Di pertengahan tahun 1991
Leonardo menatap dengan bebinar bangunan baru di depannya setelah banyak upaya yang mereka lakukan, dan beberapa rancangan yang berhasil mereka jalankan
Bangunan yang terdiri atas 10 lantai terlihat sangat mewah dengan desain khusus arsitektur terbaik pada masa itu
Akhirnya dalam waktu yang singkat itu Leonardo berhasil meresmikan bangunan barunya, bangunan yang tidak disangka-sangka olehnya akan berkembang pesat
“Seberias Group”
Perusahaan yang kini menjadi sasaran baru para investor besar, perusahaan yang di miliki oleh Leonardo kini bukan hanya bergerak di bidang kontruksi tapi juga pertambangan dan pangan
Semua hasil kerjanya saat ini membuahkan hasil yang manis selain itu kerja keras dan upaya yang mereka lakukan dalam pembangunan fasilitas berhasil menarik perhatian publik
Hingga nama pria itu terkenal luas di kalangan masyarakat kecil sebagai seorang yang memiliki wibawa dan kedermawanan
“Selamat pagi pak”. Sapa bebepa karyawan yang menunduk saat pria itu lewat
Kehormatan seperti itulah yang kadang membuat Leonardo menjadi lebih percaya diri menghadapi dunia
Ruangan baru Leonardo kini lebih luas dari pada di kantor lamanya, dia berada di sana dengan lemarin yang rapi dan tempat yang nyaman
“Semuanya sudah beres?”. Tanya Leonardo menandatangani sebuah dokumen “Bagaimana dengan pabrik?”. Tanya Leonardo pada seorang pria di depannya
“Setelah bantuan yang anda berikan semuanya berjalan dengan baik, juga kebijakan baru yang di buat oleh Nona Caenny beliau memang sangat briliant”. Puji Santoso, setelah pria itu terpuruk oleh kebangkrutannya
Kini dia mengerti jika kesalahan dalam pabrik adalah karena kelalaian para pekerja, itu terjadi karena dirinya juga yang kurang bisa mengatur sistem dalam pabrik
“Saya pikir saya harus belajar banyak dari nona Caeeny tuan, jika satu saat nanti saya berniat membangun pabrik baru lagi”
Leonardo mengangguk dia setuju dengan pria itu Caeny juga banyak bekerja untuknya dan semua pekerjaan yang wanita itu kerjakan berjalan dengan amat baik
“ngomong-ngomong di mana Nona Caenny? Saya tidak melihat dia sejak tadi”. ujar Santoso melihat sekliling ruangan Leonardo karena biasanya pria itu akan bertemu dia di sana “jarang ada waktu ke kantor pusat, saya ingin bertemu dengan beliau sebentar saja”
“Dia ada urusan sebentar lagi akan datang”.
Benar saja suara pintu terbuka tidak lama setelah leonardo mengatakan itu, Caenny masuk dari sana dengan rambut yang tergerai
Dia yang tidak lagi memakai kaca mata membuat semua orang bisa melihat mata bulat yang cantik itu
Rambut Caenny yang panjang dan indah jarang orang bisa melihatnya karena Caenny yang lebih suka menggulung rambutnyaseperti seorang Ibu-ibu
Kedua pria di sana tampak terpaku dengan Caenny, wanita itu memang sudah cantik dari dasarnya hanya saja Caenny sangat tidak pintar berdandan
“Ada apa nona? Anda tampak kesal”. Santoso memeperhatikan raut wajah wanita itu “itu… huh aku seseorang sangat mengesalkan tadi, dia tidak sengaja menabrak ku dan aku terjatuh”
Tangan wanita itu sedikit tergores oleh kasarnya jalanan dia mengambil betadine di lacinya sebelum itu dia mengambil tisu basah untuk membersihkan luka di tangannya
“benarkah anda tidak apa-apa?”. Santoso menghampiri wanita itu dengan khawatir
“aku tidak apa hanya saja pria itu… ah sudahlah dia sangat menyebalkan!”. Kesal Caenny fokus pada lukanya
