Chapter6_Mate

Hari ini Lily sedang berjalan-jalan santai dipinggiran kota Cooper, pagi tadi ia dan Chua memutuskan untuk pergi kekota Cooper kalau-kalau menemukan secuil harapan dimana adiknya sekarang berada.

Saat berada di penghujung jalan ia memandang tembok tinggi yang ada didepannya, tembok yang memisahkan kota dengan hutan.

Lily menyentuh tembok itu dan mendongak keatas sambil memejamkan matanya, ia menarik napas dalam-dalam agar kesedihan tak memengaruhi dia lagi, ia sudah berjanji kepada Chua kalau ia akan menjadi orang yang kuat tak menyerah kepada takdir yang memberikan beban yang begitu berat kepadanya.

"Arza liat aja nanti kaka bakal bawa kamu balik lagi"

"Dan nanti kaka bakalan marahin kamu habis-habisan"

"Kamu belum pernah ngerasain dimarahin kan? Hahahaha sapa suruh pakai acara kabur-kaburan segala"

"Liat aja nanti! kaka bakal bikin kamu nangis dan minta maaf sama kaka karna ud-"

Lily tak bisa melanjutkan kata-katanya, dadanya terlalu sesak.

"Cu ngapain disini? Disini sepi, tak ada orang cuman banyak gedung-gedung tidak dipakai saja"

"Salah-salah nanti dipalak preman"

Ucap kakek tua dibelakang Lily. Lily terkejut, ada yang berbicara dengannya disaat ia melamun.

"Eh?"

Kaget Lily

"Haha maaf membuat cucu kaget"

"Kira-kira kenapa cucu ini ada disini?"

Tanya sang kakek

"Ah saya cuman jalan-jalan"

"Dulu rumah saya dideket sini, gak nyangka kalau didaerah pinggiran kota udah gak dipakai lagi"

Jelas Lily

"Oh soal itu, iya rumah saya juga dekat sini tapi saya tak mau pindah"

"Rumah yang saya tinggali mempunyai banyak kenangan"

"Lebih baik tetap disini dari pada meninggalkan rumah warisan keluarga saya itu"

Jelas kakek itu juga

"Cucu mau mampir? Dari pada disini sendirian"

"Tenang aja, kakek baik kok gak gigit"

Ajak kakek itu

"Hahaha kakek bisa aja, kayak ngomong sama anak kecil"

"Oke kek boleh-boleh aja asal gak ngerepotin"

"Saya habis dari perjalanan panjang"

Ucap Lily

"Tidak merepotkan ko, ayo ikut kakek"

Mereka berjalan beriringan, mereka pun berhenti setelah sampai didepan rumah besar dan kokoh tapi agak kuno.

"Nah ini dia rumah kakek, ayo masuk"

Ucap kakek itu mempersilahkan

"Iya kek"

Ucap Lily dia baru tau ada orang yang punya rumah sebesar ini.

"Nah duduk saja disini cu, kakek buatkan minum dulu ya"

"Mau minum apa?"

Tanya kakek menawarkan minuman.

"Aa gak perlu kok, Lily gak haus"

Tolak Lily

"Oo Lily, nah jadi Lily"

"Mau minum apa, kakek gak merasa direpotkan kok"

Tanya kakek itu lagi.

"Yaudah kalo gitu, Lily mau air putih biasa aja"

"Em"

"Dingin"

Jujur saja, cuaca diluar sana sangat panas jadi bohong kalau Lily tak haus.

"Hahaha baik cu Lily, kakek ambilkan air es dulu"

Kakek itu lalu berjalan ke dapur dan menyiapkan minuman buat Lily.

Lily terpesona dengan keanggunan rumah ini, benar-benar rumah warisan. Pantas saja tak mau pergi, orang mana yang mau meninggalkan rumah sebagus ini.

Lily berdiri dan berjalan saat melihat tumpukan bingkai poto yang menempel didinding. Lily melihat satu persatu poto yang agak kusam tersebut dan saat itu, tatapan Lily jatuh pada gambar gadis kecil yang sedang tersenyum ke kamera, cantik pikir Lily.

"Itu cucy saya"

Suara seseorang menginterupsi

"Eh?"

"Haha sepertinya kakek ini mangagetkan cu Lily lagi"

Kekeh sang kakek.

