Teriakanku pecah lantang menggema dihutan ini saat mereka bertiga sedang ngobrol dan tertawa satu sama lain.
"Ahhhh .....sakit" aku pegang kepalaku kuat rasa sakitnya benar-benar sakit setelah aku teriak mereka bertiga dengan sigap berlari ke arahku.
"Yuna ...! kamu kenapa?" Sean duduk di dekatku dan memeriksa aku yang sedang memegang kepalaku dan menarik tanganku yang sedang mencengkram rambutku erat.
" Sakit kepalaku Sean" aku berkata lirih dan terlihat mereka panik termaksud Sean.
"Kamu kalau gak kuat biar kita berdua turun ajah dan kerumah sakit" seru Sean sambil mengelus rambutku lembut tapi ada yang menarik tangan Sean dan mereka berdua menjauh dariku beberapa saat mereka berdua datang lagi.
"Gino gimana dia, apa masih sakit katanya ?"
"Iya dia dari tadi merengek kesakitan dan menangis" dan aku melihat Sean mendekatiku.
"Gino bantui aku papah dia agar aku gendong dipunggung ajah soalnya lebih aman" Gino melaksanakan anjuran Sean
"oke"
Aku sudah ada dipundak Sean, sebelum kami berdua pergi " hey Yuna, aku kurang percaya sama kamu tentang penyakit kamu, jadi jangan sia-siakan punggung temanku" aku melihat tatapannya yang tak suka padaku namun tak peduli yang aku rasakan hanya sakit pada kepalaku.
" Udahlah Ndi nanti kita bicarakan gue pergi dulu bro"
"Hati-hati bro" Ucap mereka berdua.
Kami menuruni gunung namun aku hanya merasakan sakit tak berkurang sama sekali di bagian kepalaku saat masih dipunggung Sean dan mendengar kata-kata Sean kepadaku "sabar Yuna mungkin besok pagi kita baru bisa ke rumah sakit, loe harus gak kenapa-napa" karea alangka sakitnya aku tak sadarkan diri saat aku memulai membuka mataku aku lihat aku ada di dalam mobil yang tadinya aku naikkan dan mobil itu siap pergi aku membuka mata dan melihat Sean siap mengendarai mobilnya.
"Sean ini mau kemana " perlahan karena tenagaku rasanya habis.
Dia melihatku dengan pekat terlihat dalam pandangan itu kekhawatiran.
"Kita kerumah sakit Yuna" aku memegang lengan bajunya
"Gak usah Sean aku cuma lemas ajah aku mau istirahat di mobil ini sebentar ajah " Sean menghentikan mesin mobilnya.
Perlahan aku pejamkan mataku lagi dan beberapa saat aku bangun dengan jaket menyelimuti tubuhku dan aku lihat Sean sedang tidur di sampingku "dia pasti capek gendong aku turun gunung, maafkan aku mala merepotkanmu " aku menunggunya bangun sambil memandang mukanya saat tidur yang seperti anak kecil yang lugu dan tak lama dia terbangun.
"Kamu udah bangun, gimana ke adaanmu " Sean menatapku dengan sesama lalu dia memegang jidatku dengan punggun telapak tangannya yang lebar tak seperti tanganku.
" Tadi waktu kau sadar kau lalu tidur lagi badan kamu dingin banget dan mukamu pucat banget aku kira kamu kenapa-napa tapi baguslah kamu udah gak kenapa-napa dan lebih baik sekarang" aku tersenyum kecil .
"Tolong antar aku pulang Sean"
"Oke" kamipun pulang di perjalanan
" Maaf iya Sean karena gue acara daki loe sama teman-teman loe jadi berantakan banget, lain kali aku teraktir makan sebagai gantinya iya " muka pucat dengan pancaran rasa bersalah
" Oke, gak papa asal kamu gak kenapa-napa ajah aku dah tenang tapi traktir makan boleh juga" dia tersenyum padaku.
" Yang gratisan siapa juga yang nolak " timpalku senyum kecil pelan.
"Bibik " dengan suara lirih dan Sean mengetuk pintu
"Non kenapa?" bibik membuka pintu dia sangat terkejut melihatku. Bibik dan Sean memapah ku masuk ke kamar.
"Kemarin dia sangat kesakit di bagian kepala sambil meronta-ronta, aku mau bawah ke rumah sakit tapi Yuna gak mau" tutur Sean ke bibik
"Oh, iya udah den makasih udah ngantar non Yuna " bibik mempersilakan Sean duduk
" Den duduk dulu biar bibik buatkan teh "
"Gak usah bik, saya langsung pulang ajah " Sean berpamitan dengan sopan dan bibik kembali ke kamarku
"Seannya udah pulang bik"
"Udah non, aku bawahkan minun dan aku buati bubur untuk non iya " Bibik beranjak menujuh pintu keluar.
"Bik tolong telpon dokter bunga bisa gak kalau konsulnya dia kerumah"
"Baik non" bibik pun pergi. Beberapa saat kemudian
"non minum ini dulu, dokter bunga kemungkinan malam baru bisa mampir kesini tapi dia akan kesini, gimana perasaan non apa masih sakit? perlu kerumah sakit?" bibik membantuh aku minum
"Gak usah bik aku udah mendingan, jadi jangan khawatir bik" untungnya 2 hari aku libur dan besok baru masuk jadi aku tak harus bolos kuliah jadi kerjaku seharian ini tidur sambil main hp dan makan hingga waktu malam datang dan terdengar bunyi ketukan pintu pertanda ada tamu yang datang
"Dokter Bunga kayaknya bik, tolong bukakan bik" pintaku sopan
"baik non" bibik menuju pintu dan membukakan pintu dan benar saja masuklah wanita cantik yang dibalut jas putih kebanggaan seorang dokter.
"Dokter Bunga silakan duduk" aku menyambut dengan senyuman serta ramah, dokter Bunga duduk yang ada dihadapanku
"Maaf Yuna, tadi ada kerjaan sangat full jadi baru bisa datang jam segini " jam yg menunjukan jam 21:35 malam
"Gak papa dokter, seharusnya aku minta maaf yg meminta dokter datang ke rumah" aku juga gak enak sama Dokter bunga seenaknya nyuruh dia ke rumah padahal aku yang butuh untungnya Dokter Bunga itu sabar dan juga Dokter bunga juga adalah sahabat ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments