Kelucuan Maora

Maora..." teriak Devian yang sudah tidak kuat melihat adegan yang dapat melukai hatinya itu.

Merasa ada yang berteriak, Andreas langsung melepaskan pelukan tangannya yang memegang tubuh Maora.

Maora menoleh. Kedua matanya mengerling melihat atasannya juga berada di tempat yang sama.

"Siapa dia?" tanya Andreas penasaran.

"Ehmm.. itu bosku. Ya sudah, aku duluan ya!" pamit Maora sambil berlari mengejar Devian yang mulai keluar dari restoran tersebut.

Devian seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Rasa cemburu dan marah seakan bercampur menjadi satu.

Sesaat, kedua matanya melirik ke arah maora yang mulai membuka pintu mobilnya.

"Maaf, Pak. Ta ...." Maora terkejut saat Devian tiba-tiba melajukan mobilnya dengan cepat.

Hening

Maora tak berhenti menoleh ke arah atasannya yang saat ini berstatus sebagai suaminya. Hampir setengah jam perjalanan, devian terdiam membisu mengacuhkan dirinya.

"Pak, kenapa anda bisa ada di restoran tadi?" tanya Maora yang melihat bosnya masih terdiam dan tak meliriknya sama sekali.

Maora menghela nafas panjang. Perlahan, bibirnya melipat seraya berpikir bagaimana caranya menghadapi atasannya yang sedang marah padanya.

"Apa anda mencariku? Atau ada masalah yang harus saya selesaikan?" tanya Maora penasaran.

"Maora," kata Devian yang membuat Maora lega.

"Iya!" jawab Maora senang saat Devian mulai berbicara padanya.

"Saya menyuruhmu pulang lebih awal untuk merapikan rumah, bukan malah berkencan dengan orang yang tidak jelas," gerutu Devian yang menyembunyikan rasa cemburunya.

"Kenapa anda tidak bilang?" ujar Maora dengan entengnya.

"Bukankah itu sudah jadi tugasmu sehari-hari," gerutu Devian.

"Ya, pak. Maaf!" kata Maora mengalah.

Sesampainya di rumah Maora langsung membersihkan rumah. Mulai dari nyapu, ngepel semuanya ia kerjakan dengan cepat.

Dan tidak ada lagi debu lagi yang menempel, hingga membuat seluruh benda terlihat kinclong.

Dari kejauhan, Devian memandang Maora yang masih membersihkan rumahnya.

"Kapan aku memiliki hatimu sepenuhnya, Maora?" batin Devian bertanya dan melangkahkan kakinya kembali untuk masuk ke ruang kerjanya.

Maora menggeliat. Senyumnya tertoreh saat pekerjaan yang menyita waktu istirahatnya selesai juga.

"Ahhh... Akhirnya selesai juga!" ucap Maora sambil merebahkan tubuhnya ke sofa.

"Aku pikir dia menyuruhku pulang lebih awal untuk refreshing. Ternyata! Tidak jauh dari pekerjaan," gumam Maora seraya menyalakan tv.

Sesaat, kedua matanya mulai penat. Jari jemari tangannya tak berhenti menutup mulutnya yang menguap tiada henti.

Keluar dari ruang kerjanya Devian merasa haus dan mulai menuruni anak tangga yang menjulang tinggi di rumahnya.

"Apa tv itu menyala?" tanya batin Devian menoleh ke arah ruang tamu.

Dengan langkah yang begitu perfect, Devian berjalan ke arah ruang tamu tersebut.

Langkah kakinya terhenti melihat maora tertidur pulas di atas sofa.

Perlahan, ia mulai duduk di bawah sambil memandang wajah cantik yang dimiliki istrinya itu. Jari jemari tangannya mulai menyapu rambut indah maora yang menutupi wajah cantik istrinya itu.

"Meskipun kau tidur dengan keadaan seperti ini, kecantikanmu tak pernah memudar," ucap Devian tersenyum.

Devian mulai mengangkat tubuh Maora ala bridal style itu dan memindahkannya ke kamar.

"Good night, my wife!"ucap Devian pelan sambil mencium kening Maora.

Matahari bersinar begitu terang. Kedua bola mata maora mengernyip saat cahaya matahari mengenai wajahnya.

Ia terbangun dan terkejut saat dirinya berada di dalam kamar.

"Bukannya aku tidur di sofa?" tanya Maora sambil mengingat.

"Apa Pak Devian yang membawaku kesini? Apa aku mengigau atau air liurku keluar? Huh, kalau memang benar pak devian yang memindahkan diriku, mau ditaruh di mana mukaku ini, "gerutu Maora memayunkan bibirnya.

Ceklek

Maora terkejut saat atasannya datang menghampiri dirinya.

"Kamu sudah bangun? "Devian yang sudah rapi dengan setelan kemejanya.

"Maaf, Pak. Saya kesiangan! Saya akan mandi sekarang," gegas Maora yang berlari menuju kamar mandi.

***

Didalam mobil Devian melihat jadwalnya hari ini.

Dengan kejadian semalam, Maora benar-benar tak fokus pada pekerjaannya.

Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi padanya.

Apakah dia yang membawa Maora tidur di dalam kamar atau Maora berjalan sambil tidur.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Devian yang mengetahui Maora diam-diam melihatnya.

"Apakah tadi malam Bapak yang membawa saya ke kamar atau saya berjalan sendiri sambil tidur?" tanya Maora penasaran.

"Apa jawabannya sangat penting untukmu?" tanya balik Devian sambil mengeluarkan smirk nya.

"Apa ada yang aneh saat saya tertidur?" ucap Maora mengernyit heran.

Devian tersenyum. Ia sangat suka melihat ekspresi istrinya itu.

"Lupakan! Biar saya saja yang melihat kelucuanmu saat tidur," kata Devian menyeringai.

"Pak Dev ...," geram Maora terhenti.

Terpopuler

Comments

Kokoy Yuhaikay

Kokoy Yuhaikay

klu cinta jujur dong Davian biar gak salah paham

2022-03-08

0

Nur hikmah

Nur hikmah

ko g ad mkn MLM ya....heee trs dh jd istri ko g nyispiiin kmja SM kasus beda waktu msh jd sekretaris....hadeh maora....ngelunjak x

2021-01-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!