Malam kembali menyelimuti Kota Terakhir. Tapi entah kenapa, malam kali ini terasa beda. Bukan cuma karena angin yang bertiup lebih dingin dari biasanya, tapi juga karena ada sesuatu yang berubah di dalam diri Shinn.
Sejak pertemuannya dengan Unit-X, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. Bukannya mendapat jawaban, ia justru membawa pulang lebih banyak keraguan. Wajah Unit-X, kata-katanya, bahkan aura mengerikannya masih terbayang jelas. Itu bukan sekadar pertemuan... itu seperti bercermin ke masa depan yang mungkin terjadi kalau Shinn salah langkah.
Ia berdiri di atas menara observasi, memandangi kota yang dulu megah, kini hanya tersisa bayang-bayang kehancuran. Di kejauhan, reruntuhan tempat ia bertemu dengan Unit-X terlihat samar. Angin malam yang membawa debu dan pasir terasa seperti mengingatkan: betapa rapuh dunia ini sekarang.
“Kenapa kamu diam?” tanya suara lembut dari belakang.
Shinn menoleh sedikit. Iluthar. Ia datang tanpa suara, seperti biasa. Jaket bulu ringannya berkibar tertiup angin. Rambut putihnya tampak berkilau diterpa cahaya bulan, dan mata ungunya menatap penuh kekhawatiran.
“Aku bertemu dengannya,” ucap Shinn pelan.
“Unit-X?” Iluthar langsung duduk di sampingnya.
Shinn mengangguk. “Dia... seperti aku. Tapi juga bukan. Tujuannya jelas. Dia mau membentuk dunia baru pakai kekuatan sistem. Dan buat dia, kalau harus mengorbankan semua yang tersisa... itu bukan masalah.”
Iluthar tidak langsung menjawab. Ia menggenggam tangan Shinn, erat dan hangat.
“Kamu bukan dia.”
Shinn menghela napas, lalu membalas genggaman itu. “Tapi... sistemku merespons dia. Kayak ada ikatan. Seolah-olah kami berasal dari sumber yang sama. Aku takut, Iluthar. Kalau aku terlalu tenggelam dalam sistem... apa aku juga bisa jadi kayak dia?”
Iluthar menggeleng pelan. “Nggak. Kamu beda. Kamu masih punya cinta. Harapan. Dan orang-orang yang kamu jaga. Dia udah ninggalin semua itu.”
Shinn menatap mata Iluthar. Dalam, hangat, dan jujur.
“Kamu yakin?”
“Kami di sini karena percaya kamu nggak akan nyerah. Kamu bukan monster, Shinn.”
Untuk pertama kalinya sejak kembali dari pertemuan itu, Shinn tersenyum. Tipis. Tapi nyata.
“Terima kasih... Iluthar.”
_______________
Keesokan harinya, suasana ruang sistem utama lebih sibuk dari biasanya. Asha berdiri di depan proyektor besar, bersama para teknisi. Di layar, grafik energi sistem Shinn ditampilkan berubah drastis setelah pertemuan dengan Unit-X.
“Ini... luar biasa,” ujar Asha sambil mengetik cepat. “Setelah insiden kemarin, sistem mu mengalami reaksi sinkronisasi tambahan. Tapi... bukan negatif.”
Shinn melangkah mendekat. “Maksudnya?”
“Artinya, kamu udah membuka lapisan baru dari sistem mu,” jawab Asha sambil memutar proyeksi energi berbentuk spiral dua warna: biru gelap dan keemasan.
“Lapisan baru?” Shinn mengernyit.
Asha mengangguk. “Seperti yang kamu tahu, sistem ini bukan cuma alat. Ia hidup, berkembang, berevolusi... berdasarkan pilihanmu. Keputusanmu buat nggak ngikutin jejak Unit-X membuat sistem mu merespons. Dia mulai menciptakan energi baru.”
“Energi baru?”
“Cahaya-Kegelapan,” lanjut Asha. “Gabungan dari dua kutub sistem. Nggak netral, tapi seimbang. Simbiosis.”
Shinn menatap energi di layar. Rasanya... familiar. Seolah-olah ada bagian dari dirinya yang dihidupkan kembali.
