#5 - Serangan di Tengah Malam

CLANG! CLANG!

Suara benturan pedang menggema di arena latihan. Selene melangkah maju, mengayunkan pedangnya dengan cepat dan kuat. Di hadapannya, Leo mundur selangkah, nyaris kehilangan keseimbangan.

"Selene, kau makin liar saja!" teriak Leo, napasnya tersengal-sengal.

Selene menyeringai, matanya penuh semangat. "Berhenti banyak bicara dan lawan aku!"

Dia kembali menyerang. Leo mengangkat pedangnya untuk menangkis, tetapi dorongan Selene terlalu kuat.

CLANG!

Dengan satu gerakan tajam, pedang Leo terlempar dari tangannya dan jatuh berisik di tanah. Selene berdiri tegap, tersenyum puas.

"Menang lagi," gumamnya.

Leo mendesah keras. "Ugh… aku lelah sekali! Dasar gadis monster! Bagaimana kau bahkan tidak lelah setelah bertanding berkali-kali?"

"Heh, itu karena kau lemah. Bocah lemah sepertimu bukan tandinganku," ejek Selene.

Leo menggeram dan bersiap membalas, tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, PLAK! Sebuah tamparan ringan mendarat di belakang kepalanya.

"Aduh!" Leo mengeluh dan berbalik. "Kakak! Kenapa kau selalu memukulku?"

Ethan, yang sejak tadi mengamati duel mereka, tetap tenang. "Berhentilah main-main."

Leo mendelik, lalu melirik ke arah Selene yang tiba-tiba bersikap manis. "Ethan…" panggilnya dengan suara lembut, membuat Leo makin kesal.

"Kau seperti harimau liar di hadapanku, tapi mendadak jadi anak kucing jinak di depan kakakku!" ejek Leo.

Selene mendengus. "Kalau mau hormatku, kalahkan aku dulu."

Ethan menggeleng pelan dan menyerahkan botol air minum ke Selene. Tanpa pikir panjang, gadis itu menerimanya dan meneguk isinya dalam beberapa tegukan panjang.

"Selene, hari sudah sore. Apa kau akan makan malam di rumah kami?" tanya Ethan lembut.

Selene menggeleng. "Tidak, ibuku akan marah kalau aku pulang terlambat." Dia mengembalikan botol itu pada Ethan. "Terima kasih."

Lalu, dia bersiul.

"Hikkkk!"

Seekor kuda hitam berlari mendekat dengan anggun. Selene melompat ke punggungnya dengan gerakan gesit.

"Black, ayo pulang," ucapnya sambil mengelus surai kuda itu. Black langsung berlari kencang, meninggalkan kediaman Varkann.

Ethan tetap berdiri di tempatnya, matanya mengikuti kepergian Selene. Leo menatap kakaknya dengan curiga, lalu akhirnya bertanya, "Kakak, apa kau benar-benar menyukai gadis barbar itu?"

Namun, yang dia dapatkan hanyalah senyum samar sebelum Ethan berbalik dan pergi.

***

Malam yang Hangat di Rumah d’Aragon

Langit sore mulai berubah jingga saat Selene tiba di rumah. Angin membawa aroma ladang dan kayu bakar dari dapur. Dia langsung menuju ladang, tempat ibunya, Isolde, sedang memetik jagung.

"Ibu!" panggilnya.

Isolde menoleh, lalu mengerutkan hidungnya. "Selene, kau bau sekali," keluhnya sambil menutup hidung.

Selene mengendus tubuhnya sendiri, lalu meringis. "Apa sebau itu?"

"Pergilah mandi," kata Isolde sambil mengelus rambut putrinya. "Ibu sedang memasak sup jagung. Ayahmu membawa pulang rusa hari ini. Kita akan makan daging panggang malam ini."

Selene tersenyum lebar. "Wow! Aku suka itu!"

Setelah mandi, dia turun ke ruang makan, di mana aroma sup jagung dan daging panggang memenuhi udara.

"Putriku, kemarilah." Gideon, ayahnya, menyodorkan piring berisi daging panggang yang masih mengepulkan asap.

"Terima kasih, Ayah!" Selene langsung mengambil potongan besar dan menggigitnya. Rasanya begitu lezat meski hanya dibumbui garam dan lada.

Isolde menyajikan sup jagung, dan Selene mengambil sesendok penuh, meniupnya sebentar sebelum memasukkannya ke dalam mulut.

"Oh, ini tidak terlalu panas," katanya senang.

Isolde tersenyum kecil. "Tentu saja. Ibu sudah mendinginkannya untukmu."

Mereka makan dengan penuh kebahagiaan. Selene membagi daging ke piring orang tuanya sambil menceritakan latihannya hari ini.

"Leo tidak akan pernah bisa menyusulku," katanya bangga.

Tawa memenuhi meja makan. Malam terasa damai.

Namun, jauh di tengah hutan… sesuatu sedang terjadi.

***

Ancaman di Balik Bayangan

Di tengah pepohonan lebat, sekelompok pria berpakaian hitam berkumpul dalam bayangan.

"Kalian akan mengalihkan perhatiannya," bisik seorang pria yang tampaknya pemimpin mereka. "Sementara yang lain menyusup ke dalam rumah."

Mereka semua mengangguk.

"Baik. Mulai berpencar."

Dalam sekejap, mereka lenyap di antara pepohonan, bergerak menuju rumah keluarga d’Aragon. Malam ini, mereka akan memastikan bahwa Gideon d’Aragon tidak akan pernah menjadi ancaman bagi istana kekaisaran.

***

Serangan Mendadak

PRANG!

Suara kaca pecah mengejutkan Isolde yang sedang berganti pakaian di kamarnya.

"Isolde, kau tidak apa-apa?" Gideon segera masuk, ekspresinya penuh kewaspadaan.

"Aku baik-baik saja," jawabnya. Tapi hatinya mulai gelisah.

Gideon bergerak ke jendela, matanya menangkap bayangan seseorang berlari ke dalam hutan.

"Aku akan mengejar mereka." Dia mengambil pedangnya.

Isolde meraih lengannya. "Jangan terpancing. Mungkin mereka hanya ingin mengalihkan perhatianmu."

Gideon menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Jangan khawatir. Aku akan segera kembali."

Dia berlari keluar, meninggalkan Isolde dengan perasaan yang semakin buruk.

Ia menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke lemari. Tangannya mengambil sebuah kotak kayu tua, membuka isinya—sebuah pedang dengan gagang permata ruby berkilauan.

"Sudah lama sekali…" gumamnya.

Namun sebelum dia sempat berbuat lebih jauh, suara langkah kaki terdengar dari bawah.

Seseorang telah menyusup ke dalam rumah mereka.

Isolde menghunus pedangnya dan bergegas turun. Saat sampai di ruang tamu, beberapa pria berpakaian hitam sudah berdiri, senjata mereka siap menyerang.

Pemimpin mereka melangkah maju, tatapannya dingin.

"Isolde d’Aragon… Tuanku ingin kau mati."

Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!