#16 - Kemenangan Tanpa Ampun

Setelah memastikan mereka tidak bisa melawan lagi, Selene menatap tubuh-tubuh yang terkapar dengan napas sedikit memburu. Namun, ini belum cukup.

Tanpa ragu, ia mulai merobek pakaian mereka satu per satu, menyisakan mereka dalam kondisi yang jauh dari terhormat. Beberapa dari mereka merintih ketakutan, sementara yang lain mencoba merangkak menjauh, tetapi Selene tidak berniat membiarkan mereka kabur.

“Aku belum selesai bersenang-senang,” katanya dengan nada dingin bercampur ejekan.

Dengan gerakan cepat dan penuh ketelitian, dia meraih tali yang tergeletak di sekitar area latihan—mungkin bekas alat latih tanding—lalu mengikat tangan mereka ke belakang punggung.

Kris Everhart, yang tadi paling banyak bicara, berusaha memberontak, tetapi Selene dengan kasar meraih rambutnya dan membenturkan wajahnya ke tanah berbatu.

BRAK!

Suara benturan keras terdengar, diikuti oleh jeritan kesakitan. Darah segar mulai merembes dari hidung Kris, membuatnya menggeliat di tanah dengan wajah penuh rasa sakit.

“Begini rasanya diinjak-injak,” gumam Selene, senyum tipis tersungging di bibirnya.

Dia kemudian menyeret mereka semua dengan kasar menuju lapangan akademi. Mata para murid yang berkumpul membelalak kaget saat melihat sekelompok murid elit dalam kondisi mengenaskan—terikat, setengah telanjang, dan penuh luka memar.

Begitu sampai di tengah lapangan, Selene melempar Kris ke tanah dengan brutal. “Kau ingin bermain denganku kan? Baik, aku akan pastikan permainan ini menjadi pengalaman yang tak akan kau lupakan.”

Senyum sinis menghiasi wajahnya sebelum dia mengangkat kakinya dan menendang tepat ke kaki ketiga Kris.

DUK!

ARGHHHHHHHH!!!

Suara jeritan Kris memecah udara, tubuhnya melengkung seperti busur. Napasnya memburu, wajahnya seketika pucat pasi, seolah nyawanya hampir tercabut.

Sementara para murid yang menonton hanya bisa bergidik ngeri. Beberapa pria refleks menyilangkan kaki mereka, seolah bisa merasakan betapa menyakitkannya tendangan itu.

Selene menatap Kris yang kini terkapar tak berdaya. “Katanya kalian ingin mencoba tubuh perempuan? Kalau begitu, aku pastikan bagian itu tidak akan bisa berdiri lagi.”

Tepat saat itu, suara lantang menggema di udara.

“Apa-apaan ini?! Apa yang kau lakukan?!”

Selene menoleh dan melihat seorang wanita berseragam pengajar akademi berjalan mendekat dengan ekspresi penuh amarah.

“Oh?” Selene mengangkat alis, lalu tersenyum manis—senyum yang jelas dipenuhi ejekan. “Aku hanya sedikit bersenang-senang.”

“Bersenang-senang?! Kau melecehkan mereka! Apa kau sadar siapa mereka?” Guru itu membentak dengan nada tajam.

Selene tertawa kecil sebelum melirik Kris yang masih menggeliat kesakitan di tanah. “Dia bilang namanya Kris Everhart. Everhart, kau tahu? Nama keluarga Selene Everhart—Jenderal terkuat Kekaisaran, pemimpin Lima Pilar Kekaisaran.”

Guru wanita itu tampak sedikit terkejut, tetapi ekspresi angkuhnya tetap bertahan. “Kalau begitu, bersiaplah menerima konsekuensinya!”

Selene berjalan mendekat, menatapnya dengan mata tajam yang membuat bulu kuduk meremang. “Konsekuensi? Karena aku membela diri?” Dia menunjuk ke arah Adeline, gadis malang yang masih terduduk gemetar. “Mereka yang menyerangnya. Mereka yang mencoba merobek pakaiannya.”

Tatapan Selene semakin menusuk. “Aku hanya membalas mereka dengan cara yang sama. Apa masalahnya?”

Guru itu tampak kehilangan kata-kata, tetapi Selene tidak berhenti.

“Jika menurutmu, hanya karena mereka kaya dan gadis ini miskin, maka pelecehan mereka bisa dibiarkan, untuk apa akademi ini ada?” Dia mengangkat dagunya, menatap sekeliling. “Tempat ini seharusnya mencetak pemimpin, bukan melahirkan pemangsa yang bersembunyi di balik nama keluarga. Jika ini wajah masa depan negeri, maka aku hanya melihat kehancuran.”

Kemudian, Selene kembali menatap guru itu dengan tatapan penuh penghinaan.

“Terutama jika guru-gurunya adalah sampah.”

Kerumunan murid yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu langsung gempar. Jarang ada yang berani bicara setajam itu terhadap seorang pengajar akademi.