Tiba-tiba, sistem aktif.
[Sistem Terhubung: Mode Duality – Aktif]
[Efek Tambahan: Kendali medan gravitasi + ekspansi kekuatan gelap + pemurnian energi positif]
Shinn memejamkan mata. Ia bisa merasakan dua aliran berbeda mengalir bersamaan. Dulu, hanya ada kegelapan. Tapi sekarang, ada cahaya juga. Bukan cahaya dari luar. Tapi dari dalam. Dari keinginannya untuk melindungi.
“Kita harus segera uji coba lapangan,” kata Asha.
Iluthar, yang berdiri di sudut ruangan, menimpali, “Dan kita juga harus cari tahu apa itu ‘Ark Rebirth’ yang disebut Unit-X. Kalau mereka gunain itu sebagai senjata, kita harus tahu seberapa besar ancamannya.”
Shinn mengangguk. “Kumpulin semua arsip teknologi sebelum kehancuran. Fokus ke proyek genetik, AI, dan teknologi penyelamatan global.”
Asha segera menginstruksikan para teknisi. Mereka bergerak cepat.
_______________
Malam itu, Shinn pergi ke arena latihan bawah tanah. Lokasi itu sudah diatur jadi medan uji. Target dummy, sensor energi, bahkan generator gravitasi sudah disiapkan.
Ia berdiri di tengah lapangan. Napasnya tenang. Tapi pikirannya fokus.
“Ayo kita mulai,” gumamnya.
Sistem aktif.
[Mode Duality – Sinkronisasi Dimulai]
Aura hitam menyelimuti tubuhnya. Tapi kali ini... disusul garis-garis cahaya keemasan yang muncul dari dada, menjalar ke seluruh armor. Tombak plasma-nya berubah. Jadi dua bilah. Satu hitam pekat. Satu lagi putih bercahaya.
Shinn melangkah maju.
Ia mengangkat tangan, lalu melepaskan gelombang gravitasi. Target dummy meledak seketika, hancur berkeping-keping. Kemudian, ia mengayunkan bilah putih menyebarkan energi cahaya yang menyembuhkan luka simulasi di tubuh armor. Lalu bilah hitam, yang menyerap semua energi sekitarnya jadi pelindung tambahan.
“Semuanya... menyatu,” ucapnya lirih. “Bukan cuma gelap. Tapi juga cahaya.”
Suara sistem mendadak muncul.
[Peringatan: Entitas Sistem Asing Mendeteksi Aktivitas Anda]
[Unit-X Menyadari Evolusi Sistem Anda]
Shinn menarik napas panjang.
“Kalau gitu... dia pasti akan datang lagi.”
Ia menatap langit. Di balik langit-langit transparan arena, bintang-bintang terlihat redup. Tapi tetap bersinar.
“Dan kali ini… aku akan siap.”
_______________
Sementara itu, jauh di timur, di sebuah markas rahasia yang tersembunyi di bawah tanah, Unit-X berdiri di depan proyeksi data yang menampilkan perkembangan sistem Shinn.
Ia menyentuh layar, memperbesar grafik resonansi.
“Dia... berevolusi,” gumamnya.
Dari balik layar, suara wanita terdengar. Suaranya tenang, tapi menusuk.
“Apakah dia jadi ancaman?”
Unit-X menyeringai kecil. “Bukan ancaman. Tapi... lawan sepadan. Mungkin lebih dari itu. Tapi dia nggak akan menghalangi rencanaku.”
“Kalau dia menolak jalanmu?” tanya suara wanita lagi.
“Kalau dia menolak... maka aku akan tunjukkan bahwa dunia ini nggak butuh cahaya. Yang tersisa hanya kekacauan. Dan di tengah kekacauan itu, hanya satu sistem yang akan berdiri milikku.”
Ia berbalik, berjalan perlahan melewati koridor gelap, dikelilingi puluhan kapsul berisi makhluk setengah mesin, setengah manusia.
“Waktunya mendekati akhir. Dan aku akan pastikan... dia memilih sisi yang salah.”
__________________
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments