#13 - Kekacauan di Taman Istana

"Nona, maafkan kami."

Tanpa aba-aba, para pengawal itu menerjang Selene dari segala arah. Namun, Selene hanya menyeringai sambil melebarkan kakinya, bersiap menghadapi mereka.

BANG!

Sebuah tendangan keras menghantam dada salah satu pengawal, membuatnya terpental ke belakang dan menghantam tanah dengan bunyi gedebuk berat.

KRAK!

Selene mengayunkan sikunya ke wajah pria di sampingnya, terdengar suara retakan halus saat tulang hidung pria itu patah. Dia menjerit sebelum terhuyung mundur.

SWOOSH!

Seorang pengawal lain mencoba menyerangnya dari belakang, tetapi Selene dengan gesit menunduk lalu berputar cepat, menghantam perut pria itu dengan tendangan belakang yang membuatnya kehilangan keseimbangan.

Satu per satu mereka tumbang. Dalam waktu singkat, seluruh pengawal bocah itu terkapar di tanah, meringis kesakitan. Selene menepuk-nepuk tangannya, seolah membersihkan debu yang tidak ada.

"Yah, jadi sekarang giliranmu?" Selene melangkah mendekati bocah itu, senyuman jahat terukir di wajahnya.

Bocah itu—yang sebelumnya begitu sombong—kini pucat pasi. Dia menyaksikan bagaimana Selene menghajar para pengawalnya tanpa sedikit pun kesulitan. Kesombongannya lenyap dalam sekejap, digantikan oleh ketakutan yang nyata.

Dia mundur perlahan, sementara Selene terus maju. Langkahnya santai, namun ada tekanan besar yang membuat bocah itu merasa seperti seekor kelinci di hadapan seekor serigala lapar.

Punggungnya akhirnya menabrak dinding taman. Tidak ada lagi tempat untuk lari. Dengan panik, dia mengulurkan tangannya.

"Berhenti! Jika kau berani maju selangkah lagi, aku akan mengadu pada Ayahku! Kau akan dihukum berat!" suaranya bergetar, mencoba terdengar tegas, tetapi ketakutan dalam matanya jelas terlihat.

Selene terkekeh, melipat tangan di dadanya. "Oh, maksudmu Ravion Belmont? Si kepala jeruk itu?"

Bocah itu menggertakkan giginya. Berani sekali gadis ini menghina ayahnya!

Namun, sebelum dia bisa membalas, Selene kembali maju.

"Ayah... Ayah... Tolong aku! Seseorang ingin membunuhku! Ayahhh!" Bocah itu berteriak sekencang mungkin.

Selene mendecakkan lidahnya, "Tsk! Benar-benar bocah lemah. Selain nama ayahnya, dia sama sekali tidak berharga."

Namun, sebelum Selene bisa berbuat lebih jauh, sebuah tangan kuat tiba-tiba mencengkeram pergelangannya.

"Apa yang coba kau lakukan?"

Selene menoleh, melihat seorang pria yang berdiri di sampingnya. Tatapan pria itu penuh dengan otoritas.

"Oh, sampah lain?" Selene menyeringai, mengatakannya dengan nada manis yang malah membuat pria itu tersinggung.

"Yang Mulia..." Bocah itu menangis sambil memanggil pria tersebut.

Selene mengangkat alis. "Apa kau Lucian?"

"Berani sekali kau memanggil nama anggota kekaisaran dengan mulut kotormu!" pria itu membentak.

"Ohh, sangat kasar sekali." Selene terkekeh.

Pria itu semakin kesal. "Lepaskan dia!" perintahnya, matanya menatap tajam ke Selene.

Namun, Selene malah menyeringai lebih lebar. "Tidak mau!"

Pria itu mengencangkan cengkeramannya, mencoba menekan kekuatan Selene. Tapi Selene tetap tenang, seolah tidak merasakan apa pun.

Selene kemudian mengangkat kaki kanannya, bersiap menendang. Refleks, pria itu langsung melepas cengkeramannya dan mundur. Namun, dalam satu gerakan cepat, Selene menarik kerah pakaian bocah Belmont itu dan mengangkatnya ke depan seperti perisai.

Pria itu tidak sempat menghentikan serangannya dan pukulannya malah menghantam wajah bocah Belmont .

