PRILILYA atau sering di panggil Lily adalah gadis kecil berumur 10 tahun yang masih duduk di bangku SD.
Ia sedang mengelus-elus perut ibunya yang buncit karena sedang mengandung. "Umaach" kecupnya nyaring berharap adiknya di dalam sana akan senang dengan hadiahnya itu.
"Lily mau kasih nama apa buat adik Lily?"
Tanya sang ibu, Cecilia.
"Hahh?" Lily langsung mendongak ke atas dengan mata berbinar. "Kok Lily yang ngasih nama? Ntar jelek gimana?" Ia sebenarnya senang dengan tawaran itu, tapi bukannya utu hanya dilakukan oleh orang tua atau kakek nenek. Masa Lily yang harus memberinya nama.
"Iya, Lily yang kasih nama. Papa loh yang nyuruh soalnya dia bilang kamu yang paling seneng pas denger mama hamil" Jawab Cecil melunturkan keraguan anaknya dan Lily semakin senang saja mendengar hal itu, ia berpikir keras nama apa yang cocok untuk calon adik laki-lakinya.
"Hmmm apa ya?" Gumam Lily. "Hahh Lily gak tau mah, kita berdua aja yang cari gimana?" Usul Lily yang diangguki Cecil.
"Hemm apa ya?" Gumam Cecil berpikir. "Harus keren ya mah" Sahut Lily yang dibalas Cecil dengan kekehan.
"A B C D, huruf awalnya yang bagus kayak gimana ya?~" Gumam Lily "Arrr Yahh Arza!" Teriak Lily kegirangan karena sudah menemukan nama yang lumayan bagus.
"Arzanel! Gimana?" Sahut Cecil menambahkan dan Lily mengangguk bahagia "Kamu dapat dari mana nama itu?" Tanya Cecil.
"Dapat di otak mah"
Jawab Lily menyengir lebar.
"Bagus kok hahaha mama suka"
Ucap Cecil yang juga ikut senang. Suasana hangat dan nyaman menjalar keseluruhan ruangan ketika ibu dan anak itu bercanda gurau.
Tok tok tok
Di saat senangnya mereka berbincang-bincang tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Itu kayaknya papa udah pulang, mama bukain pintu dulu ya. Kamu dia di sini"
Titah Cecil dan di angguki Lily, Cecil pun lalu langsung berdiri dan menuju ke arah pintu.
Klek
Pintu terbuka dan ternyata Cecil salah kira kalau yang mengetuk pintu itu bukanlah suaminya, melainkan orang asing.
"Ada apa ya?"
Tanya Cecil sopan. Yang mengetuk pintunya ternyata anak remaja yang kisaran umurnya di bawah 20 tahun.
Orang itu menatap Cecilia sejenak dan berkata. "Tolong saya nyonya, saya saya sayaa" Orang itu menunduk tak mau melanjutkan kata-katanya, terlihat jelas orang itu sedang katakutan dan histeris seperti ada sesuatu yang mengganggu dirinya.
"Ada apa ya dek? Apa yang bisa saya bantu?"
Khawatir Cecilia melihat orang itu makin katakutan dan menggigil.
"Sa saya..... Saya sudah" Ucap orang itu terbata-bata dan Cecil tak sabar menunggu apa yang ingin dia ucapkan. "Saya hiks" Tangis orang itu dan mengeluarkan tangannya yang sedari tadi ia masukan ke saku jaket.
Deg
Cecil kaget melihat tangan orang itu.
Cairan lengket dan kental...
Bau amis...
Dan warna merah legam yang membuat mata siapa saja akan nanar melihatnya.
"Lu luka? Apa kau luka?"
Tanya Cecil gugup, antara takut atau masih khawatir dengan orang itu Cecilia masih saja bertanya. Dia minta tolong apa? Kenapa tangannya berlumuran darah? Apa itu luka? Tapi kalau itu luka mana mungkin darahnya berada di luar, soalnya dia memakai sarung tangan. Sarung tangan berwarna hitam dan ketat, jadi tak mungkin kalau dia terluka.
Cecilia memandang orang didepannya ini, masih tetap sama. Gemetaran dan ketakutan.
"Saya sudah hikss saya" Ucap orang itu tersiak-siak dengan tubuh yang bertambah gemetaran menggigil. "Saya sudah membunuh orang dan saya minta tisu untuk membersihkan darah ini. Darah ini sangat lengket di sarung tangan kesayangan saya" Ucap orang itu yang merubah ekspresi dan suaranya menjadi datar.
Tak menunduk kebawah.
Tak gemetaran.
Tak ketakutan
Dan tak tersiak-siak lagi.
Tapi hanya tatapan datar yang mengandung banyak arti saat iris itu bertubrukan dengan iris Cecilia.
Dengan ekspresi yang sama orang itu bertanya "Ada kah? Kalau tidak saya pergi" Seakan terhipnotis Cecil pergi ke kamarnya dan mengambil sekotak tisu lalu ia berikan ke orang yang tadi.
