#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur

Panas.

Itu yang pertama kali ia rasakan. Bukan panas yang menyakitkan, tetapi hangat, mengalir di seluruh tubuhnya. Ada suara samar di kejauhan—suara yang familiar, penuh kecemasan dan kasih sayang.

"Selene…"

Suara itu lembut, namun bergetar. Seseorang menangis.

Kelopak matanya terasa berat saat ia mencoba membuka mata. Cahaya samar menyusup melalui jendela, menyorot wajah seorang wanita dengan mata berkaca-kaca.

"Putriku..."

Selene berkedip beberapa kali. Pandangannya masih kabur, tetapi perlahan mulai jelas. Wajah wanita itu… Isolde?

Tunggu.

Bukankah seharusnya dia sudah mati?

Kesadarannya kembali dalam hempasan gelombang kenangan. Perang, pengkhianatan, hujan deras yang membasahi tubuhnya yang bersimbah darah. Tapi sekarang, ia ada di sini.

Hidup.

Ia mengangkat tangannya yang lebih kecil, lebih halus dibanding yang ia ingat. Dada naik turun dengan cepat saat ia mencoba memahami situasi ini.

Benarkah ini? Aku... hidup kembali?

Ia mengalihkan pandangan ke cermin kecil yang diletakkan di meja di samping tempat tidurnya. Pantulan yang terlihat di sana adalah seorang gadis remaja dengan rambut keemasan dan mata emas yang sama seperti yang ia miliki dahulu. Namun, wajahnya lebih muda—tidak ada bekas luka, tidak ada jejak perang.

Tidak. Ini bukan tubuhnya.

"Sayang, kau tidak apa-apa?" suara Isolde terdengar lagi, kini lebih cemas.

Selene menatapnya. Isolde. Istri dari Gideon. Wanita yang dikenal sebagai 'Otak Kekaisaran'.

Pikirannya berputar cepat, menyusun potongan-potongan yang masih berserakan. Jika ini Isolde, dan jika ia benar-benar kembali dalam tubuh seorang gadis remaja… maka siapa dirinya sekarang?

Ia mengalihkan pandangan ke pria yang kini berdiri di samping ranjangnya. Mata abu-abu itu menatapnya dengan tajam, penuh perhatian yang tak tersembunyi.

Gideon.

Sahabatnya. Orang yang selalu berdiri di sisinya.

"Putriku akhirnya bangun," gumamnya pelan, suaranya terdengar serak, seolah berusaha menyembunyikan emosi.

Selene menggigit bibirnya. Putrinya?

Jadi… ia telah terlahir kembali sebagai anak dari teman baiknya sendiri?

Sejenak, ia ingin tertawa. Betapa ironisnya ini. Tapi alih-alih tertawa, ia hanya menghela napas pelan. Sejenak, ia menatap wajah Isolde dan Gideon yang masih tampak khawatir.

Mereka sungguh mencintai anak ini.

Maka, tak ada salahnya ia menerima cinta itu.

Dengan sedikit ragu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam jemari Isolde. "Ibu…"

Tangis wanita itu pecah. Isolde langsung memeluknya erat, seolah takut kehilangan lagi.

Gideon mengamati keduanya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun, ada sedikit ketidakpastian dalam sorot matanya.

Ia merasakan ada sesuatu yang berubah dari putrinya.

***

Kunjungan Leo dan Ethan

Selene tengah duduk di kursi dekat jendela, menatap langit dengan tatapan tenang. Hari ini cukup cerah—terlalu cerah untuk seseorang yang baru saja kembali dari kematian.

Tiba-tiba, suara ribut di depan pintu membuatnya melirik malas.

"Selene!"

Dua pemuda bergegas masuk tanpa menunggu izin.

Selene mendesah, menyandarkan tubuh ke sandaran kursi dan melipat tangan. "Aku tidak ingat mengundang kalian masuk ke kamarku."

Ethan berkedip, tampak terkejut. "Uh… kami selalu datang menemuimu saat kau sakit."

Leo mengangkat alis. "Dan biasanya kau senang melihat kami."

Selene menatap mereka sebentar sebelum tersenyum tipis. "Aku masih senang. Tapi bukankah kalian sedikit terlalu percaya diri? Seharusnya aku yang memutuskan apakah ingin menerima tamu atau tidak."

Keduanya saling pandang.

Leo menyipitkan mata, seolah mencoba membaca pikirannya. Ethan, di sisi lain, hanya menatapnya dengan ekspresi penuh kebingungan.

"…Kenapa kau bicara seperti itu?" tanya Leo akhirnya.

Selene mengangkat bahu. "Bagaimana lagi? Kalian anak-anak terlalu ceroboh. Masa tidak tahu sopan santun memasuki kamar seorang gadis tanpa mengetuk?"

Leo mengerutkan dahi. "Kau bukan gadis biasa, Selene."

Selene tersenyum miring. "Betul sekali."

Ethan tetap diam, tetapi sorot matanya memperlihatkan bahwa ia sedang berpikir keras.

***

Percakapan dengan Gideon

Malamnya, Selene kembali duduk di balkon, memandangi bintang-bintang. Angin malam berembus sejuk, membawa ketenangan yang nyaris membuatnya terlena.

Langkah kaki terdengar dari belakang.

"Selene."

Ia tidak menoleh, hanya tersenyum kecil. "Ayah."

Gideon mendekat, berdiri di sampingnya. Ia terdiam sejenak, seolah sedang mengumpulkan kata-kata.

"Ayah menyesal tidak bisa melindungimu lebih baik," gumamnya akhirnya.

Selene tertawa kecil, nada suaranya ringan namun mengandung sesuatu yang lebih dalam. "Ayah, kau terdengar seperti seorang pria tua yang menyalahkan dirinya sendiri. Bukankah sudah kubilang, aku baik-baik saja?"

Gideon menatapnya. "Tetap saja… luka itu bukan sesuatu yang mudah."

Selene mendongak, memandang bintang-bintang. "Tidak ada luka yang benar-benar mudah, Ayah. Tapi seperti semua hal lain dalam hidup, manusia hanya punya dua pilihan—terus meratapi, atau melangkah maju."

Gideon terdiam, lalu menghela napas. "Kau berbicara seperti orang tua."

Selene tersenyum kecil. "Mungkin aku memang begitu."

Gideon tersenyum tipis. "Dulu, ada seorang wanita yang sering mengatakan hal itu padaku."

Selene mengangkat alis. "Oh? Wanita? Jangan bilang... ini kisah cinta lamamu?" godanya.

Gideon tertawa pelan. "Dia memang seorang wanita, tapi tidak seperti wanita pada umumnya."

Selene mengerutkan kening, merasa tersinggung. "Apa maksudmu tidak seperti wanita? Jelas dia seorang wanita!"

Gideon menghela napas, lalu melanjutkan, "Dia bernama Selene Everhart. Seorang pejuang sejati, seorang pahlawan. Tidak hanya bagi rakyat, tetapi juga bagiku."

Selene tersenyum kecil. "Katakan lebih banyak tentangnya, Ayah..."

Malam itu, Gideon menceritakan kisah masa lalunya—tentang Selene Everhart, tentang persahabatan mereka, dan tentang bagaimana wanita itu menjadi mak comblang antara dirinya dan Isolde.

Dan perlahan, di dalam hati Selene, sesuatu yang lama terlupakan mulai kembali bersemi.

***

Keesokan harinya, Selene akhirnya diperbolehkan pulang. Perjalanan kembali ke rumah terasa lebih panjang, tapi ia menikmatinya.

Namun, saat kereta berhenti, suara berwibawa Gideon terdengar.

"Cassian, lama tidak bertemu."

Selene membeku.

Cassian?

Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!