Pertempuran telah berakhir.
Langit masih abu-abu, tapi untuk pertama kalinya setelah sekian lama, sinar cahaya berhasil menembus celah awan yang gelap. Cahaya itu menyinari puing-puing medan perang yang penuh dengan tubuh zombie mutan dan sisa-sisa armor tempur yang meleleh.
Kota Terakhir berdiri. Tergores. Terbakar. Tapi tidak runtuh.
Shinn berdiri di atas dinding pertahanan timur kota. Napasnya masih berat, tubuhnya masih bergetar karena sisa adrenalin. Armor hitamnya penuh noda darah hitam kering, dan sebagian bagian armor di bahu kirinya retak.
Ia tidak bergerak. Matanya kosong menatap ujung horizon. Seolah sedang mencari jawaban yang tak kunjung datang.
Tiba-tiba sistem aktif di depan matanya.
[Sistem: Mode Pertahanan Darurat Berakhir]
[Status: Kota Terakhir Bertahan – Tingkat Kerusakan 31%]
[Poin Pengaruh: +8.750 | Akses Modul Baru Terbuka]
Shinn mengernyit, lalu membuka tampilan sistem. Sebuah modul baru muncul, dengan warna keemasan dan simbol berbentuk lingkaran menyala di tengahnya.
[Akses Fragmen Memori Terkunci - Terhubung dengan Masa Lalu]
[Apakah ingin mengakses?]
“Modul ini… belum pernah muncul sebelumnya,” gumam Shinn. Dadanya tiba-tiba sesak, seolah tubuhnya merespon sesuatu yang tersembunyi sangat dalam.
Dengan jari yang sedikit gemetar, ia menekan “YA”.
Sekejap semuanya menghilang.
___
Shinn seperti tersedot ke ruang gelap tak berdinding. Cahaya-cahaya kecil melayang seperti serpihan kenangan. Potongan hologram mulai membentuk sebuah ruangan sebuah laboratorium tua. Bau logam dan oli tua terasa di udara maya itu.
Di tengah ruangan, ada seorang pria paruh baya dengan rambut cokelat gelap dan mata tajam. Ia berdiri di depan kamera holografik. Suaranya terdengar serak namun tegas.
Shinn menahan napas. Matanya membelalak. Ia mengenali wajah itu.
“…Ayah?”
Pria itu bicara seperti sedang menyampaikan pesan terakhir.
“Jika seseorang menemukan rekaman ini… maka aku telah gagal. Proyek Sistem Dimensi tidak boleh jatuh ke tangan Fraksi Bertopeng. Sistem ini harus diwariskan pada satu orang. Darahku. Anakku.”
Shinn mundur setengah langkah, hatinya bergemuruh.
“Shinn, jika kau melihat ini, berarti Sistem telah terbangun sempurna. Dan itu juga berarti… mereka akan memburumu. Apa yang kau miliki bukan hanya alat. Itu adalah kunci untuk menyatukan dua dunia… atau menghancurkan keduanya.”
“Ini bukan hanya teknologi. Sistem dibangun dari reruntuhan peradaban tua gabungan teknologi mecha dari dunia zombie dan sisa sains manusia dari masa lalu. Karena itu, ia bisa menembus dimensi.”
“Tapi ingat satu hal penting… Ada ‘kesadaran’ dalam sistem itu. Ia bukan alat mati. Ia belajar darimu. Ia tumbuh bersama jiwamu.”
Rekaman itu berhenti.
Shinn terlempar dari ruang memori, kembali ke dunia nyata. Kepalanya terasa berat. Dadanya sesak. Pandangannya kabur sebentar.
Langit mulai gelap. Angin membawa hawa dingin sisa pertempuran.
Iluthar muncul di sampingnya. Wajahnya khawatir.
“Kau baik-baik aja, Shinn? Dari tadi diam aja di sini. Wajahmu pucat.”
Shinn menarik napas dalam. “Aku baru… melihat sesuatu. Fragmen memori dari sistem.”
Iluthar diam, menunggu Shinn melanjutkan.
“Orang itu… dia ayahku. Dan dia ternyata pencipta sistem ini.”
Iluthar terdiam sejenak. “Berarti… semua ini bukan kebetulan. Bahkan dirimu yang menerima sistem, itu semua udah dirancang.”
