"Maora, saya sangat sempurna, kaya, tampan, bahkan IQ saya melebihi rata-rata orang biasa. Dan seharusnya kamu beruntung jika saya menjadi suami kamu," kata Devian menyombongkan diri.
"Maaf Pak, tapi Bapak bukan tipe saya," jawab Maora yang membuat Devian terkejut bukan main.
Hatinya seakan hancur berkeping-keping mendengar pernyataan pahit dari Maora.
"Baiklah, saya akan turuti apa yang kamu inginkan," kata Devian tersenyum tipis sambil menaikan alisnya dan pergi meninggalkan Maora yang masih berpikir sejenak.
Apa Pak Devian tersinggung waktu aku bilang dia bukan tipeku? batin Maora bertanya seraya menggigit bibirnya yang mungil.
Dengan langkah tak begitu semangat, ia mulai duduk tepat di samping ayahnya. Maora menundukkan kepalanya ketika Devian menoleh ke arahnya dengan senyum yang teramat manis.
"Maora, apa kau tak membuatkan calon suamimu ini teh hangat atau kopi?" tanya ayah.
Maora melirik Devian yang sibuk melihat ponsel yang ada di tangan bossnya itu.
"Iya Ayah!" jawab Maora masuk kedalam rumahnya. Di dapur Maora membuat teh kesukaan Devian.
Di dapur
"Apa aku memang di takdirkan untuk selalu bersamanya? di kantor, di rumah Pak Devian, sekarang di rumahku," geming Maora sembari mengaduk teh untuk Devian.
Dengan langkah hati-hati, ia mulai membawakan teh hangat untuk mereka yang terlihat bersendau gurau.
Langkah kaki Maora terhenti ketika melihat Devian selalu membuat hati ayahnya tertawa lepas.
"Baru kali ini, ayah tertawa begitu lepas," kata Kak Alena mengagetkan Maora.
"Semoga dengan pernikahanmu nanti bisa membuat ayah bahagia lagi," ujar kak alena mengelus pundak maora dan pergi begitu saja.
Maora terdiam dan mulai mencerna apa yang dikatakan oleh kakaknya.
Benar apa yang dikatakan kak Alena, sejak kepergian Ibu, ayah tak pernah tertawa lepas seperti itu! gumam batin Maora tersenyum ketika Ayah memanggilnya.
Devian melirik ke arah calon istrinya yang menyuguhkan teh hangat untuknya.
"Ayo di minum, jangan sungkan-sungkan!" ajak ayah yang begitu gembira.
Merekapun secara bersamaan meneguk teh hangat.
"Om, kalo begitu saya pulang dulu ya. Istri saya sudah menunggu," kata Mike yang berpamitan dengan Ayah Maora.
"Kenapa buru-buru?"
"Iya, Om. Maaf, lain kali saya akan sering-sering untuk main ke sini!"
"Ya sudah, kalo begitu. Hati-hati di jalan! Sampai jumpa besok di pernikahan mereka ya..." teriak ayah mengacungkan jempol kearah Mike yang pergi memasuki mobil.
Maora melirik Devian. Dahinya mengernyit melihat atasannya itu masih berada di rumahnya.
"Apa Bapak tidak pulang? ini sudah petang lho, Pak?" Maora terkejut ketika ayah menjawab pertanyaannya.
"Kamu ini apa-apaan Maora, dia itu besok akan menjadi suamimu kamu. Kenapa kamu masih memanggilnya sebutan bapak? Seharusnya mulai sekarang kamu belajar memanggilnya sebutan sayang atau apa," gerutu Ayah yang membuat Devian senang bukan main.
"Tidak apa Ayah, Devian akan pastikan sehabis menikah Maora pasti akan memanggil Devian seperti apa yang Ayah inginkan," kata Devian menatap Maora dengan tatapan yang penuh arti.
Maora mengernyit dan berpaling melihat Devian itu mulai menyombongkan dirinya.
****
Selesai Ijab kabul Devian dan Maora melakukan foto bersama atas keinginan sang ayah. Rasa kaku canggung semua ada mereka waktu ayah menyuruhnya untuk berpose romantis.
"Nah kalo begini kan cakep!" seru ayah yang terus memandangi foto mereka.
