bab 13

"Apa kau selalu mengatakan aku dan kamu sama dia?" Tanya Devian penasaran.

"Iya pak?"

"Berhentilah memanggilku sebutan pak di luar kantor. Mulai sekarang aku ingin menggunakan bahasa aku dan kamu buat kita." Kata Devian.

"Apa harus?"

"Bukankah kau ini istriku? Seharusnya tak ada kata " tidak" terucap dari mulut manismu." Kata Devian senang melihat Maora menuruti perintahnya. Sesampai di kantor Maora kembali bekerja di ruang kerjanya begitupun yang dilakukan Devian. Wulan melihat Devian yang begitu sibuk dengan pekerjaannya.

" Liat boss kita, memang dambaan setiap wanita." Ujar Wulan menunjuk bossnya yang terlihat dari jendela luar.

"Iya, sudah tampan,pintar dan begitu seksi saat bekerja." Tukas Anis tersenyum manis.

"Apa menurutmu juga begitu Maora?" Tanya Wulan.

"Aku tak yakin... soalnya hampir 24 jam kami bersama." Jawab Maora.

"Kadang aku iri deh sama kamu. Selalu bersama si boss." Tambah Anis cemberut.

" Apa kau ingin bertukar posisi denganku?" Tanya Maora.

" Sebenarnya sih pingin tapi, aku tak berani jika pak boss marah." Kata Anis membenarkan kacamatanya.

"Oiya Ra, kau kan delapan tahun bersama pak boss. Apa pak boss sudah memiliki kekasih?"tanya Anis yang membuat Maora bingung untuk menjawabnya.

"Iya Ra, kamu pasti tau dong kriteria pak boss gimana?" Ujar Wulan. Maora hanya tersenyum lebar dan kembali mengerjakan laporannya kembali ketika Mike melihat mereka yang ngrumpi. Dengan cepat Anis dan Wulan pun kembali ke tempat mereka. Mike menghampiri Devian yang begitu sibuk mengotak-atik laptopnya sembari menopangkan tangan ke dagu.

"Wah ternyata semua wanita sama ya, suka ngrumpi sana sini. Semoga saja istriku tidak seperti mereka." Gerutu Mike yang sama sekali tak direspon oleh Sahabatnya.

"Apa kau mendengarku?"teriak Mike yang kesal akan keacuhan Devian.

"DEVIAN ALATAS...apa kau mendengarkanku?" Teriak Mike berdiri dari duduknya.

"Apa pantas kau berteriak pada atasanmu? Apa kau ingin berhenti sekarang? Jika iya kutunggu surat pengunduran dirimu." Hardik Devian yang membuat sahabatnya kebingungan menyikapi sifat aneh temannya itu.

"Maafkan aku pak Dev, saya tidak akan mengulanginya lagi." Kata Mike.

" Kemarilah! Aku membutuhkan pendapatmu." Perintah Devian. Mike menghela nafas melihat beberapa restoran yang ada di laptop temannya itu.

" Buat apa? Bukankah nanti sore kita meeting di kantor?" Tanya Mike bingung.

" Aku ingin merayakan sesuatu dengan Maora." Jawab Devian tersenyum bahagia sembari melihat Maora bekerja yang terlihat dari ruang kerjanya.

"Kau ini begitu jenius dalam memilih tempat untuk clien kita. Tapi kenapa kau begitu bodoh dalam soal ini ha...h." keluh Mike yang mencari sebuah restoran romantis untuk sahabatnya. Maora membuka chat dari pak Devian.

" Kamu tak perlu ikut meeting hari ini. Pulanglah ! Dan aku tunggu kamu di restoran D'ory jam 8."

"Apa ada meeting jam 8 malam?"

"Bukankah kau berhutang padaku untuk merayakan kalo kita baikan? Datanglah !!!."

" Baiklah, tapi seminggu ini aku ingin tinggal di rumah Ayah."

"Kenapa? Ada apa dengan Ayah?"

"Ayah baik-baik saja. Tapi aku ingin berkumpul dengan keluargaku?"

"It's ok. Jika itu membuatmu bahagia istriku."

Maora tersenyum melihat balasan chat dari Devian.

"Kenapa kau? Ayo pulang!" Ajak Wulan mengagetkan Maora. Maora pulang bersama Anis dan wulan berjalan menuju halte bus dekat tempat mereka bekerja. Semua mata tertuju pada Kegantengan Vino yang membuka helm di depan mereka.

"Maora...naiklah!" Kata Vino menyodorkan helm untuk Maora.

"Kak vino kok tau kalo Maora pulang?" Tanya Maora memasang helm yang di berikan Vino untuknya.

"Iya dong. Naiklah!!!" Kata Vino.

"Temen-temen duluan ya..." Teriak Maora yang pergi meninggalkan mereka yang masih terkesima akan ketampanan Vino. Maora begitu senang ketika Vino mengajaknya ke pantai.

"Apakah kau suka?" Tanya Vino yang duduk dekat Maora yang begitu bahagia melihat keindahan pantai. Angin kencang menerpa rambut Maora yang terurai panjang dan disertai gemuruh ombak di sore itu.

"Berapa tahun ya kak kita tak kesini bersama?" Tanya Maora yang mengubur kakinya dengan pasir pantai.

"Mungkin sepuluh tahunan. Bagaimana kerjaanmu hari ini?"tanya Vino merangkul kedua lututnya dengan kedua tangannya sembari memandang Maora.

"Ya, tidak sesibuk di Hari biasanya."

"Apa kau nyaman bekerja dengan bossmu itu?"

"Kak Vino...Maora bekerja dengannya hampir 8 tahun kak. Tentu saja nyaman."

"Kau bekerja seakan-akan tidak ada waktu buat keluarga." Ujar Vino.

" Memang sih, dulu seperti itu tapi sekarang berbeda. Dia sudah berubah."

"Carilah pekerjaan lain, kau belum tau sifat bossmu seperti apa?"

"Sebenarnya ada masalah apa kak vino dengan pak Devian? Kenapa kak Vino membencinya?" Tanya Maora penasaran. Vino menghela nafas ketika mengingat kejadian pahit yang di alaminya dengan Devian.

"Keluarganya lah yang membuat keluargaku hancur."kata Vino tersenyum tipis. Seusai rapat, Devian bergegas menuju restoran yang ia janjikan pada Maora. Dengan langkah penuh semangat, Devian selalu mengembangkan senyum manisnya dan berharap jika Maora sudah menunggunya di sana. Seketika senyum manisnya hilang waktu di restoran tak tampak Maora disana.

"Mungkin dia terkena macet, aku akan menunggunya." Kata Devian yang duduk sembari melipat tangannya. Sedangkan Maora malah asyik bercanda dengan Vino dan lupa akan janjinya dengan Devian.

"Sudah malam , ayo aku antar pulang." Ujar Vino menyodorkan helm untuk Maora. Di jalan Mike melihat Maora berboncengan dengan orang yang tak asing baginya.

"Bukankah itu kakaknya Dev?" Mike yang sempat memfoto mereka.

" Aku akan makan malam dengan istriku, pasti dia sudah menungguku disana." Kata-kata Dev yang terlintas di benak Mike.

"Pasti dia kecewa." Keluh Mike menggelengkan kepalanya sembari memasukkan ponselnya. Di rumah Ayah terkejut melihat putrinya di antar pria lain selain menantunya. Dengan wajah kesal, Ayah menghampiri Maora yang berjalan masuk rumah.

"Ayah..." Kata Maora mencium tangan Ayahnya.

"Kemana suamimu? Kenapa kau di antar oleh pria lain selain dia." Kata Ayah memuncak.

"Bukankah pria tadi, bocah tengik yang dulu pernah mengajakmu tawuran." Kata Ayah yang mengingatnya.

"Ayah kak vino orang baik. Ayah masih salah paham tentang tawuran dulu."

"Jika dia orang baik, tak mungkin dia berani membawa istri orang." Kata Ayah marah.

"Maaf Ayah, kak Vino tak tau kalo Maora istri orang." Gerutu batin Maora.

"Dimana Dev?" Tanya Ayah.

"Dia...?" Maora yang mulai teringat akan janjinya dengan Devian.

"Ya Tuhan, bisakah Ayah mengantar Maora." Ujar Maora yang melihat jam tangannya menunjukkan jam 9.

"Kemana?"

"Dia sudah menunggu Maora, Ayah." Ujar Maora menggoyangkan tubuh Ayahnya yang kekar.

"Siapa?"

"Menantu Ayah." Tanpa pikir panjang Ayah mengambil kunci motor dan bergegas mengantar Maora sampai ke tujuan.

"Apa Ayah harus menunggu?"

"Ayah pulang saja, dia masih disini. Hati-hati ya Ayah." Kata Maora yang lega melihat mobil Devian masih terparkir disana. Maora berjalan masuk dan langkahnya terhenti melihat Devian keluar Restoran dengan muka kecut.

"Maaf...apa ka..mu menungguku lama?" Tanya Maora hati-hati.

"Aku pikir kamu tak akan datang. Tadinya mereka mau menunggu, tapi Aku sungkan pada mereka. Ayo aku antarkan pulang." Kata Devian tersenyum tipis.

Terpopuler

Comments

Aphry

Aphry

maora cari masalah ajah, wlopun ga cinta sma suami harusnya tetap hargai sebuah pernikahan.asal jln cwo lain ajah tanpa menolak.kesannya murahan.

2022-11-02

0

Kokoy Yuhaikay

Kokoy Yuhaikay

Mora kamu punya hati gak??

2022-03-08

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

sebenernya yg gak punya hati tuh kamu maora

2021-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!