“Ya,” jawab Shinn pelan. “Tapi aku nggak mau jadi boneka takdir. Aku mau jalanin ini dengan caraku sendiri.”
___
Beberapa jam kemudian, di ruang komando Kota Terakhir, Asha mengetik cepat sambil menatap layar yang menampilkan visual drone pengintai.
“Ada dua hal aneh yang kudapat dari zona reruntuhan barat,” katanya tanpa basa-basi saat Shinn dan Iluthar masuk.
Shinn langsung waspada. “Apa itu?”
“Pertama, aku nemu sisa frekuensi energi sistem di reruntuhan. Tapi bukan dari kita. Bukan dari sistemmu.”
Iluthar menyipitkan mata. “Maksudmu ada… sistem lain?”
Asha mengangguk. “Mungkin. Kedua, ada bunker tua yang sebelumnya tertutup, tiba-tiba kebuka setelah gempa semalam.”
Shinn merasa bulu kuduknya meremang. “Kemungkinan ada fragmen sistem… atau penerima sistem lain?”
Asha berdiri, mengunci tablet ke punggung. “Kita periksa aja langsung. Aku udah siapin konvoi kecil.”
___
Perjalanan ke reruntuhan barat butuh waktu dua jam. Mereka melewati bekas pabrik tua, ladang mecha runtuh, dan jalan yang penuh bekas ledakan. Sinar matahari tipis membuat semuanya terasa seperti mimpi buruk yang belum selesai.
Akhirnya, mereka tiba di depan sebuah pintu baja besar yang terbuka sebagian. Tampaknya didobrak dari dalam.
Begitu masuk, lampu-lampu kuning menyala otomatis. Bau lembap dan logam tua menyeruak.
Ruangan utama penuh server tua yang tak berfungsi, panel pecah, dan dinding yang penuh coretan peringatan. Tapi yang paling mencolok di tengah ruangan ada kapsul tidur transparan… dan kosong.
Asha melangkah ke panel dinding belakang, mengusap debu.
Terpampang simbol besar yang familiar bagi Shinn. Simbol sistem namun disilang dengan garis merah membentuk “X”.
Iluthar mendekat. “Itu… simbol Fraksi Bertopeng.”
Asha menarik data dari terminal. “Aku berhasil download satu log sebelum semuanya mati.”
Log itu menampilkan nama subjek: "Unit-X – Prototipe Sistem Mandiri".
Shinn menatap layar itu lekat-lekat. “Jadi… aku bukan satu-satunya penerima sistem.”
“Dan orang ini,” tambah Asha sambil menatap kapsul kosong, “sudah bangkit lebih dulu.”
Iluthar mengusap dagunya. “Kalau dia bangkit duluan, mungkin dia udah ada di luar sana. Entah dia bakal bantu kita… atau malah jadi ancaman.”
___
Malam itu, Kota Terakhir sunyi. Langit berbintang samar, meskipun awan masih menyelimuti sebagian langit.
Shinn duduk sendirian di atas menara pengawas. Lampu-lampu kota menyala pelan, dan dari kejauhan terdengar suara musik orang-orang bernyanyi merayakan kemenangan mereka. Tapi kepala Shinn dipenuhi pertanyaan.
Siapa Unit-X itu? Kenapa sistem muncul di dirinya dan juga di orang lain? Dan… apa sebenarnya tujuan ayahnya menciptakan semua ini?
Tiba-tiba sistem kembali muncul.
[Sinkronisasi Fragmen Memori Ayah - 23%]
[Tugas Baru: Temukan Penerima Sistem Lain - “Unit-X”]
Shinn menatap layar itu, lalu menatap langit malam. Angin berhembus pelan, membawa suara samar yang nyaris tak terdengar.
“Bukan kau yang memilih sistem, Shinn…” suara itu terdengar… seperti suara ayahnya. “Sistem yang memilihmu.”
Shinn menutup matanya sesaat.
Di luar sana… di balik reruntuhan dunia yang sudah mati, ada sesuatu yang sedang bergerak.
Dan di tengah kegelapan, di atas bangunan roboh yang ditelan malam… sepasang mata merah menyala terang. Mengamati Kota Terakhir. Mengamati Shinn.
Unit-X… telah bangkit.
_____________________
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments