Maora memasuki ruangan Devian untuk memberitahu tentang meeting yang tertunda.
"Pak tentang rapat makan malam dengan ketua Group Mars, beliau ingin menunda pertemuan hari ini karena kondisinya sedang kurang baik!" jelas Maora.
"Ok!" jawab Devian sambil mengerjakan tugasnya yang masih menumpuk.
Maora menegak salivanya dengan paksa. Kedua matanya tak berhenti menatap ke arah atasannya itu yang begitu sibuk.
"Maaf, Pak. Untuk hari ini, bolehkah saya pulang kerja lebih awal?" ijin Maora yang membuat Devian terkejut. Devian mendongak menatap sang sekertarisnya itu.
"Apa? kau ingin pulang cepat?" Devian mulai berhenti mengerjakan tugasnya dan menutup laporannya dengan keras.
Ia menghela nafas panjang seraya menopangkan kedua tangan di dada. Kedua matanya memicing menatap maora menganggukkan kepala.
"Bagaimana tentang Grand Hotel?" Devian yang sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Saya sudah menerima kontrak dan menaruhnya di sana, Pak!" tunjuk Maora pada tumpukan berkas yang tertata rapi.
"Bagaimana dengan pembangunan taman hiburan?" tanya Devian terus memberi pertanyaan.
"Janji temunya minggu depan, Pak!" jawab Maora dengan mudah.
"Kenapa kamu banyak bicara?" ucap Devian yang kehabisan kata-kata.
"Saya hanya menjawab pertanyaan dari Bapak."
"Lihatlah! Kamu menyelaku lagi, Maora. Apa kamu lupa, aku ini siapa?" gumam Devian merasa geram.
"Bapak adalah boss saya yang sangat bijaksana dan tampan luar biasa," puji Maora mencoba untuk tersenyum.
"Dan juga suamimu!" kata batin Devian menatap ke arah wanita yang kini telah menjadi istrinya.
Sesaat, Devian terkejut ketika Maora memanggilnya berkali-kali dan seketika membuyarkan lamunannya.
"Apa bapak baik-baik saja? Dan bolehkah saya pergi sekarang?" tanya Maora.
"Pergilah!" kata Devian mengalah.
"Terimakasih, ya, Pak. Bapak sudah mengijinkan saya untuk pulang lebih awal. Kalo begitu saya permisi!" ucap Maora senang dan pergi meninggalkan Devian yang masih memikirkan sesuatu.
"Maora ...," panggil Devian menghentikan langkah Maora.
Sejenak Maora mendesah sebal dan memutar badannya sembari mengembangkan senyum dengan keterpaksaan.
"Ya Pak," jawabnya menyeringai.
"Saya harap jam 8, kau sudah ada di rumah!" pinta Devian seraya menatap ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Tapi pak ...," protes Maora.
"Tak ada tapi-tapian, itu keputusanku!" tegas Devian yang kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Baik pak," jawab Maora mendesah sebal dan pergi dengan wajah cemberut.
***
Untuk pertama kalinya, Maora dan teman-teman sekantornya bisa pulang bersama. Karena pekerjaan mereka yang selalu lembur, mereka sama sekali tak punya waktu untuk bersama.
"Akhirnya selama dua tahun ini, kita bisa makan malam bersama."
"Iya. Ini semua berkat maora. Pak Dev mengijinkan pada kita untuk tidak lembur! Ye ... bersulang untuk Maora!" sorak Bondan.
"Yeah ...," teriak mereka semua sambil minum.
"Wah! Ini makanan kesukaanku," gerutu Wulan yang terkenal akan semua jenis makanan.
"Ayo! kita makan, sudah lama kita tidak makan bersama," kata Anis.
"Ini pasti enak! kata batin Maora mulai makan steak yang telah ia pesan.
Sesaat, maora melirik ke arah sahabatnya yang hanya makan sayur mayurnya saja.
"Kenapa kamu hanya makan sayurnya saja?" tanya Maora yang melihat Anis memakan selada saja.
"Berat badanku cepat naik jika aku tidak mengontrol makananku," kata Anis yang terus memasukan selada ke mulut mungilnya."Permisi! Boleh nambah seladanya lagi!" teriak Anis ke pelayan restoran tersebut.
Maora hanya mengernyit melihat temannya yang gila akan sayuran demi menjaga tubuhnya agar tetap langsing.
"Apakah kalian merasakan sesuatu yang aneh?" tanya Bondan seraya mengusap lehernya.
"Aku merasakan ada yang sedang mengikuti kita!" sahut Wulan.
" Argh, mungkin perasaanmu saja!! Dan berhentilah untuk menakut-nakuti kita!" ucap Maora positif thinking.
Secara bersamaan, semua mata mereka terbelalak kaget ketika melihat atasannya berada tepat di depan mereka.
"Pak Devian? Apa yang membuat bapak kesini?" tanya Moara seakan sulit menegak salivanya sendiri.
"Saya dengar kalian makan malam. Jadi, tak ada salahnya jika saya ikut malam bersama kalian," ucap Devian dengan senyum khasnya.
Sesaat, senyum manisnya memudar melihat mereka yang terdiam, saling menatap satu sama lain dan tak ada satupun orang yang menyuruhnya untuk duduk. Termasuk istrinya sendiri.
"Haruskah seorang CEO SAMCO GROUP terus berdiri seperti ini?" tanya Devian yang membuat mereka seketika mempersilahkannya untuk duduk.
"Maafkan kami, Pak! Silahkan duduk disini!" kata Maora yang mempersilahkan bosnya untuk duduk.
Sejenak keadaan menjadi hening karena kehadiran bosnya yang membuat mereka tidak bisa bercanda sepuasnya.
"Apakah kalian tidak bisa memilih tempat makan yang bersih?" tanya Devian menatap semua ke arah sudut restoran kecil itu.
"Maaf, Pak. Kami hanya karyawan biasa, jadi kami hanya bisa makan di restoran sederhana ini!" jawab Bondan menjelaskan.
"Jika Bapak merasa lelah, lebih baik Bapak istirahat di rumah saja!" pungkas Maora.
"Tidak, aku akan tetap ingin makan malam bersama kalian!" jawab Devian membuat mereka untuk selalu memasang senyum meski hati mereka tidak nyaman dengan kedatangan bossnya.
"Bagaimana kalau kita adakan game?" usul Anis yang dibales anggukan sama mereka semua kecuali Devian.
"Pak Devian, bapak terlihat sedikit lelah. Alangkah baiknya jika bapak pulang dan beristirahat?"Ucap Maora berharap Devian pergi dari hadapannya.
"Apakah kita sudah selesai?" tanya Anis yang membuat teman-temannya menoleh kearahnya.
"Bukankah kita akan bermain ke taman hiburan," sambung Anis.
"Anis," gumam Maora pelan.
"Taman hiburan? Baiklah! Dengan senang hati saya akan pergi kesana bersama kalian," kata Devian yang membuat mereka terperangah tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut atasannya itu.
Sesampai di taman hiburan mereka masuk dengan gratis karena pemilik taman hiburan tersebut rekan bisnis Devian.
" Maora apa kau suka menaiki wahana itu?" tanya Devian sambil menunjuk wahana yang dimaksudnya.
"Iyaa.. pak, tapi ....?" Balas Maora.
"Kami sangat menyukainya Pak." Celetuk Bondan.
"Jika kalian suka, lakukanlah sepuasnya!" Kata Devian tersenyum senang.
Maora hanya menggigit bibirnya melihat teman-temannya menaiki wahana yang begitu menakutkan.
"Lets go...." Devian yang meraih tangan Maora dan menaiki wahana halilintar.
"Paak Deviaann, saya tidak bisa ...." Kata Maora yang tidak mendapat respon dari Devian.
Entah kenapa, dirinya merasa pasrah dan tak bisa berkutik saat Devian mengajak naik dalam wahana itu. Tangannya juga tak bisa terlepas dari tangan kekar yang di miliki suaminya.
Dia pasti tak akan pernah melupakan momen indah ini! gumam batin Devian tersenyum menatap istrinya yang tengah bersiap mengatur nafas.
Maora menutup matanya dan berteriak sekeras-kerasnya.Ingin rasanya Maora berlari meninggalkan wahana itu dan ingin rasanya mencakar punggung Devian.
Sesudah puas dengan wahana satu, mereka bergegas ke wahana yang lain.
"Apa kamu suka?" tanya Devian memastikan.
Maora mencoba untuk tersenyum meski jantungnya terasa copot akan wahana yang ia tumpangi itu.
"Iya. Saya sangat menyukainya, Pak. Tapi, alangkah baiknya jika kita pulang saja!" pinta Maora yang ingin menyudahi permainan itu.
"Tapi, Maora. Nanggung juga jika kita pulang jam segini. Ini baru jam 8 lho!" Sahut Bondan seraya menunjuk arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Iya, Ra. Lagian, kapan lagi kita bersenang-senang seperti ini bersama. Apalagi bersama pak boss!" ujar Wulan yang membuat Maora tak bisa berkutik lagi.
Devian tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya itu. Rencananya untuk membuat istrinya bahagia akhirnya sukses besar.
"Kalian bersenang-senanglah!" perintah Devian pada mereka.
Sesampainya di rumah Devian merebahkan tubuhnya di sofa. Ia mendesah sebal seraya mengendorkan dasi yang terasa memekak lehernya.
" Makan malam yang sangat melelahkan," gerutu Devian.
" Bisakah Bapak jelaskan sekarang?" tanya Maora meletakkan teh hangat untuk boss sekaligus suaminya itu.
"Menjelaskan apa?" tanya Devian penasaran.
"Mengapa anda melakukan hal-hal yang tidak biasanya anda lakukan?" tanya Maora mendesak.
Devian terbangun dan duduk di samping maora yang telah menunggu jawabannya.
"Apa kau ingin mengetahuinya?" Devian yang tersenyum tipis saat anggukan maora yang begitu manis bagi dirinya.
"Bukankah hari ini sangat manis? Makan malam bersama, menemanimu jalan-jalan. Yach, meskipun bagiku itu sangat merepotkan dan membuang waktu saja," kata Devian tersenyum.
"Hari romantis dan bahagia seperti ini akan menjadi kehidupanmu ke depannya," kata Devian menjelaskan.
"Maaf Pak, tapi saya tidak memahami maksud Bapak?" tanya Maora semakin bingung dengan penuturan bossnya itu. Untuk kali pertama ia mendengar bossnya yang membahas tentang hal-hal di luar pekerjaan.
"Mungkin saya mulai sedikit menyukaimu!" sambung Devian yang membuat Maora kaget setengah mati.
" Kenapa? Apa kamu merasa terharu?" tanya Devian dengan percaya diri dan berharap Maora membalas perasaannya."Kamu tak usah malu, jika kamu mempunyai perasaan yang sama. Kamu tak perlu malu untuk mengatakannya."
"Pak Devian!"
"Katakanlah!"
"Maaf, tapi bapak bukan tipe saya,"" jawab Maora yang membuat Devian batuk mendadak.
"Meskipun kita sudah sah menjadi pasangan suami istri, tapi maafkan saya. Saya suka pria yang perhatian, dan bersikap manis terhadap orang lain. Sekali lagi, maafkan saya!" gegas Moara pergi meninggalkan Devian yang masih terdiam membisu.
"Heh, bisa-bisanya dia bilang kalo aku tak perhatian. Padahal, perhatianku sangat besar padanya!" gumam Devian meneguk minuman tersebut hingga tak tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
emoon
ini mirrip drama KoreA sekrestaris kim kata2nya ada beberapa yg sama...heheehe
2022-05-20
0
Kokoy Yuhaikay
buka hatimu fong maura kasihan si bos
2022-03-08
0
Nur hikmah
kasihan bos....
2021-01-16
2