bab 18

" Apa kau bercanda?" Ujar paman sinis.

"Itu semua kulakukan karena Dev begitu peduli pada paman."

" Paman pikir-pikir dulu. Tapi, paman minta uang untuk ongkos pulang." Gerutu Paman meletakkan laporan tersebut di meja. Devian memberikan beberapa lembaran uang untuk pamannya. Tanpa banyak buang waktu, paman pergi meninggalkan Devian dan berlalu begitu saja. Sesaat Mike masuk ke dalam melihat kondisi sahabatnya baik-baik saja apa tidak.

" Dev, kau tak apa?" Tanya Mike membelai punggung dan kedua pipi Dev.

"Sudahlah, jangan memperlakukanku seperti anak kecil. Aku ini suami orang..." Ketus

Devian.

"Ya.. kau suami orang. Tapi lebih tepatnya suami yang tak di anggap." Jawab Mike yang duduk di depan Devian. Devian hanya mengerling dan mendengus sebal jika Mike selalu mengejeknya tapi memang itu kenyataannya.

"Apa Aku perlu memanggil Dokter Galuh?" Tanya Mike yang melihat Devian menyandarkan kepalanya.

"Tidak, aku hanya sedikit ngantuk." Ujar Devian memejamkan kedua matanya.

"Istirahatlah, lagian hari ini tak ada agenda penting." Ujar Mike mengambil laptop dan memulai kerjanya kembali. Di rumah, Maora hanya terdiam menemani Ayahnya yang sibuk menonton TV.

"Apa suamimu langsung bekerja? Seharusnya dia istirahat sejenak. Apalagi Ayah, tak sengaja memukul tangannya. " Ujar ayah yang merasa bersalah.

"Entahlah," kata Maora mengambil handphonenya yang berdering.

"Kak Vino..." Kata batin Maora melirik Ayahnya dan beranjak pergi untuk mengangkat telepon.

" Iya kak Vino?" Lirih Maora.

"Apa kau ada waktu?" Tanya Vino.

"Iya,"

"Kak Vino Ikut lomba di Grand Mall. Jika kau ada waktu datanglah." Kata vino menutup teleponnya.

"Di Grand Mall?" Gumam Maora yang teringat akan mesin capit boneka. Sesaat Maora bergegas mengambil tas dan pergi menghampiri Ayah untuk berpamitan.

"Kau mau kemana? Apa kau mau menyusul suamimu." Tanya Ayah penasaran melihat Maora bergegas pergi.

"Maora ada urusan Ayah. Maora pergi ya." Kata Maora mencium punggung tangan Ayahnya. Sesampai di Grand Mall Maora memberikan semangat untuk kak Vino yang sedang mengikuti lomba melukis. Sesaat kedua mata Maora mengerling melihat foto wanita cantik yang berdampingan dengan Devian.

"Omo...siapa wanita ini? Kenapa dia terlihat begitu senang dengan wanita ini?" Gumam Maora dalam hati.

"Kayaknya itu calon Pak Dev deh?" Balas Wulan dalam chat. Maora terperangah sembari kedua tangannya tak berhenti mengetik untuk membalas chat dari Wulan. Sedangkan dari jauh, senyum Vino mendadak hilang ketika melihat Maora tidak memperhatikan dirinya.

"Setahuku, pak Dev sudah punya kekasih?" Jelas Maora begitu greget mengirim balasan untuk Wulan. Kedua tangan menopang di dada, Maora tak berhenti untuk menggerutu. Maora meminum botol minum miliknya sampai habis ketika melihat balasan dari Wulan yang membuatnya begitu gerah bukan main.

" Yach, mungkin itu kekasihnya?" Maora mendengus sebal sembari memasukkan ponselnya di dalam tas.

"Kalian saja yang tak tahu, akulah wanita itu." Gumam Maora terkejut ketika Vino duduk di sebelahnya.

"Ada apa? Kenapa kau bergumam tak jelas." Vino melirik Maora sembari meletakkan tas ranselnya yang berisi alat-alat untuk melukis.

"Apa sudah selesai? Kenapa kak Vino kesini?" Maora yang masih melihat beberapa orang yang masih sibuk melukis.

"Kau tau kan kak Vino sangat cepat dalam melukis. Sekarang kita cari makan."ajak Vino menarik tangan Maora. Di rumah, Devian tersenyum tipis melihat ayah mertuanya tertidur pulas di depan televisi. Sesaat Devian mencari Maora yang tak terlihat sama sekali di rumahnya.

