bab 8

" Maora... Apa rapatmu sudah selesai?" Tanya Ayah mengagetkan Maora.

"Ehm...." Kata Maora melihat Devian menganggukkan kepalanya.

" Iya Ayah, Maaf Maora telat." Kata Maora yang duduk di samping Ayahnya.

"Besok libur kan?" Tanya Ayah memakan spaghetti yang di bawakan Devian.

"Kalian bermalam disini ya." Ujar Ayah membuat mereka berdua terkejut.

"Apa?" Jawab mereka serempak.

"Kenapa? Bukankah kalian berjanji akan selalu ada waktu buat Ayah?" tanya Ayah yang melihat Maora menatap Devian yang terlihat senang.

"iya Ayah, dengan senang hati kami akan bermalam disini." Jawab Devian tersenyum sembari melirik Maora yang tersenyum memaksa." Istirahatlah, Ayah keluar dulu sebentar." Ujar Ayah pergi. Di dalam kamar Devian mondar-mandir kesana kemari memikirkan sesuatu."Kau pergi kemana? Bukankah saya menyuruhmu kesini tadi pagi!" Gerutu Devian menatap Maora yang membersihkan tempat tidurnya." Di jalan saya bertemu dengan teman lama saya." Ujar Maora hati-hati sembari melirik bossnya yang begitu kepo tentang dirinya."sampai sore?" Tanya Devian penasaran.

" Bagaimana dengan rapat Bapak? Apakah semua lancar?" Maora yang mengalihkan pembicaraan dan berharap bossnya tidak bertanya lagi soal dirinya dan kak Arsya.

"Seperti yang kau lihat sebelumnya, semua sempurna seperti diriku." Puji Ega menduduki ranjang yang hanya cukup untuk satu orang.

"Apakah kita muat jika tidur bersama?" Ega merebahkan tubuhnya di ranjang tersebut.

"Haruskah kita tidur bersama?" Tanya Maora gugup. Devian melihat Maora yang panik sambil memikirkan sesuatu.

"Bukankah kau istriku? Dan seharusnya kita tidur bersama bukan?" Gumam Devian begitu serius dengan ucapannya.

"Bukankah kita..." Kata Maora melihat Devian duduk sembari menatapnya dengan tajam. Jantung Maora berdegup begitu kencang ketika Devian mendekatkan wajahnya.

"Apa Kau takut?" Bisik Devian yang membuat Maora panik luar biasa. Ingin rasanya Maora menjambak rambut bosnya yang selalu terlihat cool itu, memukul, menendang dan mengusirnya dari kamarnya saat itu juga. Tapi keadaan yang memaksa untuk tidak melakukan hal-hal seperti itu.

"Sialan, apa dia mau mencari kesempatan saat -saat seperti ini? Apa dia lupa akan kesepakatan yang kuberikan padanya? Dasar boss Rese...." Gumam Maora dengan nafas menggebu. Devian tersenyum tipis melihat pujaan hatinya terlihat tak nyaman ketika dia berkata seperti itu. Devian melangkah mundur dan kembali duduk di ranjang tempat tidur.

"Maora, meskipun saya sangat mencintaimu dan menginginkan dirimu, tapi Saya tahu batasannya." Ujar Devian melangkah pergi keluar dari kamar mungil tersebut. Seketika wajah Maora yang sesaat diliputi amarah seketika tersenyum tipis dan seakan tak percaya Devian berkata lembut dan santai kepadanya.

"Kenapa hati ini merasa terharu..." Kata Maora dengan mata berkaca-kaca. Maora menyiapkan makan malam kesukaannya dan juga Ayahnya. Maora melihat Ayah dan Devian bermain catur dengan serius di teras rumahnya.

"Baru kali ini Pak Devian terlihat seperti mempunyai keluarga sesungguhnya." Gumam Maora melihat mereka di depan pintu.

" Wah....kenapa Kau terus yang menang? Ayo main lagi. Kali ini pasti Ayah mengalahkanmu." Kata Ayah menyombongkan dirinya sembari menata anak catur yang ada di depannya.

"Sejak kapan kau pandai bermain catur?" Tanya Ayah sembari berpikir bagaimana anak caturnya harus melangkah.

"Ayah yang mengajari saya Yah. Tapi, sejak beliau meninggal, saya tidak pernah bermain catur lagi." Kata Devian sengaja mengalah bermain catur.

"SKAK.....hahaha. Benarkan Ayah bilang. Pasti kali ini Ayah menang." Kata Ayah kegirangan.

"Apa Kau tak punya saudara sama sekali?" Ayah yang begitu penasaran akan menantunya itu. Saya memiliki saudara laki-laki tapi karena suatu kejadian yang tidak di sengaja. Hubungan kami tidak harmonis." Kata Devian tersenyum tipis.

"Berarti kamu masih memiliki saudara kandung?" Ujar Ayah. Maora menggigit bibirnya sembari mendengarkan cerita si boss yang selama ini belum di ketahui dirinya.

"Lebih tepatnya saudara tiri. Orang tua kami menikah ketika kami sama-sama berumur 8 tahun." Kata Devian.

