ingin mencari sesuatu, katakanlah! Siapa tau aku bisa membantu?" Ujar Devian yang mengambil remote kecil di atas televisi dan ia masukkan ke saku celananya. Maora melirik sampai-sampai tak berkedip.
" Kita berangkat sekarang." Kata Devian pergi lebih dulu. Maora menghela napas sembari mengikuti Devian. Langkah Devian terhenti melihat Ayah bersiap untuk pergi.
" Ayah mau kemana?" Tanya Devian.
" Ayah ada urusan, kapan-kapan Ayah akan kesini lagi."
" Kalo begitu kita berangkat bersama saja Ayah."
" Tidak Dev, Ayah sudah pesan ojol untuk menjemput Ayah." Tolak Ayah.
" Ya sudah kalo gitu Dev, pamit dulu." Kata Devian mencium punggung tangan mertuanya.
"Ayah mau kemana?" Bisik Maora sembari mencium tangan Ayahnya untuk berpamitan. Ayah hanya tersenyum tipis di hadapan anak perempuannya.
" Ayah tau batasannya." Kata Ayah menepuk pundak Maora sembari memakai helm yang di sodorkan oleh tukang ojol. Maora hanya menggelengkan kepalanya melihat Ayahnya yang pergi. Maora masuk mobil dan berada di belakang Devian.
" Mau kemana Ayah?" Tanya Devian yang melirik Bondan meliriknya juga.
"Maksudku Ayahmu?" Kata Devian tersenyum tipis.
"Maaf, tapi kenapa Ayah Maora datang sepagi ini ke rumah Bapak?" Tanya Bondan penasaran.
" Oh.. itu tadi Ayahku mengantarkan kunci rumah padaku. Nih.." kata Maora yang memperlihatkan kunci kamarnya. Maora tersenyum sembari menggenggam kunci kamarnya.
" Untung saja aku membawanya." Gumam batin Maora tersenyum tipis.
" Kita ke rumah pak Mike." Kata Devian sembari membuka tabletnya. Maora mengelus dada, untung Bondan tak bertanya seperti detektif. Tiga puluh menit kemudian, Bondan perlahan menghentikan mobilnya karena melihat Mike yang berdiri di depan rumah. Dengan cepat Maora berpindah di depan bergantian dengan Devian.
" Hah... Hari ini sangat menyebalkan!" Gerutu Mike menutup pintu mobil.
" Kau tau? Istriku selalu menyuruhku untuk menyiapkan pakaian kerjaku sendiri." Keluh Mike membenarkan dasinya.
" Tapi itu tak masalah, semua kulakukan untuk anakku tercinta." Ujar Mike yang melirik Devian mengacuhkannya dan hanya fokus pada tablet yang ia pegang.
" Kenapa kau tak mendengarkanku?" Kata Mike yang memukul punggung sahabatnya itu.
" Pak Mike kenapa memukulnya, tangannya masih sakit lho!" Ketus Maora yang membuat kedua orang itu menatap kearahnya.
" Maksud saya, tangan Pak Dev belum sembuh. Kenapa Pak Mike memukul dengan keras." Kata Maora yang membuat Devian tersenyum senang melihat istrinya begitu perhatian terhadapnya.
" Iya Maora, maaf kelepasan tangan ini. Tapi aku hanya memukul punggungnya bukan tangannya."
" Tapi tetap saja pak memukul punggung juga sangat berpengaruh pada tangan Pak Dev." Ujar Maora.
" It's ok, aku baik-baik saja." Jawab Devian tersenyum. Mike hanya melirik Temannya yang terlihat begitu bahagia ketika ia kena omel istri sekaligus sekretarisnya.
" Kau sih, kenapa selalu mengacuhkanku?"
" Berapa puluh kali kau bercerita hal yang sama kepadaku setiap pagi."
Sesampai di kantor Maora selalu mengikuti Devian.
" Lima belas menit lagi ada pertemuan dengan Pt Yunsa." Kata Maora mengambil beberapa laporan yang ada di meja Devian.
" Bukankah...." Kata Devian menggelengkan kepalanya.
" Kenapa?"
" Tidak, apa sudah siap?" Tanya Devian memandang Maora sembari menopangkan kedua tangan ke dagunya.
"Sudah. Nanti siang, aku ingin makan dengan kak Dino." Kata Maora hati-hati.
" Kenapa kau bilang kepadaku, pergilah." Kata Devian tersenyum memaksa.
" Terimakasih. Kita berangkat sekarang. Mereka sudah menunggu di ruang rapat." Kata Maora mengambil laporan yang ia siapkan.