"Terimakasih" Ucapanya dengan senyuman......!?. "Ngomong-ngomong tetangga anda lumayan juga, kayaknya dia buruh kasar yang sering kerja berat..... Butuh waktu lebih lama dari biasanya. Jadinya saya di tinggal sendirian di sini" Ocehnya di sela-sela ia membersihkan sarung tangan itu.
Cecilia bergeming, ia sedang berpikir keras apakah ia harus menetup pintu ini lalu sembunyi atau tetap dia saja menunggu orang didepannya pergi. Tapi, apa dia akan pergi?.
Orang ini ternyata pembunuh. Ia sudah membunuh tetangganya.
Dan benar! Tetangganya adalah buruh kasar yang bisanya berkeja di perbengkelan alat berat atau menjadi pengangkut hasil tani.
"Terimakasih, ini sisanya. Saya pamit"
Ucap orang itu berlalu pergi.
"Hahhh" Cecil bernapas lega. Tiap orang itu berbicara maka Cecil akan menahan nafas karena saking ketakutannya. Ia mengelus perutnya lembut agar anak di dalamnya juga tenang.
Saat Cecil hendak menutup pintu rasanya ada yang janggal dengan atmosfer ini.
Cecil berjalan pelan ke pekarangan rumah.
Diliriknya kanan kiri dan depan rumahnya. Ternyata semua rumah pintunya terbuka dengan..... Dengan?? "Da darah!!" Mata Cecil membulat sempurna, ia melihat pemandangan yang begitu menyeramkan sampai-sampai ia jatuh tersungkur karena kakinya lemas tak bisa menompang berat tubuh.
"AKHHHHHHH!!"
Lily tersentak mendengar teriakkan ibunya di luar rumah. Ada apa??? Lily langsung berlari menuju ke arah ibunya.
"Mama! Mama kenap-"
Ucapan Lily terhenti, ia melihat sesuatu. Benda yang menggantung dan terus berputar-putar.
"Akhhh!!"
Teriak Lily, ia menelungkupkan kepalanya ke dalam lutut. Apa tadi? Kenapa sangat mengerikan? Apa itu cuman mainan? Apa itu boneka? Kenapa mirip sekali dengan yang asli?.
Yaa, benda itu adalah kepala yang sudah buntung dari tubuhnya. Rumah yang biasanya digantung pot dan bunga yang cantik malah berubah kedudukan menjadi gantungan kepala di sana.
Semuanya...
Semua para tetangga Cecilia kepalanya tergantung di tali yang biasanya untuk menaruh pot bunga.
Tetes demi tetes akan menjadi genangan. Demikianlah dengan teras mereka yang sudah tergenang dengan darah.
Kulit yang sudah menjadi pucat, mulut yang mengeluarkan darah, mata yang terbuka atau tertutup sampai ada yang terbelalak lebar semuanya lengkap dengan ekspresi masing-masing.
Cecil tak tega.
Cecil mual.
Tubuhnya lemas melihat para tetangganya yang sudah di bantai habis mulai dari kepala keluarga sampai ke bayi yang baru lahir dan yang anehnya lagi, kenapa hanya tersisa mereka? Lily dan dia masih baik-baik saja, pembunuh tadi juga tak ada niatan sedikit pun membunuhnya. Ada apa ini? Tolong jelaskan! Apakah ia sedang di prank? Apakah ini hari Helloween? Tapi sepertinya tidak! Ini nyata dan Cecilia tau itu.
"Akhh hikss" Ditengah tangisannya Cecilia berusaha untuk bangkit, ia berdiri tertitih-titih ke arah anaknya. "Ayo Ly cepat berdiri. Masuk, jangan sampai kamu kenapa-napa" Suruh Cecil tergesa-gesa dan tubuh gemetaran, persis orang tadi.
Lily mengangguk dan mereka langsung mengunci pintu dengan rapat menggunakan barang berat yang ada di rumah.
Mereka berpelukan saling menguatkan diri, mereka berdoa dan menyakini kalau mereka akan baik-baik saja. Mereka sedang bersembunyi di dalam kamar di samping lemari. Tempat yang sangat mudah di tebak.
"Ja jangan nangis sayang, sini mama peluk lebih erat"
Ujar Cecil dan mereka mempererat pelukan satu sama lain. Gemetaran, ketakutan, tak bisa berpikir jernih, berbicara tak kuasa, hanya itu yang dirasakan Cecilia. Pemandangan di luar sana cukup membuat batinnya terguncang.
Tok tok tok tok tok pintu terketuk lagi...
......-1153W-24.3.21-......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Arza Ackerman
jangan lanjut kalau gak ada tulisan revisinya
2021-03-24
0
Awalshole
Sesak bacanya thor.🤦😭
tapi lanjutnya 👍
2020-10-25
2