"Di dunia ini dua orang yang mengatakan tidak pengertian kepadaku adalah saudara tiriku dan juga kau." Kata-kata Devian yang terlintas di benak Maora.

"Ya Tuhan, apa kata-kataku menyakitinya?" gerutu Maora merasa bersalah.

"Ayah, Pak Devian mari kita makan ! Nanti keburu dingin." Ajak Maora yang tak menyadari kata-katanya itu. Ayah menatap bengong ke arah Maora dan Devian secara bergantian.

"Kenapa? Ayo kita makan!" Ujar Maora yang melihat Ayahnya berpikir.

"Kenapa Kau memanggil suamimu seperti itu. Kalian kan sudah menjadi pasangan suami istri?" Tanya Ayah yang membuat Maora bingung untuk menjawabnya.

"Itu...." Kata Maora melihat Devian yang sibuk memainkan ponselnya.

"Harap Ayah memakluminya. Karena selama delapan tahun Maora sudah terbiasa memanggil saya begitu. Dan saya akan selalu sabar menunggu dia memanggil saya sebutan "sayang"." Kata Devian tersenyum melihat Maora tersenyum tipis untuknya.

"Wah...tak salah ayah melangsungkan pernikahan kalian. Kau benar-benar laki-laki yang baik hati untuk Maora. Ya sudah ayo kita makan." Ajak Ayah pergi meninggalkan mereka yang masih berdiskusi.

"Kenapa Bapak berbicara seperti itu? Dan seakan-akan Bapak berharap saya memanggil kata yang tak mungkin saya lakukan!" Kata Maora yang membuat Devian terdiam.

"Saya pikir Kau akan berterima kasih? Dan karena kecerobohanmu, lagi-lagi saya menolong dirimu di depan Ayah." Ujar Devian pergi. Maora hanya mendengus kesal. Sesaat Devian terdiam melihat hidangan makan malam yang disajikan oleh Maora. Devian memperhatikan mertua memakan makanan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

"Dev, ayo makan!" Ujar Ayah. Maora melirik bossnya yang memegang sendok dan memutar-mutar di tangan.

"Maaf sayangku..." Kata Maora yang membuat Devian menatap ke arahnya dengan mengembangkan senyum manisnya.

" Karena di rumah ini tidak ada bahan makanan jadi Aku hanya bisa menyajikan mie rebus plus telur untukmu." Kata Maora terlihat begitu kaku berbicara dengan Devian seperti itu.

"Tak apa... meskipun makanan ini mengandung zat kimia aku akan memakannya karena aku tak mau membuat istriku kecewa." Ujar Devian yang mulai mencoba mie rebus. Maora memperhatikan Devian yang menyeruput mie tersebut.

"Enak! Ayah, Dev tidak menyangka jika makanan ini sangat enak." Kata Devian melahap mie rebus itu.

"Habiskan lah menantuku.." kata ayah yang juga melahap makanannya. Maora hanya terdiam memandangi mereka yang makan begitu lahapnya.

******Di kamar, Devian selalu memperhatikan baju olahraga yang ia kenakan kekecilan.

"Apa kau tak mempunyai pakaian yang lebih besar lagi?" Tanya Devian yang melihat Maora cekikikan tiada henti melihat dirinya memakai baju Maora yang terlihat begitu lucu.

"Maaf Pak, pakaian saya yang menyerupai laki-laki hanya itu saja." Kata Maora menahan tawa.

"Apa kau bahagia jika saya seperti ini?" Tanya Devian melihat tangannya di dada.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud seperti itu. Menurut saya pakaian yang bapak kenakan tak sesempurna dengan wajah Bapak yang begitu silau." Ujar Maora menutup mulutnya.

"Jika itu membuatmu bahagia. Untuk hari ini saya akan memaafkan dirimu." Ujar Devian tersenyum dan duduk disamping Maora. Jantung Maora berdetak begitu kencang karena mereka sama-sama di atas ranjang.

" Apa kau tak memiliki sofa?" Tanya Devian.

"Buat apa?" Tanya balik Maora.

" Bukankah kau tak mau tidur bersama?" Tanya Devian menatap Maora tajam.

"Saya sudah menyiapkan tidur buat bapak." Jawab Maora yang menarik kasur yang ada di bawah tempat tidurnya.

"Nah,,, sekarang bapak tidur di atas dan saya tidur di bawah." Ujar Maora mengambil bantal dan guling untuk dirinya.

"Baiklah..." Kata Devian berbaring di ranjang sembari melihat tubuh Maora yang membelakanginya.

"Selamat malam pak?" Kata Maora mengagetkan Devian yang diam-diam memperhatikannya. Kedua mata mereka seakan sama-sama tak mau memejamkan mata. Yach, karena ini merupakan sejarah dalam mereka tidur dalam satu kamar. Sesaat diam-diam Maora melirik Devian yang berpikir sesuatu sembari menatap atap rumah.

Terpopuler

Comments

Nur hikmah

Nur hikmah

ko g nyuruh mkie bawain baju....hee

2021-01-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!