" Baiklah," kata Devian dengan langkah yang cepat menuju ruang rapat. Di lift Devian selalu melirik Maora yang ada di sampingnya.
" Sampai kapan kau membuatku cemburu, Maora." Kata batin Devian. Sesampai di ruang rapat, langkah Devian terhenti melihat wanita cantik yang tak asing baginya.
" Dev?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Sarah, sahabat kecil Dev sekaligus pemilik Pt Yunsa saat ini.
" Sarah." Devian yang terkejut melihat Sarah memeluknya di depan Maora dan rekan kerjanya. Maora hanya memalingkan muka kesalnya.
" Ya Tuhan, nggak nyangka kita bisa bertemu. Apa kabar? Kenapa tangan kamu?" Tanya Sarah yang selalu memegang tangan Devian.
" Ada sedikit insiden, tapi tak apa. Duduklah!" Kata Devian yang duduk mengawali rapat. Maora hanya tersenyum sinis melihat Sarah yang selalu tersenyum memandang ke arah suaminya.
" Maora...?" Tanya Devian yang tak mendapat respon istrinya. Maora terkejut melihat Devian mengambil laporan yang masih ada di pangkuannya.
" Maaf pak," kata Maora meletakkan sebagian di meja Devian. Maora mendengus sebal melihat Sarah yang selalu memandang Devian. Maora semakin panas ketika usai rapat, dia harus mengikuti Devian dan Sarah.
" Dev, apa kau sudah menikah?" Tanya Sarah yang membuat Devian melirik Maora yang memalingkan muka.
"Kenapa? Apa aku terlihat seperti suami orang?" Goda Devian.
" Kau ini, ya nggak lah." Senyum Sarah membuat Maora ingin secepatnya meninggalkan mereka berdua. Sesekali dia selalu mengipas-ngipas bagian leher dengan tangannya.
" Kau sendiri bagaimana? Apa kau sudah berkeluarga?"
" Maaf pak, kita harus sampai di cafetaria setengah jam lagi." Sela Maora.
" Menurutmu? Apa kau lupa janjiku dulu. Jika aku akan setia menunggumu." Ujar Sarah yang membuat Maora tercengang.
" Heh...apa kau tau jika aku adalah istrinya." Gerutu batin Maora.
"Terserah apa katamu? Sampai ketemu ya. Maaf aku masih ada meeting."
" Hati-hati ya. Bye ..." Kata Sarah yang pergi bertolak arah dengan Devian dan Maora. Di mobil Maora mengemudi mobilnya sembari menggerutu tiada henti, sampai- sampai Devian tak bisa konsentrasi untuk presentasi nanti.
" Apa ada masalah?"
" Tidak." Singkat Maora yang fokus mengemudi mobilnya.
" Berhentilah," kata Devian. Maora menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Apa sebenarnya terjadi? Kenapa kau menggerutu tiada henti? Kau tau, aku tak bisa fokus jika kau menggerutu tanpa sebab yang pasti." Kata Devian.
" Maafkan aku,"
" Ok." Kata Devian melanjutkan pandangannya ke arah tablet. Dengan bibir yang mengerucut, Maora mulai mengemudi mobil dengan pasti. Sesampainya di Cafetaria, Maora terkejut melihat foto Sarah terpajang di depan Cafetaria tersebut.
" Bukankah ini? "
" Ya, ini salah satu usahanya selain Pt Yunsa." Kata Devian memasuki cafe tersebut.
" Ya Tuhan, benar-benar. Kalau tau mereka akan bertemu lagi. Lebik baik aku di kantor saja." Desah Maora berjalan melambat memasuki cafetaria tersebut dan berjalan menghampiri Devian yang sudah menemui rekan bisnisnya. Pandangan Maora seakan tak berhenti melihat seisi Cafetaria yang terbilang cukup bagus.
" Tak heran jika semua laki-laki melirik Sarah. Cantik, kaya semua ada pada Sarah." kata Maora dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kokoy Yuhaikay
bagaimana mora rasanya lihat suami di peluk sama temannya lawan jenis????begitu jiga yg dirasakan suamimu waktu melihat kamu dipeluk dan jalan dgn teman lekakimu...
2022-03-08
0
Suzy Ru
Hai teman-teman, jangan lupa like, vote, and comment ya. jika kekurangan atau salah dalam penulisan kata. Tolong di maafkan ya. Kritik dan saran kalianlah yang membuatku semangat dalam menulis.🥰🥰🥰🙏🙏🙏
2020-11-27
4