Chap.2 [Revisi ]

"Gimana udah selesai?"

Tanya seseorang yang duduk sambil meminum wine, Berlond.

"Sudah pak" Jawab seorang lelaki di hadapan Berlond, Argus 17 tahun. "Aku juga sudah menyisihkan satu keluarga untuk dibiarkan tetap hidup. Tapi ngomong-ngomong kenapa harus begitu pak?" Tanyanya lagi, bingung.

"Kota Cooper terdiri dari 3 distrik, atas, menengah dan bawah. Kita sudah menghabisi semua orang-orang yang berada di distrik bawah, tapi distrik atas dan juga menengah pasti tak tau kondisi distrik bawah karena perbedaan lokasi yang lumayan jauh. Karena itu kita butuh seseorang yang mengabari ke distrik lain" Jawab Berlond "Dan orang itu ada satu keluarga yang masih hidup.... Mereka pasti pergi ke sana" Lanjutnya. Tak mungkin kan mereka sendiri yang memberi tahu? Kalau begitu untuk apa mereka merentas jaringan, menutup jalan dan juga mematikan listrik.

"Untuk apa? Kenapa mereka harus tahu?"

Tanya Argus. Bukannya bagus mereka tidak tahu? Toh mereka tak pernah ke distrik bawah.

"Untuk mengancam mereka yang ada di atas. Semacam peringatan"

"Kalau kita.... Sudah kembali"

"Owh, baik. Aku paham, kalau begitu aku permisi dulu"

Pamit Vaska dan berjalan keluar ruangan yang pengap itu. Sekarang ia akan pergi ke temannya yang sudah meninggalkannya tadi.

"Silahkan~"

Sahut Berlond melanjutkan minum-minumnya.

_____///

Tok tok tok tok tok

Deg deg deg

Jantung keduanya berpacu dengan cepat. Apakah pembunuhan tadi berubah pikiran dan ingin membunuh mereka?.

Tidak tidak tidak Cecilia tidak akan membukanya, ia ingin masih hidup! Bayinya harus bisa lahir kedunia! Gadisnya Lily harus menjadi wanita dewasa dan menjadi orang sukses! Ia tak akan mengorbankan dirinya agar bisa merawat anak-anaknya sampai besar.

Tok tok tok tok tok

Lily merintih, Cecil bisa merasakan anaknya sedang menggigil dengan tangisan yang tertahan.

TOK TOK TOK TOK TOK

Suaranya pintu yang tadi di ketuk berubah menjadi gendoran.

BRAK BRAK BRAK

"Hiks maa"

Tangis Lily menambah erat pelukan ke ibunya. Orang itu sepertinya marah karena belum dibukakan pintu.

"CECILIA! LILY"

Suara itu adalah Johan. Ternyata ayah Lily sudah sampai ke rumah. Cecil bergegas turun dan diikuti Lily dibelakangnya.

Cecil menyingkirkan satu persatu barang yang menghalangi pintu dan saat pintu dibuka nampaklah pria paruh baya berdiri di depan sana dengan nafas yang terengah-engah seperti habis berlari jauh dari sini.

"Cecil Lily kalian gak apa-apa kan?"

Johan langsung masuk ke rumah dan memeluk dua perempuan itu dengan haru. Sangat sangat bersyukur, Johan bersyukur anak dan istrinya baik-baik saja. Saat di perjalanan tadi ia terus saja memikirkan hal yang buruk tentang mereka karena di sepanjang jalan rumah-rumah dipenuhi mayat dan kepala buntung. Tak ada satupun yang tersisa kecuali rumahnya, rumah anak dan istrinya tinggal.

Dan diperjalanan Johan mengutuk dirinya sendiri karena lebih memilih kerjaan dan lembur dari pada keluarganya.

"Hiks papa, Lily takut"

Tangis Lily menambah erat pelukannya.

"Johan tolong bawa kami pergi, Disini sangat mengerikan" Pinta Cecil manangis tersedu-sedu. "I iya tapi..." Gagap Johan

"Tapi apa?"

Tanya Cecil, Johan terlalu mengulur waktu bagaimana kalau mereka datang lagi.