"Tak apa kek hehe"

"Ngomong-ngomong dimana cucu kakek ini, dia cantik dari dulu Lily pengen banget punya adik perempuan"

Ucap Lily

"Hahaha cucu ku itu memang cantik, imut, pintar, mandiri baik lagi"

"Entah siapa yang membuat di menghilang"

"Kakek sampai sekarang masih mencari dia"

"Dia hilang waktu memetik bunga di kebun belakang, saat itu kakek sedang bersih-bersih didepan"

Ucap Kakek itu , padahal wajahnya tadi sangat ceria tapi setelah bercerita tentang cucunya wajahnya terlihat sekali kalau sedang bersedih.

"Aha maaf ya cu, kakek terbawa suasana, ini airnya ayo diminum"

Lily mengambil air itu dan meminumnya setelah duduk lagi di sofa.

"Ibunya kemana kek?"

Tunjuk Lily yang masih kepo ke poto gadis kecil tadi.

"Ibunya meninggal waktu melahirkannya dan ayahnya meninggal waktu dia masih didalam kandungan"

"Ayahnya jayden, meninggal karena menyelamatkan putry, anak saya yang sedang mengandung"

"Saya tak menyangka orang tua renta seperti saya yang masih hidup"

"Andai saja ada ayah dan ibunya yang lebih teliti menjaga Kimberly, mungkin semua ini tak terjadi"

"Apalah daya, mapis-mapis itu menang sangat kuat dan pintar"

Ucap sang kakek melanjutkan ceritanya

"Hikss"

"Aa"

"Hikkss"

Lily menangis setelah mendengar itu, ia tak kuasa menahan tangis yang sudah beberapa hari ini sudah ia tahan.

"Eh cucu?"

"Cu Lily kenapa menangis"

"Cerita kakek itu bukan cerita yang perlu ditangisi"

"Gak terlalu sedih itu"

Sesal kakek itu, sekarang ia membuat gadis ini menangis. Seharusnya emang tak perlu diceritakan semua itu takdir kita bisa apa? Hanya bisa berdoa, pikir kakek itu.

"Gak kek"

"Gak sedih? Yah memang, tapi menyakitkan kek"

"Lily gak nyangka kalau ada orang yang senasib juga dengan Lily"

"Kakek aja bisa tersenyum setelah kehilangan semua orang yang kakek sayang, sedangkan Lily? Lily cuman diam dikamar sambil nangis-nangis"

"Lily memang payah, Lily lemah"

"Sama?"

"Begitu rupanya, sepertinya kita senasib ya cu"

"Yah benar, semua itu tak menyedihkan tetapi menyakiti"

"Sesak"

"Dada kakek sesak, apa kamu juga?"

Tanya kakek memukul dadanya.

"Iya, sesak, sakit, hampir gak bisa bernafas tapi masih aja hidup"

"Itu menyakitkan"

"Huu hikss"

Tangis Lily menjadi-jadi

"Tak apa cu, menangis lah"

"Manusia itu memang lemah, sakit sedikit saja menangis"

"Tapi menangis itulah yang membuat kita menjadi kuat"

"Kita menangis membuat kita sadar kalau masih ada hati yang membantu kita menjadi kuat"

"Hati kita yang menuntun kita kemana jalan yang harus kita pilih walau takdir sedikit demi sedikit mengikis harapan kita itu"

"Dan"

"Dan kakek sadar, kakek harus mencari cucu kakek sampai dapat"

"Hanya itu saja impian kakek yang sudah tua ini"

"Kalo cucu Lily gimana?"

"Aaa"

"Saya kehilangan adik saya kek"

"Dia hilang sudah dua tahun lebih, Lily gak tau dipergi kemana, atau ada orang nyulik dia"

"Intinya sampai sekarang dia belum balik juga"

"Lily juga pengen mencari adik Lily sampe dapat"

Yakin Lily, ia meremas roknya yang agak basah karena air matanya jatuh di sana.

"Kita benar-benar punya nasib yang sama ya cu"

Ucap kakek itu, ia tak menyangka ada gadis semuda itu sudah diberikan ujian yang berat, tuhan memang tidak bisa ditebak.

"Iya"

Jawab Lily.

"Dua tahun yang lalu ya? Cucu kakek hilang setahun yang lalu"

"Umur dia waktu itu 12 tahun, berarti umur dia sekarang 13 tahun"

"Kakek belum ngucapin ulang tahun dia"

Ucap kakek mendongak ke atas.

"Eh? Kok sama!"

"Adek saya juga umurnya segitu"

"Jangan-jangan penculiknya sama"

Tebak Lily.

Terpopuler

Comments

Elis

Elis

Jempol

2020-10-24

0

Humara

Humara

jejak

2020-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!