“Saya akan membantu anda, membersihkan luka dengan satu tangan tidak akan efesien”
“terimakasih santoso, kau memang sangat membantu”. ucap Caenny dengan tulus
“Awww sakit!”. ujar Caenny saat tisu mengenai lukanya
“tahan sedikit nona, ini hanya sebentar”
Leonardo memperhatikan kedua orang itu dari mejanya dia sedikit berdecak . Caenny itu istri ku, dia… ahk aku hampir lupa jika kami tidak menikah di tahun ini sial! Aku jadi terganggu…
Pak bug pak
Suara dokumen dan pulpen yang terdengar tidak biasa mengalihkan perhatian Caenny dia bertanya dalam hati apa yang di lakukan oleh Leonardo hingga pria itu menjadi berisik seperti itu
Tapi dari raut wajah Leonardo sepertinya pria itu sedang tidak ingin di ganggu jadi dia memutuskan untuk berdiam diri saja
“apa kau ada karet?”. Tanya Caeeny pada Santoso
“Ah tidak tapi”. Pria itu mengambil karet dari sakunya “Apa ini bisa, ini adalah karet yang saya gunakan untuk mengikat uang tadi”
“Tidak masalah, terimkasih Santoso”. Ujar Caenny wanita itu menggulung rambutnya tinggi tidak seperti biasa
Wajahnya yang biasa di tutupi poni yang belum panjang hingga terlihat risih kini terlihat lebih fresh karena semua rambutnya bisa di gulung
Santoso menatap kagum wanita itu sejak pertama mereka bertemu dia bisa melihat jika Caenny ada wanita baik dan sederhana itulah yang membuat pria itu mencoba mendekatinya
Dan sekarang wanita itu juga napak semakin cantik
“Nona apa anda punya waktu, sebelum saya pulang ke Bandung saya ingin…”
“Caenny, urus makan siang hari ini aku bosan makanan rumahan”. Ujar Leo secara tiba-tiba dari tempat duduknya “Cari restoran mahal, aku ingin memanjakan diriku di hari yang melelahkan ini!”
“Ah baik”. Apa moodnya sedang hancur? Dia paling tidak suka makan di luarkan. Caenny menatap Santoso dengan tatapan bersalah “Mungkin lain kali aku punya waktu, Maaf”
“Tidak apa, kalau begitu saya akan langsung pulang saja”. Ujar Santoso dengan kecewa dia melirik Leonardo yang bahkan tidak ingin menatapnya sedikitpun meski dia sudah pamit dengan suara yang cukup keras
Caenny tidak tahu menahu mengenai restoran mahal jadi dia tetap diam di samping Leonardo membiarkan pria itu menentukan kemana mereka akan pergi
“Jam makan siang kita hanya satu jam Pak, sepertinya kita tidak perlu pergi jauh-jauh”
“Diamlah aku tahu”. jawab pria itu ketus
Caenny membuang pandangnya ke arah luar menatap banyak bangunan yang mereka lewati
“Ah lampu merah”. Gumam Leonardo karena dia tidak sempat berlalu kini pria itu menatap kesamping di mana Caenny sedang beraling darinya
Rambut wanita itu yang di ikat tinggi membuat leher wanita itu terlihat jelas
Seketika ingatan malam pertama Leonardo dan Caenny berputar begitu saja di kepala Leo
Gluk.
Dengan susah payah pria itu menelan ludahnya bisa-bisanya dia masih mengingat hal itu, dia bahkan tidak ingat bagaimana mereka bisa bercinta pertama kali tanpa perasaan tapi satu hal yang di ingat oleh pria itu jika tubuh Caenny tidak seburuk yang dia duga
Dia putih dan s…
“Pak lampu hijau!”. Ucap Caenny dengan nada keras di tambah di belakang beberapa mobil sudah komplain dengan membunyikan suara klakson mereka
“Ck mereka berisik sekali!”. Ujar Leonardo memajukan kendaraanya dengan perasaan yang dongkol
Setelah perjalan beberapa menit akhirnya Leonardo memarkirkan kendaraan mereka di sebuah tempat mewah sebuah restoran bergaya eropa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments