Jentikan tangan Devian membuyarkan lamunan Maora.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Devian penasaran. Dahinya mengernyit melihat sang sekertaris melamun di pagi hari.
"Ti-dak. Oiya, ini baju untuk Bapak. Saya sudah menyiapkan semuanya," jawab Maora seraya menyunggingkan senyum manisnya."Kalo begitu saya tunggu di luar, ya, Pak. Permisi!" ucap Maora pergi.
Devian menyeringai. Untuk pertama kalinya, ia melihat sang sekertaris melakukan tugasnya dengan lembut.
Hampir setengah jam, Maora menunggu atasannya di bawah. Rasa jenuh dan menahan lapar mulai menghampiri dirinya.
"Aduh, mana laper lagi," gumam Maora dalam hati seraya mengusap-usap perutnya yang tertutup oleh kemejanya."Pokoknya, sesampai di kantor aku akan suruh Sari untuk membuatkan nasi goreng untukku. Masakannya 'kan sangat enak!"
Maora menyeringai sambil membayangkan nasi goreng buatan Sari yang pernah ia rasakan.
Sejenak, hentakan kaki Devian mengejutkan Maora. Tanpa buang waktu, Maora bergegas menghampiri Devian yang menuju ke arah cermin besar yang tersedia di ruang tamu tersebut.
"Maora, bagaimana penampilanku hari ini? tanya Devian bercermin sambil berpose kanan kiri melihat penampilannya.
Maora tersenyum tipis. Untuk kesekian kalinya, ia harus mengatakan pujian untuk atasannya itu.
"Menurut saya Pak Devian sangat tampan dan sempurna," ucap Maora sambil tersenyum manis.
"Memang dari dulu, ketampanan dan kesempurnaan selalu melekat padaku," kata Devian sombong.
"Saya sangat tau itu!" jawab Maora tersenyum tipis.
****
Selesai meeting, Maora berhasil membuat Devian bangga akan presentasinya di depan klien.
"Selama menjadi boss kamu, aku belum pernah melihat rumahmu, aku ingin kesana!" kata Devian yang mengagetkan Maora. Spontan, Maora menghentikan mobilnya secara mendadak.
"Ada apa Maora? Apa yang terjadi?" tanya Devian panik.
Pak Devian mau apa kerumah saya?" tanya Maora memastikan.
"Ya, Kenapa? Apa ada yang salah jika seorang boss ingin berkunjung ke rumah karyawannya?" tanya Devian yang membuat Maora menegak salivanya dengan paksa.
"Bukan begitu, Pak. Cuman masalahnya, rumah saya itu sangat kecil beda dengan rumah Bapak," ujar Maora menjelaskan.
"Tak masalah! Aku hanya ingin bersilahturahmi saja dengan keluarga kamu."
"Ya udah terserah Bapak!" ucap pasrah Maora sambil menghela nafas panjang.
Di dalam perjalanan, rintikan hujan mulai membasahi jalanan, pohon-pohon bergoyang mengikuti arahnya angin bertiup.
Terjadi keheningan di antara mereka berdua. Kedua mata Devian mengernyit saat melihat sekertarisnya yang cantik terdiam.
"Apa rumah kamu masih jauh?" tanya Devian yang melihat hujan semakin deras.
"Apa bapak tetap akan kerumah saya?"kata Maora dengan hati-hati sambil melihat kearah bosnya yang melipat tangannya di dada sambil memejamkan matanya.
"Iya!"
Maora menghela nafas panjang. Jari jemari tangannya tak berhenti bergerak, bibir mungilnya juga tak berhenti bergumam.
"Mau apa dia kerumahku? apa kata orang nanti kalau aku membawa laki-laki kerumah?" kata Maora dalam hati.
Sesampai didepan rumah, Maora menatap wajah bosnya yang kelihatan begitu damai. Alisnya yang tebal, bulu mata yang lentik, hidung mancung, membuat Maora sedikit terpesona.
"Maora, ada apa denganmu?" Ujar Maora dalam hati seraya menepuk jidatnya.
Perlahan, Ia mulai membangunkan bosnya yang tertidur pulas dimobil.
"Pak, sudah sampai," kata Maora menggoyangkan tangan Devian.
"Sudah sampai?" tanya Devian menggeliat.
"Iya," jawab Maora.
Mereka berlari menuju rumah yang sangat sederhana.
"ini rumah saya Pak!" ucap Maora melirik bosnya merapikan rambut yang terkena air hujan.
Maora membuka pintu rumah yang terkunci. Sejenak, kedua mata Maora terbelalak kaget saat melihat isi rumahnya berantakan. Maora kembali menutup pintu yang terbuka tadi dengan keras, hingga membuat Devian kaget.
"Ada apa?" tanya Devian mengernyit.
"Bapak tunggu di sini dulu, ya. Ada sedikit masalah di rumah saya,"kata Maora meringis.
"Apa perlu bantuan?" tanya Devian menawarkan diri.
"Tidak, Pak. Terimakasih. Saya hanya butuh waktu lima menit untuk mengatasinya. Sebentar ya, Pak!" gegas Maora masuk ke dalam rumah dan meninggalkan atasannya itu di luar seorang diri.
"Apa dia nyaman tinggal disini?" gumam Devian melihat rumah Maora yang terbilang sangat sederhana.
Lima menit kemudian Maora membuka pintu dan mempersilahkan bosnya untuk masuk.
"Apa kau nyaman tinggal disini? "kata Devian yang duduk disofa ruang tamu.
"Nyaman, Pak !" jawab Maora sembari membawa teh untuk bosnya.
"Kok sepi, bukankah kau masih punya Kakak dan Ayah?" kata Devian ingin tau.
"Kebetulan, kakak saya dapat jadwal shif malam dan Ayah saya belum pulang," tutur Maora yang tiba-tiba menjerit ketakutan saat mendengar suara petir.
Semua gelap, listriknya padam seketika.
Dengan cepat, Devian mencari handphonenya tapi tak menemukannya.
"Sial, handphoneku 'kan di mobil?" gumam Devian.
"Maora kau tak apa? "kata Devian yang mulai mencari Maora yang ketakutan.
Devian terus meraba-raba seperti orang buta. Sesaat kemudian diraihlah tangan Maora dan terkejut saat Maora memeluk tubuhnya.
"Tenanglah, jika kamu takut pejamkan mata kamu!" kata Devian mulai menenangkan Maora yang pobia akan kegelapan.
****
Keesokan harinya, secara bersamaan Alena dan ayah pulang.
Kedua mata mereka terkejut saat melihat ada mobil di depan rumah mereka.
"Alena, mobil siapa ini? "Ayah yang melihat Alena menggelengkan kepalanya sambil mengangkat kedua bahunya.
Keduanya terdiam sejenak dan langsung berjalan dengan cepat menuju kedalam rumah.
Ceklek
"Maora... "teriak Ayah yang terkejut melihat putrinya tertidur di pelukan seorang lelaki.
Mereka terbangun.
"Ayah! " kata Maora yang dengan cepat melepaskan pelukan Devian.
"Siapa dia? berani-beraninya dia tidur disini?" tanya Ayah geram.
Kedua mata ayah memicing menatap lelaki yang berani memeluk putrinya layaknya hubungan kekasih.
Devian tersenyum dan menyikapi ayah dengan tenang.
"Ayah, ini Pak Devian!" kata Maora dengan hati-hati memperkenalkan Devian.
"Maora apa pantas seorang laki-laki tidur di rumah wanita yang belum menikah? "ucap Ayah penuh penekanan.
"Perkenalkan saya Devian atasannya Maora," kata Devian memperkenalkan diri ke Ayah dan Kakak Maora.
"Saya nggak butuh kenalan!! Yang terpenting kamu harus tanggung jawab!" ketus Ayah dengan nada tinggi.
"Ayah, kakak, ini tak seperti yang kalian pikirkan. Maora dan Devian tidak melakukan apa-apa yah? " kata Maora dengan wajah cemas."Kak tolong percayalah sama Maora," kata Maora menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Maora apa kamu tau, gara-gara kejadian ini kamu sudah mencemarkan nama baik keluarga Maora," timpal Alena.
"Tapi kak ..." kata Maora dengan menitikan air mata.
"Meskipun kamu tidak melakukan apa-apa tapi orang-orang sudah berfikir negatif tentang kalian," kata Alena ceramah.
Devian merasa sangat bersalah. Untuk pertama kalinya ia melihat Maora menangis sesenggukan akan kesalahpahaman yang terjadi pada mereka.
"Ayah, apa yang harus saya lakukan untuk mempertanggungjawabkan semua ini?” kata Devian mulai memperlurus.
"Kalian harus menikah!" kata Ayah yang mengagetkan Maora.
"Ayah," kata Maora terhenti.
"Baiklah, saya bakan menikahi Maora," jawab Devian yang membuat Maora semakin kaget.
"Pak Dev ...," kata Maora mengantungkan ucapannya.
"Kapan Ayah mengizinkan kami untuk menikah? Saya akan selalu siap!" kata Devian yang mulai memegang pundak Maora yang bergetar.
"Lebih cepat lebih baik, aku akan kabari kamu," ujar Ayah dengan tatapan matanya yang tajam.
"Ayah ...," keluh Maora.
"Ayah ,bagaimana kalau dia kabur?" bisik Alena.
"Iya, ya?" tanya ayah sambil berfikir.
"Minggu depan kalian harus resmi menjadi suami Istri," Perkataan Ayah kembali membuat Maora tercengang.
"Iya Ayah , kalau begitu izinkan calon menantumu ini untuk bekerja dulu!" ucap Devian yang berpamitan.
****
Maora berlari mengejar Devian yang akan masuk mobil.
"Pak ...," kata Maora dengan nafas tidak beraturan.
"Kamu ibur saja," kata Devian dengan lembut.
Tatapan matanya membuat Maora terkejut akan perlakuannya.
"Kenapa? Aku memberimu libur! Bukankah itu yang kamu mau?" tanya Devian mengernyit.
"Kenapa bapak mau menikahi saya?" tanya Maora meminta penjelasan.
Devian menatap Maura sangat lama dan tersenyum tipis.
"Karena ... Karena, kau sangat pendek dan chubby." Ucap Devian mengerling nakal. Maora sangat shock mendengar alasan Devian yang tak masuk akal itu.
What..?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Noona_Nana
mampir yuk ke novelku ijin promo Thor jangan ngambek ya pissss...
"AKU BUKAN MAFIA..!!!"
2021-12-09
0
eyecleany
thor tanda bacanya dong thor. 🙂🙂 kek tanda kutip untuk membuka dialog. terus spasi antar paragraf juga. critanya bagus kok.
2021-11-15
0
Kenzi Kenzi
modus kakak sama ayah ga tuh
2021-11-05
0