bab 11

"Ada apa dengan si boss?" Bisik Anis yang terdengar di telinga Maora.

"Kelihatannya si boss ada masalah. Di mobil pun si boss terdiam seribu bahasa. Kita harus berhati-hati dalam bekerja kalo masih ingin bekerja disini." Kata Bondan kepada semua pegawai. Maora hanya memperhatikan Devian yang terlihat dari kaca jendela, begitu sibuk dengan laporan-laporan yang menumpuk di meja.

"Apa dia benar-benar marah padaku?" Tanya Maora dalam hati sembari menggigit bibirnya yang mungil. Devian merasa ada yang memperhatikannya dengan cepat memencet remote control yang ditujukan untuk menutup tirai jendela secara otomatis. Maora hanya mendengus kesal melihat bossnya menutup tirainya.

"Wah, benar-benar aneh nih teman-teman." Bisik Anis yang membuat Maora melirik teman-temannya yang sibuk memikirkan apa yang terjadi dengan si bossnya.

"Kenapa ya Ra?" Tanya Dina mengagetkan Maora yang melamun.

" Heh... Kenapa? Ada apa?" Tanya Maora geragapan.

"Jangan-jangan...?" Tanya Dina menatap Maora. Maora mengernyitkan dahinya melihat kedua temannya menatap begitu tajam ke arahnya.

"Atau mungkin si boss patah hati, ya kan Ra?" Ujar Anis tiba-tiba. Maora menghela nafas panjang sambil mengelus dadanya. Di dalam ruangan devian memutar-mutar kursi kerjanya dan masih tak percaya jika istrinya menolak cintanya. Devian merasa terhina akan sikap Maora yang selalu menolak orang nomor satu di PT SAMCO GROUP.

"Sungguh, sangat memalukan Devian alatas. Bagaimana bisa dia menolak dirimu yang begitu sempurna ini." gerutu Devian berdiri tegak dan berjalan ke arah jendela. Perlahan Devian melirik sembari membuka jendela kantornya.

"Kenapa dia terlihat begitu sedih? Apa dia merasa bersalah karena menolakku?" Ujar Devian berpikir dan tersenyum simpul.

"Ada apa denganmu?" Tanya pak Mike mengagetkan Devian.

"Kenapa? Tak apa?" Gerutu Devian yang kembali ke tempat duduknya.

"Ya sudah, cepat tanda tangan." Kata Mike yang melihat temannya malah kembali berpikir.

"Buruan..."

"Apa pantas kau memerintah atasanmu seperti itu."hardik Devian yang membuat Mike terdiam.

"Duduklah,"

"Jika kau menjadi dirinya apa kau akan menolak diriku yang sangat sempurna ini?" Tanya Devian yang membuat Mike menghela napas panjang.

"Apa dia menolakmu lagi?" Tanya Mike melihat Devian menganggukkan kepalanya. Mike dengan polos menyimpulkan kalo temennya tidak tau yang Maora inginkan dan apa yang ia pikirkan.

"Semua itu butuh proses, dia tidak akan menerimanya,kalo kau selalu memaksanya. Sabar...!!! Selangkah demi selangkah." Saran Mike yang membuat Devian kembali berpikir.

"Tapi dia mulai dekat dengan pria lain." Gerutu Devian.

"Persaingan dalam hal percintaan adalah biasa. Yang terpenting kau tak ragu untuk mencintainya kata Mike meyakinkan.

" Bagaimana caranya meminta maaf?"

"Apa aku harus mengajari mu untuk meminta maaf kepadanya." Ujar Mike mengeluh dan ia rasa temannya sangat bodoh dalam hal percintaan.

"Ah... Lupakan. Apa tidak ada cara lain supaya aku bisa berbaikan dengannya tanpa bilang maaf?" Tanya Devian melipat kedua tangannya.

"Kau akan kehilangan orang itu." Jawab Mike yang membuat Devian mulai panik. Selepas kepergian Mike dari ruang kerja Devian, Maora memasuki ruang kerja. Maora berjalan ke arah Devian yang sibuk dengan laporan-laporan yang tertumpuk di meja tanpa memperhatikan kedatangan Maora.

"Maaf pak, sekarang saatnya kita rapat direksi soal bisnis ba..." Ujar Maora yang terdiam melihat Devian menatapnya dengan tajam.

"Maafkan Aku." Kata Devian singkat. Maora mengembangkan senyum ketika kata-kata keluar dari mulut Devian.

"Tidak,"jawab Maora membuat Devian bingung.

"Kenapa? Apa saya harus berlutut dihadapanmu?" Tanya Devian yang bingung akan menyikapi Maora yang selalu tersenyum.