Johan diam harus bagaimana ia mengungkapkannya, ia sendiri juga takut. Hampir saja dia kehilangan nyawanya tapi untunglah, untunglah dia bisa mengelabui orang itu.

"Hmm Cecil, aku gak tau harus ngomong apa, aku gak tau kamu percaya atau enggak" Suara Johan agak bergetar tapi dia tetap memaksakan diri sendiri untuk memberi tahu yang sebenarnya. "Musnah, semuanya musnah. Teman-teman sepekantoran aku udah gak ada, sepanjang jalan isinya cuman mayat mayat.... Makanya...... Makanya aku gak tau harus bawa kalian ke mana karena distrik ini emang udah gak aman" Ucapan Johan tertahan-tahan, menceritakan itu membuatnya ingat dengan mayat temannya yang sudah terpotong-potong dan tak berbentuk lagi. Ingin mual tapi tak bisa, ingin menangis tapi belum saatnya, ia harus membawa istri dan anaknya pergi dari distrik ini. Ketempat yang jauh, sampai Johan yakin kalau mereka benar-benar aman.

"Ayo berdiri kita harus cepat-cepat ke distrik menengah"

Suruh Johan yang sudah berdiri terlebih dahulu.

"Ta tapi bukannya itu terlalu jauh? Pakai apa kita ke sana? Kamu juga kesini gak pakai motor kan? Motor kamu ketinggalan di kantor kan?"

Tanya Cecil bertubi-tubi...

"Bener juga"Gumam Johan berpikir sejenak. "Kalian tunggu disini sebentar, aku pergi dulu" Tanpa menunggu persetujuan dari Cecil Johan langsung berlari keluar.

Johan melirik ke kanan dan kiri rumahnya "Dapat!" Guman Johan. Ia akan mengambil mobil tetangganya yang sudah tiada untuk pergi ke distrik menengah.

Johan masuk ke dalam rumah pemilik mobil tersebut dan mencari kuncinya. Lima menit Johan mencari kunci itu dan akhirnya dapat di dalam laci. Tanpa pikir panjang Johan langsung membawa Lily dan Cecilia pergi dari situ dengan laju mobil yang lumayan cepat.

Cittttt

Ban mobil berdecit, Johan menghentikannya karena ada tumpukan mayat di tengah, pinggir dan sisi jalan. Johan tak punya waktu untuk mengurus itu dan Johan memberanikan diri untuk melindas mayat-mayat itu walau kasihan.

Gubrak gubrak gubrak gubrak gubrak....

Lily yang tadi tidur di pangku Cecil dibelakang terbangun. Apa ayahnya menabrak sesuatu atau jalannya lagi rusak? Cecil terdiam, ia tadi melamun jadi tak sadar dengan apa yang dilakukan suaminya.

"Apa-apaan ini Johan? Apa kamu gak merasa berdosa? Lihat itu, mereka mati sia-sia malah kamu lindas!"

Cecil menurunkan Lily di pangkuannya dan menyuruhnya tidur lagi. Cecil memajukan tubuhnya dan berbisik untuk memarahi kelakuan Johan yang tak senonoh.

"Maaf Cecil aku terpaksa, kita gak mungkin nyingkirin mayat itu dulu baru jalan kan? Kita harus secepatnya sampai ke distrik sana, biar mereka yang urus..... Tenang aja mayat ini bakal di kuburin baik-baik kok. Nanti aku juga bakal berkunjung ke makamnya buat minta maaf"

Jelas Johan dan Cecilia mengangguk memaklumi. Lalu Johan melajukan mobilnya lagi.

Gubrak gubrak gubrak gubrak

Cecil merintih dalam hati, ternyata banyak mayat yang berselempangan di jalan raya ini dan Johan masih saja melindasnya. Cecilia memejamkan mata, tak tega melihat anggota tubuh yang masih berdarah dan bertebaran di sana sini.

"Tenang Cecil kita hampir sampai"

Ujar Johan, mereka sudah mengemudi selama tiga jam dan sekarang mereka akan melewati hutan yang jalannya akan menuju ke distrik menengah. Lumayan panjang sekitar 7 kilometer.