***

Sang guru wanita menatap Selene dengan amarah yang membara, tapi Selene tidak peduli. Dia bahkan tidak repot-repot melirik perempuan itu dan hanya berbalik, hendak pergi bersama Adeline.

Namun, suara nyaring guru itu memecah udara.

"Dasar gadis tidak bermoral!"

Langkah Selene terhenti. Perlahan, dia berbalik, menaikkan satu alis dengan ekspresi penuh penghinaan.

"Tidak bermoral, katamu?" Suaranya tenang, tapi ada ketajaman berbahaya di dalamnya. "Lucu sekali. Seorang wanita yang membiarkan pelecehan terjadi, malah berbicara soal moral di depanku?" Selene tertawa, tapi bukan tawa yang menyenangkan—tawa itu dingin dan menakutkan.

Wajah sang guru menegang, tapi dia menolak kalah. "Tunggu saja bagaimana akademi akan menghukummu!" katanya dengan nada arogan, mencoba memprovokasi.

Selene hanya menatapnya datar sebelum menyeringai tipis. "Silakan. Mari kita lihat, siapa yang akan didukung akademi—aku, atau orang-orang menjijikkan yang kau lindungi?"

Wajah sang guru memerah. Harga dirinya terasa diinjak oleh seorang murid, dan dia tidak terima. "Dasar gadis sombong! Lihat saja, kau akan menangis memohon saat dikeluarkan!"

Alih-alih marah, Selene malah mengangguk santai. "Yah, terserah kau saja. Tapi mungkin kau lupa, reputasimu sendiri sudah cukup buruk saat ini."

Tanpa menunggu balasan, dia melepaskan pakaian luarnya dan menyelubungkannya di bahu Adeline, menutupi pakaiannya yang rusak. Lalu, di bawah puluhan pasang mata yang terdiam, Selene berjalan pergi dengan kepala tegak.

Bukan sebagai korban, tapi sebagai pemenang.

Di atas salah satu menara akademi, seorang pria berambut gelap berdiri diam, memperhatikan Selene seolah-olah dia adalah satu-satunya cahaya di dunia ini. Matanya berkilat dengan perasaan yang sulit dijelaskan—bukan hanya penilaian, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih dalam.

Kerinduan.

Obsesi.

Jari-jarinya mengepal di sisi tubuhnya, menahan diri untuk tidak langsung bergegas ke arahnya. Bibirnya bergetar sebelum akhirnya melontarkan bisikan rendah yang hanya didengar angin malam.

"Apakah kau akhirnya kembali... kepadaku?"

Episodes
1 #1 - Malam Kematian Sang Legenda
2 #2 - Bayangan dari Masa Lalu
3 #3 - Ikut Ayah
4 #4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5 #5 - Serangan di Tengah Malam
6 #6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7 #7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8 #8 - Bahaya Yang Mengintai
9 #9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10 #10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11 #11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12 #12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13 #13 - Kekacauan di Taman Istana
14 #14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15 #15 - DARAH DI KORIDOR
16 #16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17 #17 - Persidangan Sang Pemberontak
18 #18 - Sidang Dewan Akademi
19 #19 - Putusan dan Peringatan
20 #20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21 #21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22 #22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23 #23 - Tantangan ???
24 #24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25 #25 - Duel di Arena Gladiator
26 #26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27 #27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28 #28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29 #29 : Topeng Yang Retak
30 #30 : Pecahnya Ilusi
31 #31 : Kebangkitan Ravenhollow
32 #32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33 #33 : Konfrontasi???
34 #34 : Darah dan Nama
35 #35 : Perang Kata - Kata
36 #36 : Kau Kembali...
37 #37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38 #38 : Rahasia Yang Terpendam
39 #39 : Reuni Keluarga
40 #40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41 #41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42 #42 : Sarang Menuju Bahaya
43 #43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44 #44 : Bukan Putri Mereka
45 #45 : Warisan Darah dan Hukum
46 #46 : Wasiat dan Warisan
47 #47 : Ulang Tahun
48 #48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49 #49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50 #50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51 #51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52 #52 : Meninggalkan Valtoria
53 #53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54 #54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55 #55 : Wajah Tersembunyi
56 #56 : Jaring yang Tak Terlihat
57 #57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58 #58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59 #59 : Acara Jamuan Dimulai
60 #60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61 #61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62 #62 : Harmoni Keluarga
63 #63 : Pagi Yang Menggoda
64 #64 : Tangan Yang Mengepal
65 #65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66 #66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67 #67 : Malam Para Penerus
68 #68 : Ketukan di Tengah Malam
69 #69 : Langkah Pertama di Medan Api
70 #70 : Kemenangan Pertama
71 #71 : Kelembutan...
72 #72 : Terlambat Datang
73 #73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74 #74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75 #75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76 #76 : Dan Ketukan Pun Datang
77 #77 : Pertaruhan Tak Terucap
78 #78 : Hutan Veyron
79 #79 : Sinyal Darurat Selene
80 #80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81 #81 : Api di Tengah Badai
82 #82 : Satu Langkah Lagi
83 #83 : Awal Mula Segalanya...
84 #84 : Pertempuran Aula Istana
85 #85 : Pengakuan Busuk
86 #86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87 #87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88 #88 : Darah dan Aib
89 #89 : Ketenangan Setelah Badai
Episodes