"Kemana dia pergi?" Devian menghela nafas tak menemukan istrinya. Devian melangkah masuk menuju kamar pribadinya sembari menekan tombol yang ada pada remote kecil. Seketika foto dirinya dan Maora terlihat sangat jelas.

"Sampai kapan kita seperti ini, Maora. Kenapa hatimu sangat keras." Ujar Devian berdiri menatap arah foto besar yang terpampang di atas tempat tidur. Devian merebahkan tubuhnya sembari mengangkat telepon dari Mike. Kedua matanya seakan tak berkedip mendengar kata-kata dari Mike.

" Paman Key tertangkap polisi lima belas menit keluar dari kantor kita. Dia ternyata seorang buronan." Kata-kata Mike yang membuat Devian mendesah kesal.

"Sampai kapan kau terus begini paman? Bisa-bisa tak ada keluarga kita yang peduli sama paman." Devian yang mulai mencopot dasinya. Ayah mulai membuka kedua matanya yang masih terlihat begitu sayu.

" Dev." Ujar Ayah yang duduk sembari melihat menantunya yang telanjang Setengah badan.

" Dev, sangat kesusahan memakai baju Ayah. Jika Ayah tak keberatan, Dev minta tolong." Devian yang menyodorkan kaos biru bergaris pada Ayah mertuanya.

" Tentu saja," ucap Ayah meraih kaos tersebut dan memakaikannya.

" Terimakasih Ayah." Ucap Devian tersenyum senang.

"Mana Maora? Bukankah tadi dia menyusulmu ke kantor?" Tanya Ayah celingak-celinguk tak melihat anak perempuannya.

" Tidak, mungkin ada acara lain Ayah." Devian yang melihat Ayah mertuanya tak tenang.

"Seharusnya dia menyusulmu." Gumam Ayah.

" Apa Ayah laper?" Tanya devian mengalihkan pembicaraan.

" Seharusnya Maora menyajikan makan malam buat kita."

" Tak apa Ayah, Ayah mau makan apa ? Dev, akan memesannya untuk Ayah."

" Ayah ingin spaghetti yang dulu pernah kau bawakan untuk Ayah." Ujar Ayah senang sembari melihat Devian memesan lewat ponselnya.

" Kenapa kalian tak pakai asistan rumah tangga saja. Kalian berdua sibuk dengan bekerja, apa kalian tak capek jika harus membersihkan rumah sebesar ini berdua?" Tanya Ayah sembari memandang seisi rumah tersebut.

"Masalah membersihkan rumah, sudah ada sendiri Ayah. Tapi kalo soal makanan dari dulu saya terbiasa sendiri Ayah." Ujar Devian tersenyum.

" Apa masih sakit tanganmu itu?" Ayah yang masih merasa bersalah karena tak sengaja memukulnya.

" Ini sudah agak baikan. Tadi waktu di kantor sempat sedikit sakit. Tapi kata Dokter itu biasa terjadi."

" Dulu Ayah juga pernah seperti dirimu. Malahan lebih parah lagi." Cerita Ayah menceritakan masa mudanya dulu. Sesudah menemani Vino makan, Maora memesan dua bungkus sate untuk di bawanya pulang.

" Apa Ayah habis makan sebanyak itu?" Tanya Vino yang melihat dua bungkus sate tersebut.

" Ehm...jika Ayah tidak habis, biar aku yang menghabiskannya." Maora yang tersenyum tipis.

" Kau ini...tak berubah ya. Makannya banyak banget tapi tidak bisa gendut. Ya sudah kakak antar pulang." Vino yang menyodorkan helm untuk Maora.

" Kak Vino, Maora ada urusan sebentar dengan teman Maora. Kak vino Nggak apa kan pulang sendiri." Kata Maora.

"It's ok. Tapi apa tak sebaiknya kak Vino antar."

"Makasih atas tawarannya ya kak. Tapi Maora bisa sendiri kok."

" Baiklah, kalo begitu hati-hati ya. Kak Vino pulang dulu." Ujar kak Vino memakai helm dan pergi meninggalkan Maora. Maora menyeberang jalan dan menyetop taksi untuk mengantarkannya ke rumah Devian.

Terpopuler

Comments

Kokoy Yuhaikay

Kokoy Yuhaikay

Maora bagaimanapun juga kamu tetap seorang istri,tidak bagus menemani laki2 lain

2022-03-08

0

Mamah Tia

Mamah Tia

maora ternyata sosok wanita yang tk tau diri .. tegaan..

2021-12-04

0

Nur Hayati

Nur Hayati

maoranya brengseeek!!!!

2021-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!