#8 - Bahaya Yang Mengintai

"Gideon, lama tidak bertemu."

Cassian menyapa dengan nada santai. Hening sejenak sebelum Gideon turun dari kudanya dan memeluk temannya. Meski sudah lama tidak bertemu, mereka tetap bertukar kabar sesekali.

"Selene, ayo turun," ajak Isolde.

"Hmm..."

Mereka berdua turun dari kereta. Isolde langsung menyapa Cassian. Meskipun mereka berteman sejak lama, hubungan mereka sudah berjarak setelah Cassian menjadi seorang Duke.

"Isolde... Lama tidak bertemu, kau terlihat awet muda."

Sebelum Isolde sempat menjawab, suara cekikikan tertahan terdengar.

"Pfft..."

Cassian menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang gadis muda menahan tawanya dengan susah payah. Alisnya berkerut. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Gadis itu tampak familiar... terutama cara dia menertawakannya.

"Ah, Cassian, ini putriku. Selene," kata Gideon.

DEG!

Selene? Selene Everhart...

Ada satu orang di dunia ini yang selalu menertawakannya tanpa takut mati—dan itu adalah Selene Everhart.

"Jadi, kau menamai putrimu Selene?" Cassian bertanya, matanya menyipit.

"Ya, aku harap dia bisa tumbuh kuat dan membanggakan seperti Selene Everhart," jelas Gideon.

Selene tersenyum kecil. Itu pemikiran yang bagus. Setidaknya, itu yang dia ingin percayai.

Tapi Cassian hanya mendengus. "Gideon, aku kira kau tidak khawatir putrimu akan sedikit... liar seperti Selene?"

Senyum Selene langsung memudar. Dia mengertakkan giginya. Liar? Beraninya dia berbicara seperti itu di hadapannya? Apa dia lupa berapa kali dulu dia dipermalukan olehnya?

Di sisi lain, Isolde justru tertawa, melihat perubahan ekspresi putrinya.

"Ayah..."

Selene akhirnya buka suara, suaranya terdengar penuh keluhan. "Siapa pria tua ini?"

"Pfft—ahahaha!"

Isolde kali ini tertawa terbahak-bahak. "Putriku, apa kau tahu? Duke Cassian Rosenthal adalah pria tertampan dan idaman para gadis."

Selene menaikkan satu alis. "Setelah Regis Vermillion?" tanyanya dengan polos.

Tawa Isolde semakin keras.

Gideon hanya menggelengkan kepala. "Ayo masuk ke dalam."

Mereka akhirnya melangkah masuk. Isolde sempat menyarankan Selene untuk beristirahat, tapi gadis itu bersikeras ingin tetap bersama ayahnya.

Gideon bangga melihat betapa putrinya menyayanginya.

Setelah sedikit basa-basi, Cassian akhirnya menyampaikan tujuan utamanya. Dengan nada serius, dia berkata,

"Kaisar Magnus memerintahkanku secara pribadi untuk membawamu kembali. Lima belas tahun sudah cukup lama, Gideon."

Isolde menatap suaminya, yang hanya diam. Gideon merasakan tatapan itu dan menggenggam tangan istrinya erat.

"Awalnya, aku tidak ingin kembali," katanya pelan. "Aku ingin menjauhkan keluargaku dari pertempuran yang tidak perlu."

"Tapi kejadian kemarin membuatku sadar... di mana pun kami berada, jika ada orang yang berniat buruk, kami tetap akan terlibat."

Cassian menatapnya lekat. "Jadi, apa keputusanmu?"

Gideon menarik napas dalam. "Aku akan kembali... jika Kaisar bisa memberitahu siapa bajingan yang mencoba mencelakai keluargaku."

Cassian menghela napas. Sebelum datang ke sini, dia sudah mendengar tentang percobaan pembunuhan terhadap Gideon. Dan seperti yang Gideon sadari, serangan itu pasti berkaitan dengan Istana.

"Baiklah," Cassian mengangguk. "Aku akan memastikan Kaisar memenuhi janjinya."

Di sudut ruangan, Selene menguping pembicaraan mereka.

Gadis itu mengerutkan kening, menganalisis dengan cepat. Jika percobaan pembunuhan ini terkait dengan Istana, maka faksi pangeran lainlah yang mencoba membunuh keluarganya.

Ayahnya dikenal sebagai Tangan Besi, tangan kanan Selene Everhart yang terkuat dan dikagumi rakyat. Dengan Selene Everhart sudah tiada, ayahnya adalah kandidat terbaik untuk mendukung putra mahkota, Lucian.

Dan Magnus Ignis... kau cukup pintar sekarang.

Tapi—tunggu. Jika begitu... aku punya ide yang lebih baik.

"Ayah..."

Selene kini berbicara lebih manis. "Apakah Paman ini orang yang Ayah ceritakan sebelumnya?"

"Benar. Dulu kami disebut Lima Pilar," jelas Gideon.

"Jadi, kalian dulu berasal dari akademi yang sama?"

"Ya. Cassian dan Magnus ada di kelas senior. Aku dan Selene ada di kelas awal, bersama Regis."

Cassian menatap Selene. Rasa tidak nyaman kembali menghantuinya. Gadis ini... dia mirip Selene Everhart. Bahkan cara bicara dan tatapannya...

"Isolde, berapa umur putrimu?"

"Dia lima belas tahun."

Cassian menyipitkan mata. "Apa dia sudah masuk akademi?"

"Aku berencana memasukkannya ke Akademi Eden, dekat sini," jawab Isolde.

Cassian mengernyit. "Kenapa tidak ke Valdris?"

"Valdris tidak sama seperti dulu," jawab Isolde tegas. "Aku tidak ingin putriku terjebak dalam permainan kotor para bangsawan."

Gideon memeluk tangan istrinya. Dia setuju. Valdris mungkin terlihat megah dari luar, tetapi hanya mereka yang pernah bersekolah di sana yang tahu kebusukan yang tersembunyi di baliknya.

Dulu, Selene Everhart menghancurkan kebusukan itu. Tapi setelah kematiannya, semuanya kembali seperti semula.

"Aku suka itu."

Selene menyilangkan tangan, senyumnya penuh arti. Bukan karena ingin mengenang masa lalu. Tapi karena dia butuh kebebasan.

Dia harus mencari tahu siapa yang mengkhianatinya. Dia juga masih sangat membenci sistem bangsawan yang busuk.

"Selene, pikirkan baik-baik," suara Gideon terdengar lebih serius. "Ibukota, terutama Valdris, sangat berbeda dari dunia yang selama ini kau lihat. Mereka kejam."

"Ayah, percayalah padaku."

Tatapan Selene berkilat penuh keyakinan. "Lagipula... bukankah ada Pilar Kelima di sana?"

Cassian memicingkan mata, tapi Selene hanya tersenyum manis.

Si gila Regis ada di sana... tapi sistem hierarki masih busuk? Apa saja yang dia lakukan selama ini?!

"Baiklah, kita pikirkan itu nanti," kata Gideon akhirnya.

Cassian menghela napas dan bersiap pergi. Tapi sebelum masuk ke dalam keretanya, dia menoleh ke Gideon.

"Gideon, aku tahu penyesalanmu," katanya pelan. "Tapi Selene tidak akan menyukainya. Kau tahu itu, kan?"

Gideon terdiam, menatap kosong.

"Kurasa aku sudah bebas dari rasa bersalah," katanya akhirnya. "Tapi nyatanya, itu masih membekas."

Cassian menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya menghela napas.

"... Jujur saja, kenapa kau menamai putrimu Selene?"

Gideon tersenyum kecil. "Bukankah alasannya sudah aku katakan? Aku ingin putriku sekuat Selene."

Cassian mendengus. "Yah, tapi kurasa... putrimu benar-benar mirip Selene."

"Hahaha, kurasa kau benar," jawab Gideon ringan.

Cassian akhirnya naik ke keretanya.

"Baiklah, aku pergi."

"Ya, hati-hati di jalan. Sampaikan salamku pada Kaisar."

***

Setelah Cassian pergi, keheningan menyelimuti rumah keluarga Gideon. Isolde melirik suaminya yang masih termenung di depan pintu, sementara Selene menatap punggung ayahnya dengan ekspresi sulit ditebak.

Gideon menghela napas panjang. "Cassian benar, aku tidak bisa terus terjebak dalam masa lalu..."

Selene menatapnya, mata keemasan gadis itu berkilat tajam. "Ayah, jika kau benar-benar ingin kembali, jangan ragu. Aku akan memastikan tidak ada yang berani menyentuh keluargaku."

Gideon tersenyum kecil, lalu mengusap kepala putrinya. "Kau semakin mirip dengannya..."

Namun, tak seorang pun menyadari bahwa di kejauhan, di sudut hutan dekat kediaman Gideon, sesosok berjubah hitam berdiri diam. Sosok itu mengamati rumah mereka dalam senyap, seolah memastikan sesuatu.

Sejenak, angin berembus pelan, menerbangkan daun-daun kering di sekelilingnya.

Lalu, dalam sekejap mata—sosok itu menghilang.

Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!