Updated 89 Episodes

1
#1 - Malam Kematian Sang Legenda
2
#2 - Bayangan dari Masa Lalu
3
#3 - Ikut Ayah
4
#4 - Harga diri Selene Kecil Yang Terluka
5
#5 - Serangan di Tengah Malam
6
#6 - Malam Berdarah dan Bayangan Masa Lalu
7
#7 - Kelahiran Kembali, Ingatan yang Tak Luntur
8
#8 - Bahaya Yang Mengintai
9
#9 - Kenangan yang Pudar, Luka yang Tertinggal
10
#10 - Bayangan di Balik Masa Lalu
11
#11 - Kembalinya Pilar Kekaisaran
12
#12 - Gideon Membungkam, Selene Menghukum
13
#13 - Kekacauan di Taman Istana
14
#14 - Kedatangan di Akademi Valdris
15
#15 - DARAH DI KORIDOR
16
#16 - Kemenangan Tanpa Ampun
17
#17 - Persidangan Sang Pemberontak
18
#18 - Sidang Dewan Akademi
19
#19 - Putusan dan Peringatan
20
#20 - Penerimaan Murid Baru & Duel Maut
21
#21 - Trial of Blood - Taruhan dan Kemenangan
22
#22 - Pengumuman Kelulusan dan Awal Kelas Politik
23
#23 - Tantangan ???
24
#24 : Sebuah Pertemuan yang Tak Terduga
25
#25 - Duel di Arena Gladiator
26
#26 - Surat yang Datang di Malam Hari
27
#27 : Persekongkolan di Balik Hierarki
28
#28 : JALAN MENUJU KEBANGKITAN
29
#29 : Topeng Yang Retak
30
#30 : Pecahnya Ilusi
31
#31 : Kebangkitan Ravenhollow
32
#32 : Kemenangan Mutlak Selene & Perjamuan Istana
33
#33 : Konfrontasi???
34
#34 : Darah dan Nama
35
#35 : Perang Kata - Kata
36
#36 : Kau Kembali...
37
#37 : Jejak yang Terhapus oleh Waktu
38
#38 : Rahasia Yang Terpendam
39
#39 : Reuni Keluarga
40
#40 : Diantara Bisikan Dan Sorotan
41
#41 : Luka Yang Tak Pernah Sembuh
42
#42 : Sarang Menuju Bahaya
43
#43 : Daging Busuk dan Api Dendam
44
#44 : Bukan Putri Mereka
45
#45 : Warisan Darah dan Hukum
46
#46 : Wasiat dan Warisan
47
#47 : Ulang Tahun
48
#48 : Di Bawah Cahaya yang Redup
49
#49 : Satu Cincin dan Jalan Menuju Valtoria
50
#50 : Kota Berlian dan Tikus yang Berani
51
#51 : Gugurnya Tikus dan Mahkota Kotor
52
#52 : Meninggalkan Valtoria
53
#53 : Kau Menyebut Tempat Itu Rumah
54
#54 : Bukan Untukmu, Bukan Untukku
55
#55 : Wajah Tersembunyi
56
#56 : Jaring yang Tak Terlihat
57
#57 : Kode Etik Diplomasi Kekaisaran
58
#58 : Diambang Malam Yang Menentukan
59
#59 : Acara Jamuan Dimulai
60
#60 : Lelaki Yang Salah Menyentuh Api
61
#61 : Reputasi yang Membakar Sayap
62
#62 : Harmoni Keluarga
63
#63 : Pagi Yang Menggoda
64
#64 : Tangan Yang Mengepal
65
#65 : Hanya Untuk Terasa Hidup
66
#66 : Rumah yang Tak Pernah Menuntut Apa-apa
67
#67 : Malam Para Penerus
68
#68 : Ketukan di Tengah Malam
69
#69 : Langkah Pertama di Medan Api
70
#70 : Kemenangan Pertama
71
#71 : Kelembutan...
72
#72 : Terlambat Datang
73
#73 : Lucian Ignis vs Leo Varkann
74
#74 : Damien Von Adler vs Ethan Varkann
75
#75 : Selene d'Aragon vs Julius Thorne
76
#76 : Dan Ketukan Pun Datang
77
#77 : Pertaruhan Tak Terucap
78
#78 : Hutan Veyron
79
#79 : Sinyal Darurat Selene
80
#80 : Di Bawah Langit yang Terkutuk
81
#81 : Api di Tengah Badai
82
#82 : Satu Langkah Lagi
83
#83 : Awal Mula Segalanya...
84
#84 : Pertempuran Aula Istana
85
#85 : Pengakuan Busuk
86
#86 : Permintaan Maaf atau Alasan
87
#87 : Matahari di Atas Reruntuhan
88
#88 : Darah dan Aib
89
#89 : Ketenangan Setelah Badai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!