#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut

Malam di Akademi Valdris dingin dan sunyi. Bayangan obor menari di sepanjang lorong batu, menciptakan suasana yang menekan. Hanya suara angin yang sesekali berdesir melewati jendela, seolah berbisik tentang sesuatu yang akan terjadi.

Di salah satu ruangan terpencil, cahaya lilin bergetar pelan.

"Ingat ini baik-baik. Reputasi murid elite ada di tanganmu."

Suara itu datar, tapi setiap kata menusuk tajam.

Seorang gadis berdiri di bawah cahaya, wajahnya tak menunjukkan emosi. Jubah panjangnya menyapu lantai, seolah menegaskan otoritas yang tak bisa diganggu gugat.

“Louise hampir mati. Kris? Hancur. Skors enam bulan bukan sekadar hukuman, itu eksekusi bagi masa depannya.”

Di hadapannya, seorang pria mengepalkan tangan.

Di Akademi Valdris, kehormatan keluarga ditentukan oleh kekuatan pewarisnya. Kalah berarti kehilangan segalanya. Nama baik, kehormatan, bahkan hak untuk berdiri tegak.

Kyle menelan ludah. Tawaran itu berbahaya, tapi menggoda.

Jika dia menang, dia akan naik.

Jika dia kalah, dia akan terkubur.

“Jangan kecewakan aku, Kyle.”

Nada suara gadis itu tak berubah, tapi ada ancaman dingin di dalamnya. Setelah berkata demikian, ia berbalik dan menghilang ke dalam bayangan.

Kyle tetap diam.

Napasnya berat. Pikirannya berputar.

Besok… atau tidak sama sekali.

***

PERSIAPAN SELENE

Di dalam kamarnya, Selene mengasah pedangnya. Bilah peraknya berkilat tajam di bawah cahaya lilin, pantulannya dingin dan tanpa cela.

Lucian sudah memperingatkannya tentang duel saat penerimaan murid baru. Itu bukan ancaman, melainkan sesuatu yang sudah pasti terjadi.

Dulu, dia yang terkuat.

Sekarang? Mungkin ada yang mencoba merebut posisinya.

Tok. Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu.

Selene tidak langsung menjawab. Ia tetap duduk di kursinya, mengamati pintu dengan tenang.

Tok. Tok.

Lebih ragu kali ini.

Selene akhirnya berdiri, menyimpan pedangnya di sarungnya, lalu membuka pintu.

Seorang gadis berjubah hitam berdiri di sana. Tudungnya menutupi sebagian wajahnya, tapi meskipun bayang-bayang menyamarkan ekspresinya, Selene bisa melihat kegelisahan di matanya.

"Adeline," ucap Selene, suaranya datar. "Ada apa?"

Adeline membuka mulutnya, tapi menutupnya lagi. Tangannya mencengkeram selembar kertas erat-erat, ragu-ragu menyerahkannya.

Selene mengangkat alis. "Cepat."

Adeline tersentak, lalu buru-buru menyodorkan kertas itu.

Selene menerimanya tanpa bicara. Ia membuka lipatannya, membaca isinya, lalu menyeringai tipis.

“…Taruhan?”

Adeline mengangguk, suaranya lebih serius. "Valdris punya banyak perjudian di bawah meja. Biasanya hanya berlaku di arena gladiator. Tapi kali ini... kau yang jadi taruhannya."

Selene tetap membaca, ekspresinya tak berubah.

"Aku dengar seseorang akan menantangmu besok," lanjut Adeline. "Akademi mengizinkan duel untuk menyelesaikan perselisihan. Dan kali ini, ada banyak yang bertaruh melawanmu."

Selene menaikkan alis. "Oh?"

Adeline menggigit bibir. "Aku rasa... ini salahku."

Selene menatapnya.

Adeline menunduk sedikit, tangannya mencengkeram ujung jubahnya. "Aku bilang pada beberapa orang bahwa kau akan menghadiri acara penerimaan. Aku tidak berpikir itu akan menyebar... Sepertinya mereka memanfaatkannya untuk memulai taruhan besar."

Hening sejenak.

Lalu tanpa peringatan—

Jentik!

"Akh!"

Adeline memegangi dahinya, menatap Selene dengan kesal.

Selene terkekeh pelan. "Kau pikir ini salahmu?"

"Tapi—"

Jentik kedua.

"Aduh!"

Adeline mengusap dahinya lebih keras kali ini.

Selene tersenyum, tapi matanya tetap berbahaya. "Aku bukan anak kecil yang bisa ditakuti dengan ancaman murahan." Ia melipat kertas itu dan memasukkannya ke sakunya. "Kalau mereka mau bertaruh, biarkan. Aku akan menghancurkan harapan mereka."

Adeline menelan ludah.

Saat ia hendak pergi, Selene memanggilnya lagi.

"Adeline."

Gadis itu menoleh.

"Kau lebih berani dari sebelumnya. Jangan berubah."

Adeline terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan sebelum pergi.

Selene menatap kertas taruhan di tangannya dan mendengus.

"Lucu."

Ia menyimpannya di meja, lalu merebahkan diri di ranjang.

Besok akan menyenangkan.

***

PENERIMAAN MURID BARU

Cahaya matahari menyusup melalui celah jendela.

Selene membuka matanya.

“Hari yang cerah.”

Ia bangkit, mengenakan seragam akademinya—biru tua dengan emblem Valdris di dada. Rok panjang, boots kulit, pedang tersampir di pinggang.

Saat keluar dari kamar, lorong sudah penuh dengan murid-murid yang bergerak menuju aula utama.

Tak ada bisikan. Tak ada lirikan tajam.

Mereka belum tahu gosip besar yang akan datang.

Di ujung lorong, Adeline melambai. Saat Selene mendekat, gadis itu berbisik, “Sepuluh juta.”

Selene membelalakkan mata sejenak.

Para bangsawan muda ini ternyata lebih kaya dari yang ia kira.

Baiklah. Jika harga pertarungan setinggi ini, dia harus memberi mereka pertunjukan yang pantas.

Selene melanjutkan langkahnya. Setelah beberapa saat, ia tiba di aula utama.

Bangunan batu yang luas dan megah. Ratusan murid duduk sesuai angkatan, menunggu dimulainya acara.

Namun yang paling menarik perhatian Selene adalah arena duel yang telah dipersiapkan di tengah aula.

Seseorang sudah menyiapkan ini.

Selene menyapu pandangan.

Murid-murid baru penuh percaya diri. Beberapa sombong.

Lalu—

Tatapannya jatuh pada satu sosok di lantai kanan atas.

Ia menyipitkan mata.

“Hmm, cukup kuat?”

Senyuman terbentuk di bibirnya.

Betapa ia menyukai momen ini.

Momen di mana ia menghancurkan harapan mereka.

Teng… Teng… Teng…

Suara lonceng menggema.

Semua murid diam.

Di podium, seorang pria tua berdiri tegap.

“PERHATIAN! ACARA PENERIMAAN MURID BARU AKAN DIMULAI!”

Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!