"Bagaimana aku pulang, aku tak bawa mobil. Lagian ngapain kamu kayak anak kecil seperti ini. Kau kan kaya, kau bisa membeli semua boneka yang ada disini." Gerutu Mike.
"Jika kau mengganggu konsentrasiku lebih baik enyah dari hadapanku." Ketus Mike yang terdiam. Setengah berlalu akhirnya Devian berjalan sembari membawa boneka Teddy bear berwarna coklat.
" Ah...emang dasar kalo lagi orang jatuh cinta." Gerutu Mike terkejut ketika Devian jatuh tersungkur berguling-guling di depannya.
" Hei ...." Teriak Mike yang meneriaki orang yang menyerempet Temannya kabur begitu saja. Bondan bergegas keluar dari mobil dan berlari menghampiri bossnya.
" Pak Dev, Anda baik-baik saja?" Tanya Bondan membangunkan Devian.
"Jelas ini tidak baik-baik saja. Liat jasnya sampai robek begini." Tukas Mike yang memegang tangan Devian terluka.
" Ow...." Rintih Devian kesakitan.
"Kenapa? Apa sakit?" Tanya Mike panik.
"Bondan, tolong ambilkan boneka itu!" Ujar Devian menunjuk boneka Teddy bear yang baru ia dapatkan terpental dari tangannya. Mike hanya menghela nafas melihat sahabatnya masih memikirkan sebuah boneka.
"Apa boneka itu lebih berharga daripada dirimu?" Tanya Mike memapah Devian untuk masuk ke mobil.
"Sudahlah, aku tak mau berdebat." Kata Devian menyandarkan kepalanya dan terlihat begitu lemas. Mike melepas jas Sahabatnya yang berlumuran darah.
"Dev, apa kau baik-baik saja?" Kata Mike yang panik melihat tangan kiri Devian darahnya terus mengalir.
"Iya..." Lirih Devian yang sambil memejamkan matanya.
"Bondan, kita langsung ke rumah sakit sekarang!" Ketus Mike. Bondan meluncurkan mobilnya dengan cepat untuk menuju rumah sakit terdekat. Setiap detik ,setiap menit, Mike selalu menepuk pipi Devian agar dia tidak pingsan. Di kantor Maora selalu memperhatikan ruang kerja Devian yang masih kosong.
" Kenapa jam segini belum datang? Apa meetingnya gagal?" Gerutu Maora cemberut sembari mencoret-coret kertas yang ada di meja kerjanya.
"Teman-teman, apa kalian tahu kalo pak Dev kecelakaan?" Kata Wulan yang datang terengah-engah dan mengagetkan semua karyawan kantor. Maora yang tadinya tak mau berkumpul dengan teman-temannya yang suka gosip, perlahan mulai menghampiri.
"Kata siapa?" Tanya Anis.
"Tadi Bondan telepon, kalo dia sedang berada di rumah sakit. Ada orang yang menyerempet pak Dev." Ujar Wulan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Gerutu Maora dalam hati. Di rumah sakit, Dokter menjahit tangan kiri Devian yang terluka begitu dalam dan membuatnya pingsan beberapa saat. Mike menunggui sahabatnya begitu cemas, mondar-mandir kesana kemari sehingga membuat Bondan bingung melihatnya.
"Pak, minumlah! Saya yakin pak Dev baik-baik saja." Kata Bondan menyodorkan minuman dingin untuk Mike. Mike langsung meminumnya sampai habis.
"Hah.... Ini pasti di sengaja."gumam Mike mengendorkan dasinya. Sesaat Dokter keluar dan mengabarkan kalo Pak Devian baik-baik saja. Mike dan Bondan bergegas masuk ke dalam melihat Devian yang duduk dan bersiap untuk pulang.
" Kau mau kemana?" Tanya Mike.
" Apa kita harus menginap disini? Kau tau kan, aku sangat benci di rumah sakit." Ketus Devian.
"Jika Dokter menyuruh rawat inap patuhilah! Jangan membuatku panik." Ujar Mike.
" Aku tak apa, tenanglah!" Gerutu Devian berdiri.
" Apa kau akan ke kantor dengan kondisimu seperti ini? Ini bukan gayamu." Ujar Mike yang melihat sahabatnya berpikir sejenak.
"Bondan, kau ke kantor saja. Bilang sama Maora untuk menunda semua jadwal hari ini." Kata Devian.
"Baik pak." Jawab Bondan. Maora selalu melihat arah jarum jam di tangannya yang bergerak sangat lambat. Ingin rasanya dia berlari meninggalkan kerjanya dan pulang ke rumah untuk melihat keadaan Devian. Maora menghampiri Bondan yang baru tiba di kantor dan di kerumuni banyak orang yang ingin mengetahui keadaan orang nomor satu Di SAMCO GROUP itu. Maora sempat terkejut ketika Bondan menyebut mesin capit boneka.
"Mesin capit boneka? Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa menyangkut mesin capit boneka." Gerutu Maora dalam hati dan kembali duduk di tempatnya.
"Maora," kata Bondan yang mengagetkan Maora.
"Pulang kerja nanti, kau di suruh ke rumah Pak Dev." Kata Bondan pergi.
" Kenapa tidak sekarang saja, Apa dia tak tahu kalo aku begitu khawatir dengan keadaannya." Ujar Maora dalam hati.
"Enak deh, jadi kamu. Bisa langsung lihat keadaan Pak Dev." Kata Anis tiba-tiba.
"Coba, kalo Aku jadi kekasih pak Dev, pasti Aku akan merawatnya." Kata Wulan.
" Iya, kasian Pak Dev. Tak punya keluarga, hidup sendirian. Coba kalo dia sudah mempunyai istri pasti ada yang merawatnya." Ujar Wulan yang tidak sengaja membuat Maora tersenyum sinis pada mereka.
" Akulah istrinya, kalian tahu itu." Gerutu Maora dalam hati. Di rumah Devian menopangkan tangan kirinya dan tangan kanannya bekerja menyelesaikan laporan kerjanya. Perlahan Maora menghampiri Devian yang tak menyadari akan kedatangannya.
"Apakah Kamu baik-baik saja?" Tanya Maora yang mengagetkan Devian.
"Kau sudah datang?" Devian tersenyum senang melihat istrinya datang.
"Bisakah kau menggantikan perbannya." Tanya Devian senang ketika Maora menganggukkan kepalanya. Maora mengambil perban dan obat yang tersedia di kotak P3K.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Maora yang mengganti perbannya dengan hati-hati.
"Musibah bisa terjadi kapan saja dan siapa saja." Ujar Devian yang meneruskan kerjanya.
" Bibir kamu juga terluka." Ujar Maora melihat pak Devian yang sibuk dengan kerjaannya.
" Semua baik-baik saja, it's ok." Kata Devian tersenyum.
" Aku yang tidak baik-baik saja." Ujar Maora yang mengagetkan Devian.
" Benarkah?" Tanya Devian tersenyum senang.
" Ada banyak kesempatan dimana kau akan di foto, dan jika ada yang tak beres semua orang akan menyalahkanku. Kau tahu itu kan?" Kata Maora menghela nafas ketika Devian terdiam dan berpikir menatap laptopnya.
" Aku pikir kau mencemaskanku Maora." Gerutu Devian dalam hati.
"Berhentilah bekerja! Hadaplah kesini!" Ketus Moara yang terlihat marah. Devian menuruti apa yang di katakan Maora, ketika akan mengobati bibir Devian. Maora sangat kesusahan karna posisi Devian terlalu tinggi. Tubuh Maora yang kecil tak mampu mengobatinya.
" Bisakah kau mendekat?" Tanya Maora.
"Seperti ini?" Tanya Devian memajukan wajahnya ke arah istrinya. Kedua mata Devian mengerling menatap wajah Maora yang cantik meskipun dalam keadaan marah. Dengan sangat hati-hati Maora mengobatinya dengan tlaten. Devian merasa begitu bahagia melihat istrinya begitu peduli, meskipun dia harus menahan sakit.
"Jangan memakai plester di wajahku. Kau tau kan, itu tidak sesuai dengan wajahku?" Ujar Devian.
"Baiklah, aku tidak akan memakaikannya." Maora yang menutup kotak P3K tersebut.
"Sebelum kau pulang ke rumah Ayah, Aku mempunyai sesuatu untukmu?" Kata Devian pergi meninggalkan Maora. Sesaat kemudian Maora terkejut ketika boneka Teddy bear yang ia inginkan kini berada di pangkuannya.
"Ini untukmu, namanya...?" Kata Devian berpikir sejenak.
" Terserah kau namakan siapa, bagaimana ? apa kau menyukainya?" Devian menatap Moara yang masih memandang boneka itu. Maora begitu terharu melihat Devian benar-benar mendapatkan boneka itu.
"Apa karna ini kau..."
" Aku mengerti, kamu pasti terharu. Tapi itu hanya boneka." Devian bingung melihat Maora menitikkan air mata. Kenapa menangis?" Ujar Devian yang mencoba mengusap air mata istrinya.
"Aku akan menyiapkan teh hangat untukmu." Ujar Maora pergi meninggalkan Devian.
"Dia benar-benar menyukainya, tak sia-sia aku mendapatkannya." Ujar Devian tersenyum senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
bener2.tuan saga kedua dev,....
2021-11-05
0
Diajeng Lope
sdh dewasa kya anak abg hdweh mAora maora
2021-08-29
2