"ARGH!" bocah itu meringis kesakitan.

Selene tertawa.

Pria itu kembali menyerang, dan setiap kali dia mengayunkan tinjunya, Selene dengan licik menggunakan bocah Belmont sebagai tameng. Akhirnya, bocah malang itu babak belur.

"Berhenti!"

Suara lain yang lebih tegas terdengar.

Selene mendesah. "Tsk, siapa lagi sekarang?"

Bocah Belmont tiba-tiba makin memelas. "Yang Mulia Putra Mahkota!"

Selene melirik pria yang baru datang. "Oh, jadi ini Lucian? Kalau begitu, siapa pria ini?" Dia menunjuk pria yang sebelumnya menyerangnya dengan malas.

"Kau bahkan tidak mengenalku? Aku Ditrian!" pria itu menjawab tajam.

"Oh, jadi kau pesaing Lucian?" Selene bertanya dengan santai, seolah itu bukan hal besar.

Namun, bagi Ditrian, kata-kata itu adalah penghinaan besar.

Dia langsung menyerang Selene, tetapi Selene terus menghindar dengan mudah. Setiap pukulan Ditrian malah mengenai bocah Belmont yang masih terseret sebagai tameng.

Lucian mulai sakit kepala melihat kekacauan ini dan berusaha memisahkan mereka. Namun, Selene terlalu lincah dan licik.

Akhirnya, pertarungan empat orang itu berubah menjadi tontonan publik. Para bangsawan di aula istana mendengar keributan dan segera berbondong-bondong ke taman.

Saat mereka sampai, pemandangan yang mereka lihat benar-benar membuat mereka terdiam.

"Selene..."

Isolde berteriak, takut putrinya terluka.

Namun, Selene malah tersenyum manis, melambaikan tangan sambil berteriak, "Ibuuuuu~" dengan nada manja, seolah mereka hanya bermain-main.

Semua orang terkejut. Jadi, ini putri si tangan besi?

Namun, yang lebih terkejut adalah Ravion Belmont. Dia melihat putranya babak belur, kerah bajunya masih digenggam oleh Selene.

"Apa-apaan ini? Dari mana gadis lusuh ini datang?! Berani-beraninya menyentuh putraku!" Belmont maju dengan marah dan ingin memukul Selene.

Namun...

PLAKKK!

Tangan Selene lebih cepat. Dia menarik bocah Belmont ke depan, membuat Belmont menampar anaknya sendiri.

"Ups! Paman, kau sendiri yang memukulnya." Selene memasang ekspresi polos, membuat Belmont semakin geram.

Dia ingin mencabik-cabik Selene, tetapi Kaisar Magnus akhirnya turun tangan.

"CUKUP!"

Suaranya menggelegar, memenuhi taman dengan aura otoritas yang tidak terbantahkan.

Semua orang langsung diam.

Selene menghela napas. Keributan ini mulai membosankan. Dengan santai, dia berjalan ke arah Gideon dan Isolde.

"Ibu... Ayah..."

Gideon menatapnya, lalu bertanya dengan nada santai. "Putriku, kenapa kau memukuli orang lemah?"

Semua orang menahan napas. Ini… bukan reaksi yang mereka harapkan!

Selene mengangkat bahunya, "Aku hanya main-main. lagipula bukan aku yang memukulnya. Tapi dia." Dia menunjuk Ditrian tanpa ragu.

Ditrian hampir pingsan karena marah.

Magnus akhirnya menarik napas panjang dan mengambil alih situasi.

Terpopuler

Comments

Yunita Widiastuti

Yunita Widiastuti

🐺🐺

2025-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
90 #90 : Pertemuan Tidak Sengaja
91 #91 : Kabut Diplomasi dan Satu Jalan Keluar
92 #92 : Dendam yang Membakar Diri Sendiri
93 #93 : Penobatan dan Jalan Pulang
94 #94 : Ujian Kepala Akademi
95 #95 : Kepala Akademi Baru
Episodes

Updated 95 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai
90
#90 : Pertemuan Tidak Sengaja
91
#91 : Kabut Diplomasi dan Satu Jalan Keluar
92
#92 : Dendam yang Membakar Diri Sendiri
93
#93 : Penobatan dan Jalan Pulang
94
#94 : Ujian Kepala Akademi
95
#95 : Kepala Akademi Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!