Di kamar Devian menunggu Maora yang mengemasi baju-bajunya untuk pindah kerumah Devian.
"Apa hanya satu koper saja?" tanya Devian mengernyit melihatnya.
"Bukankah, bapak orang kaya? Jika saya membutuhkan sesuatu, saya akan meminta sama bapak. Bukankah bapak akan memenuhi kebutuhan hidup saya dan bukankah bapak orang terkaya di kota ini?"
"Iya, kamu benar! Seharusnya, kamu tak perlu mengemasnya. Kita bisa beli yang baru!" ucap Devian yang membuat maora mendesah sebal.
"Lupakanlah! Dan ini surat perjanjian kita, Bapak tinggal menandatanganinya disini," kata Maora menyodorkan secarik kertas untuk Devian.
Devian mengernyit. Ia tak menyangka jika maora benar-benar dengan ucapannya.
"Kamu benar-benar membuatnya?" tanya Devian
meletakkan kertas itu di sampingnya tanpa membacanya terlebih dahulu.
"Saya tak mau hal buruk terjadi pada kita, Pak," ujar Maora.
Devian menghela nafas panjang. Hatinya benar-benar sakit dengan apa yang maora perbuat padanya.
"Mobil sudah datang. Kita pulang!" ajak Devian menarik koper sembari menggandeng tangan Maora.
Maora tak bisa menolak karena tak mau melihat ayahnya kecewa.
Mereka pun berpamitan dengan ayah , kakak untuk pindah kerumah Devian.
"Kalian harus sering kesini ya? pinta ayah sedih melihat putrinya akan pergi meninggalkannya.
"Iya Ayah, kalau ada waktu kami usahakan akan kesini," kata Maora.
"Apa katamu, kalau ada waktu?" bantah Ayah sambil melotot.
"Pasti ada waktu buat ayah," sahut Devian merangkul Maora. Maora hanya tersenyum melihat Devian mengerti akan situasi yang dihadapi.
Mereka meninggalkan rumah Maora dan meluncur kerumah Devian yang bernuansa mewah. sesampai didepan rumahnya, Devian membantu Maora yang menurunkan koper dari bagasi mobil.
"Biar saya saja, Pak!" kata Maora yang menolak untuk dibantu.
"Jangan membantah perintahku," ucap Devian penuh dengan penekanan. Devian masuk kedalam rumah dengan diikuti Maora dibelakangnya.
"kamu bisa tidur di kamar ini," ujar Devian yang mengantarkan Maora sampai didepan kamar yang ditempati oleh Maora.
"Terima Kasih Pak!" Maora melirik Devian yang terdiam sambil memikirkan sesuatu.
"Ada apa Pak? apa ada masalah yang membebani pikiran Bapak?" Maora bingung melihat Devian yang masih terdiam.
"Bagaimana kalau ada ayahmu? Apa kamu akan tetap memanggil saya dengan sebutan pak?" tanya Devian.
"Kita pikir saja nanti. Lebih baik sekarang Bapak mandi dan kita berangkat ke kantor!" kata Maora mulai menyiapkan pakaian untuk atasannya itu.
****
Di kantor Maora bekerja seperti biasanya. Tak da seseorangpun yang mengetahui akan pernikahan rahasia Devian dan Maora.
Kecuali Mike, teman dekat Devian sekaligus Direktur Eskutif diperusahaan tersebut.
Didalam kantor, Maora duduk melamun sambil menopangkan kepalanya di atas meja.
“Secara hukum dan agama aku sudah terikat dengan Pak Devian, apa aku masih bisa mencari Cinta Sejati? " Maora mendesah.
"Bagaimana mencari cinta sejati, sedangkan dari pagi sampai malam waktuku hanya untuk bekerja huuhh ..." keluh Maora seraya memanyunkan bibirnya.
Ceklek
Maora terbelalak kaget saat Devian tiba-tiba memasuki ruangannya.
" Eehh.. Pak Devian maaf Pak!" kata Maora berdiri sambil menunduk untuk minta maaf.
" Apa jadwal hari ini?" tanya Devian.
"Pak Mike ingin bertemu dengan anda setengah jam lagi," jawab Maora sopan.
"Baiklah aku akan menemuinya!" kata Devian sambil berjalan meninggalkan maora. Sesaat, langkah kakinya terhenti dan berbalik arah pada maora kembali.
"Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?" tanya Maora penasaran akan sikap bosnya itu.
"Kalau mau pulang, pulanglah dulu!" kata Devian enteng.
"Yang benar Pak?" tanya maora tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Devian.
Devian mengangukan kepalanya dan tersenyum pergi.
Selama delapan tahun bekerja, baru kali ini Devian memperbolehkan Maora untuk pulang lebih awal.
Maora berjalan sambil menghirup udara sore hari. Pertama kali dia menghirup udara sore diluar ruangan. Tanpa disadari ternyata ada seorang lelaki yang membututi Maora. Pria itu menepuk pundak Maora dan merangkulnya dari belakang.
"Siapa kau??" Pergerakan Maora yang memelintir tangan lelaki tersebut sampai kesakitan. "
"Maora ... lepas!! ini aku Andreas," ucap Andreas yang menahan sakit di pergelangan tangannya karena ulah Maora. Maora yang mendengar namanya di sebut merasa kaget dan dengan spontan langsung memeluk Andreas.
Singkat cerita, Andreas adalah cowok cool, cuek, pintar, famousnya di sekolahan Maora, banyak cewek yang ingin menjadi kekasihnya. Bahkan Andreas juga cinta pertamanya Maora. Tapi takdir berkata lain, cinta Maora bertepuk sebelah tangan. Tetapi tidak masalah dengan itu Maora dan Andreas bisa menjadi temen dekat.
"Apa kabar?" tanya Maora sambil melepaskan pelukannya dan tersenyum senang.
"Baik. Wah! Sekarang kamu beda dari yang dulu, ya, Ra," puji Andreas sambil menatap penampilan Maora dari atas kebawah. Perfect! batin Andreas.
"Bagaimana kabarnya si Luna?" tanya Maora membuyarkan lamunan Andreas.
"Luna? Udah lupakan nggak usah bahas cewek itu, mendingan kita jalan-jalan. Gimana?" pinta Andreas mengalihkan pembicaraan.
"Memangnya kenapa? Apakah kalian ada masalah?" tanya Maora penasaran sambil berjalan beriringan dengan Andreas.
"Lebih baik kita makan yuk!" ajak Andreas yang mengalihkan pembicaraannya sambil menarik tangan Maora.
Sesampai di Restoran
"Apa kamu sudah mempunyai kekasih?" tanya Andreas yang melihat Maora terdiam sejenak.
"Belum, emang kenapa?" tanya Maora balik.
Andreas mengernyit. Ia seakan tak percaya dengan apa yang di ucapkan temannya itu.
"Masa iya cewek secantik kamu belum punya kekasih?" goda Andreas yang membuat pipi sang empu bersemu merah, membuat orang yang melihatnya merasa gemas.
"Bagaimana caranya? Kamu tau, setiap hari waktuku hanya untuk berkerja dari pagi sampai malam," jawab Maora dengan enteng nya.
"Memangnya kerja apa kok dari pagi sampai malam?" tanya Andreas penasaran.
Maora kemudian menceritakan kehidupannya dari mulai yang senang maupun duka, tapi tidak dengan pernikahannya.
"Kamu dari dulu tak berubah ya Ra, pekerja keras!" ujar Andreas merasa salut.
Maora tersenyum.
"Ya sudah yuk pulang! Lagipula ini juga sudah sore," kata Maora yang berdiri, belum sempat ia melangkahkan kakinya ia tersandung terlebih dahulu dan dengan spontan Andreas menangkap tubuh ramping Maora agar tidak terjatuh.
Devian yang juga berada di tempat yang sama pun terkejut saat melihat istri sahnya melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Rasa cemburu kini datang menghampiri.
"Maora ..." teriak Devian yang sudah tidak kuat melihat adegan yang dapat melukai hatinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kartika
seru ceritanya
2022-06-21
0
Kokoy Yuhaikay
moraaaaa...aduh suamimu dianggap apa??
2022-03-08
0
Isti Ibunya Arkan
bagus
2021-01-14
3