Cecil mengangguk sekarang ia lebih tenang karena di sini tak ada satu mayatpun. Tapi hutan ini agak seram karena tak ada lampu yang dipasang disini.

CCCIIITTTT

Johan mengerem mobil.

"Johan ada apa?"

Tanya Cecil apa didepan sana ada mayat lagi?.

"Ada orang"

Jawab Johan. Orang itu berdiri ditengah jalan dan memakai jaket dan masker sehingga wajahnya tak terlihat.

Johan mengawasi orang itu, ia sudah siap-siap menjalankan mobilnya kalau-kalau orang itu melakukan sesuatu yang tidak terduga.

BRAKKKK

Tapat sasaran! Sesuai pikiran Johan orang itu menghancurkan kaca mobilnya dengan batu. Gerakannya tak terbaca, terlalu cepat dan ia masih sangat santai seakan-akan ia orang baik yang tak akan menyakiti siapapun.

Brummmmm

Johan tancap gas, ia tak perduli harus menabrak orang aneh itu asalkan istri dan anaknya selamat ia tak akan perduli dengan dosa.

Bruk

Orang itu tertabrak tapi dengan gesitnya dia menaiki kap mobil dan berdiri di sana. Ia mengeluarkan sesuatu, semacam tongka besi pendek tapi bisa di panjangkan dengan ujung yang amat runcing. Ia mengangkat tinggi-tinggi benda itu dengan ujungnya mengarah ke Johan dan....

Sjlppp

Tanpa bisa di hindari benda itu menebus kaca mobil yang retak dan berakhir tertancap di mata Johan.

"AAAAAAA JOHANNN!"

Teriak Cecil ketakutan.

"Belum seberapa"

Gumamnya yang tak bisa didengar siapapun.

Jlepppbb

"AKHHH"

Teriak Johan merintih kesakitan.

"HHHAAA??!!!"

Teriakkan Cecil tertahan. Benda itu menembus kepala Johan dan ujungnya hapir saja mengenai wajah Lily yang duduk dibelakang.

Srrrttt

Orang itu menarik benda besi itu dan memendekkannya lagi.

"Sampai di sini"

Orang itu membuka tudung jaketnya dan terlihatlah wajahnya yang lumayan tampan dengan luka gores dari alis ke pipi sehingga matanya yang berada di tengah-tengah juga terluka dan mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

Luka yang sebelumnya ia dapatkan setelah melawan Johan.

Orang itu turun dari kap mobil dan pergi meninggalkan mereka sendirian, di hutan ini.

"Jo Johan, bangun johan johan JOHANNN!!!"

Teriak Cecil menangis pasrah karena tak bisa melindungi suaminya.

"Papaa"

Lirih Lily, ia sedari tadi hanya dia membisu melihat ayahnya yang dibunuh didepannya sendiri.

"Johann"

Cecil menyingkirkan tubuh Johan yang tak bergerak ke samping dudukan pengemudi.

Darah di kursi itu ada darah suaminya yang menyembur dari depan dan belakang kepalanya.

Meninggal.

Tentu saja Johan meninggal, mana mungkin dia selamat saat kepalanya sudah bolong dan otaknya berlobang.

"Hikss"

Cecil menyetir sambil menangis, ia sedang membawa mayat suaminya tentu saja akan menangis.

"Papaaa"

Lily merangkak ke depan, mendekap tubuh ayahnya yang mulai mendingin. Sungguh sadis orang itu, andai ia memberi jeda sedikit untuk ayahnya menyampaikan wasiat terakhir.

Tapi apa daya, dilihat dari wajahnya tadi nampak jelas orang itu sangat dingin dengan tatapan tajam pertanda dia itu sangat kejam dan tak berperasaan.

Lily tak akan melupakan wajah si br*ngs*k itu. Lily bersumpah!!!.

.........-1425W-5.5.21-.........

Terpopuler

Comments

Awalshole

Awalshole

like this 👍

2020-10-25

1

Humara

Humara

semangay semangay

2020-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!