#15 - DARAH DI KORIDOR

Selene melangkah keluar dari ruangan Kepala Akademi dengan ekspresi datar, tetapi dalam hatinya, amarahnya masih bergejolak.

Regis... si bodoh itu...

Dia berubah begitu banyak. Bukan hanya sikapnya yang berbeda, tetapi auranya juga tak lagi sama. Seperti dua orang yang memiliki wajah serupa, tetapi bukan orang yang sama.

Namun, Selene tak ingin berlarut-larut memikirkan hal itu. Ada hal lain yang lebih penting.

Dengan langkah ringan, dia berjalan menuju ruang staf akademi. Para staf sudah diberi informasi tentang dirinya, sehingga mereka tidak banyak bertanya. Salah satu dari mereka menyerahkan seragam, kunci asrama, dan kunci loker padanya.

"Penerimaan siswa baru akan berlangsung dua hari lagi," ujar seorang staf. "Selama waktu itu, kau bebas menjelajahi akademi, tetapi harus mengenakan seragam. Sebagai murid baru, kau juga dilarang keluar dari akademi tanpa izin langsung dari Kepala Akademi."

Selene hanya mengangguk kecil seolah mengerti.

Dulu, peraturan tidak seketat ini. Dia bisa pergi ke mana pun tanpa harus meminta izin siapa pun.

Tanpa berlama-lama, dia meninggalkan ruang staf dan mulai mencari asramanya.

***

ASRAMA AKADEMI

Bangunan asrama akademi telah banyak berubah. Kini jauh lebih luas dan megah dibanding saat dia masih bersekolah di sini.

Dia membuka brosur akademi yang diberikan padanya dan dengan cepat menemukan rute menuju kamarnya.

Saat memasuki gedung asrama, dia menyadari sesuatu—tempat ini terasa kosong. Sepi.

Ke mana semua murid baru?

Namun, dia tak terlalu memikirkannya. Dengan santai, dia berjalan menuju kamar yang telah ditentukan—nomor 1701.

Selene mengeluarkan kunci, memasukkannya ke lubang kunci, lalu memutar gagang pintu.

Klik!

Kamar itu cukup luas untuk seorang murid. Terdapat tempat tidur besar, lemari pakaian, meja belajar, rak buku, dan sebuah jendela besar yang menghadap langsung ke taman mawar.

Selene tersenyum tipis.

Dulu, saat dia masih Selene Everhart, dia berbagi kamar dengan seseorang. Sayangnya, orang itu terlalu takut padanya, sehingga dia menyuruhnya pindah dan membawa Isolde sebagai teman sekamar.

Saat mengingat Isolde, Selene tiba-tiba tertawa pelan.

Dulu Isolde adalah asistennya. Sekarang, dia malah menjadi ibunya.

Selene menggeleng, menyingkirkan kenangan lama. Karena masih memiliki waktu luang, dia memutuskan untuk menjelajahi akademi.

Dia juga mendengar bahwa sekarang ada kelas gladiator—hal yang langsung menarik minatnya.

Bukan untuk menonton. Tapi untuk ikut bertarung.

***

INSIDEN DI SUDUT KORIDOR

Selene berjalan cukup lama sampai akhirnya menyadari sesuatu—dia lupa membawa peta akademi.

Dengan santai, dia bertanya pada beberapa murid mengenai lokasi arena gladiator.

Mereka mengatakan bahwa arena itu terletak di bagian paling ujung akademi. Alasannya? Karena setiap pertarungan yang terjadi di sana selalu menyebabkan kerusakan besar, jadi akademi memutuskan untuk membangunnya di tempat yang jauh dari pusat aktivitas.

Selene mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan langkahnya.

Namun, tiba-tiba...

Sebuah suara terdengar dari sudut koridor yang sepi.

Suara gadis yang penuh ketakutan.

Selene menghentikan langkahnya.

Matanya menyipit saat melihat sekumpulan pria berpakaian murid senior elite berkumpul di tempat tersembunyi.

Awalnya, dia tak terlalu peduli.

Namun, saat mendengar kalimat mereka, amarahnya mulai mendidih.

"Adeline, kau sangat cantik. Tapi sayang sekali, dengan status keluargamu yang miskin, kau hanya bisa masuk kelas bawah."

"Ya, Adeline. Daripada kau terus jadi bangsawan miskin, bagaimana kalau kau bersenang-senang dengan kami? Kami akan membuat status keluargamu meningkat."

Seorang gadis bernama Adeline tampak terpojok. Dia berusaha melawan, tetapi para pria itu semakin mendekatinya.

Pemimpin mereka, seorang pria yang terlihat paling berkuasa di antara yang lain, menyeringai.

Dia mendekat, menekan tubuhnya ke arah Adeline, dan mencoba mencium bibirnya.

Di belakangnya, para pria lain bersiul dan tertawa, seolah sedang menonton pertunjukan yang menghibur.

"Cepat selesaikan, biar giliran kami."

Saat itu, Selene tak bisa lagi menahan diri.

Dia melangkah maju.

"Ohh, apakah ada tontonan menarik?"

Suara manisnya membuat para pria itu menoleh.

Murid yang lain menatap Selene dari atas ke bawah.

"Gadis cantik, apakah kau tersesat? Kakak senior ini akan mengajakmu jalan-jalan. Bagaimana?"

Selene hanya tersenyum tipis.

Dengan cepat, dia meraih tangan pria itu, memutarnya ke belakang dengan satu gerakan, lalu berbisik di telinganya.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi aku tidak suka pria mesum. Menjijikkan."

Trett!

Dia menekan sendi pria itu dengan kuat hingga terdengar suara retak. Pria itu menjerit kesakitan.

"AARRGH! BAAJINGAN!!"

Selene mendorongnya ke tanah dengan kasar.

Saat itu, pemimpin mereka mendekat.

"Tsk. Kau harusnya berterima kasih karena kami mau bermain denganmu."

"Benar. Lihat seragammu, kau hanya murid kelas satu. Itu artinya kau sama miskinnya dengan gadis itu."

Pemimpin mereka menatap Selene dengan penuh ketertarikan.

Dengan santai, dia mengangkat tangannya dan mencoba menyentuh dagunya.

"Jika kau mau bermain dengan kami, aku akan memaafkanmu," katanya dengan mata penuh nafsu.

Selene hanya tertawa.

"Jadi... bagaimana cara mainnya?"

"Tentu saja dengan tubuhmu. Lepaskan semua pakaianmu, dan kami akan bermain denganmu sampai puas. Bagaimana?"

Adeline semakin ketakutan.

Namun, Selene malah tertawa terbahak-bahak.

"Oh, menarik sekali. Jadi, siapa namamu?"

"Sayang, apa kau tertarik padaku?" Pria itu menyeringai. "Namaku Kris Everhart."

Saat mendengar nama itu, ekspresi Selene berubah dingin.

Everhart?!

Sialan!

Bajingan ini mengaku dari keluarga Selene Everhart?!

Selene tak bisa lagi menahan diri.

Dia bergerak cepat.

Dalam sekejap, Kris Everhart dihantam dengan pukulan telak ke rahangnya, membuatnya terhuyung.

Selene mencengkeram rambutnya, lalu dengan kejam membenturkan wajahnya ke lantai berkali-kali!

Bugh! Bugh! Bugh!

Darah mengalir dari hidung dan mulutnya.

Selene berdiri dengan mata dingin.

"Sampah seperti kalian tidak pantas mengotori akademi ini."

Saat itu, suara retakan terdengar—tulang Kris patah.

Dan Selene?

Dia hanya tersenyum puas.

***

Terpopuler

Comments

Yunita Widiastuti

Yunita Widiastuti

ajar kabeh men kuapokk

2025-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!