"Seharusnya saya yang harus minta maaf kepada Bapak, maafkan saya pak. Sejak saya bekerja sampai sekarang anda selalu membantu saya dan tak seharusnya saya berkata-kata kurang sopan pada Bapak. Jadi maafkan saya ya pak." Kata Maora yang membuat De vian bahagia.

"Baiklah, sekarang kita rapat direksi kan? Let's go." Seru Devian semangat.

"Jika Bapak tidak memakai dasi, menurut saya aura Bapak hilang." Kata Maora. Devian berjalan sembari menatap kaca besar yang ada di ruang kerjanya.

"Apa menurutmu seperti itu?" Tanya Devian berbalik menatap Maora yang mengambil dasi untuknya.

"Saya rasa ini sangat cocok untuk Bapak." Ujar Maora memasang dasi untuk Devian. Devian selalu menatap Maora yang terlihat begitu lihay dalam memakaikan dasi untuknya.

" Aura Bapak kembali terpancar." Ujar Maora senang.

" Benarkah! Apa kau menyukainya."

" Nanti saya akan ajari Bapak membuat dasi."

"Tidak, saya tidak mau." Ujar Devian mengangkat telepon dari Mike.

"Baiklah, saya akan kesana." Jawab Devian meletakkan handphonenya di meja.

"Kenapa Pak," Tanya Maora yang lupa akan rapat direksinya.

" Bukannya kita ada rapat." Gerutu Devian pergi. Maora menepuk jidatnya sembari mengejar Devian. Di ruang rapat Maora selalu memandangi Devian yang begitu serius dalam bekerja. Mike sebagai Direktur Eksekutif menjelaskan tentang bisnis baru. Di dalam rapat tersebut semua direksi umurnya diatas 40. Hanya Devian dan Mike orang termuda di rapat tersebut.

" Kita akan mengambil alih perusahaan maskapai peringkat tia nasional. Dalam lima tahun kita akan kembangkan jadi maskapai nomor satu di pasar domestik dan sepuluh di kancah global. Kita akan mulai menerima permintaan dari negara lain untuk mempercepat laju bisnis penerbangan. Jika kita melihat laporan keuangan aset terkini adalah 2 miliar dolar. Liabilitasnya adalah 940 juta dollar. Rasio profit 275%." Ujar Mike tersenyum melihat Devian menatapnya dengan tajam.

" Lebih tepatnya 215,319149%." Kata Devian yang membuat semua direksi menatap ke arahnya.

" Jika aset terkini 2 miliar dollar dan liabilitasnya 940 juta dollar bukankah rasio profitnya 215,319149%."kata Devian menjelaskan. Maora tersenyum senang akan kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki Devian. Mike kembali menghitung laporan yang menurut Devian keliru.

"Iya benar, ada apa dengan ini." Gerutu Mike membenahi kesalahan.

"Lanjutkan akuisisinya, rapat ditutup."ketus Devian pergi diikuti Maora yang selalu di belakangnya. Suasana ruangan yang semula hening mendadak menjadi ramai.

"Ah .. umurku bisa pendek kalo begini, dia sangat menakutkan."gerutu salah satu staf.

"Pak Devian!!" Teriak Mike yang membuat semua staf berdiri siap untuk menyambut.

" Oh... ternyata bukan." Kata Mike yang berhasil membuat para staff tertipu.

"Kau ini..." Keluh staff yang lain yang melihat Mike cekikikan melihat semua terkejut. Di dalam lift Devian mundur bersejajar berdiri disamping Maora. Maora hanya menatap Devian yang begitu sedikit berubah.

"Apa kau terharu?" Tanya Devian mengagetkan Maora.

"Kenapa bapak?" Tanya Maora terdiam ketika Devian menghadap ke arahnya.

"Bukankah kita sudah saling memaafkan. Bagaimana kalo kita merayakannya."

"Maaf pak, tapi kita punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Bagaimana kalo kita merayakannya sambil bekerja." Ujar Maora membuat Devian bingung. Sesampai di ruang kerja, Maora duduk disamping Devian untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Devian berpikir sejenak dan kembali melihat Maora yang duduk di sampingnya.

"Apa ini yang di sebut merayakannya?" Ujar Devian yang melihat Maora menganggukkan kepalanya.

Terpopuler

Comments

Kokoy Yuhaikay

Kokoy Yuhaikay

Maura balas dong cintanya devian

2022-03-08

0

Puji Ningsih

Puji Ningsih

semangat Thor,,ditunggu next episodenya

2020-10-09

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!