7. Tak Pernah Belajar

Akay menggeleng, ekspresi wajahnya seperti tak percaya. "Selama jadi siswa aku selalu jadi teladan. Nilai bagus, nggak pernah langgar aturan, jadi kebanggaan sekolah."

Ia menoleh tajam ke arah Aylin. "Tapi kenapa malah punya istri geng tawuran?"

Aylin memutar matanya. "Terus kenapa?"

Akay lanjut mengeluh. "Aku merasa jadi anak yang berbakti, penurut. Nggak pernah bikin orang tua malu." Ia melirik Aylin dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Tapi kenapa istriku durhaka dan bikin onar?"

Aylin yang tadinya menatap jendela langsung berbalik menatapnya tajam.

"Kalau nggak mau punya istri durhaka dan suka tawuran, ceraikan aku!" ujarnya tajam.

Akay mendengus. "Heh, ceraikan kau? Nggak segampang itu, bocah!"

Aylin menyilangkan tangan. "Bocah, bocah, bocah! Kau tahu 'kan aku bukan anak kecil?"

Akay mengangkat alis. "Kalau bukan anak kecil, kenapa masih pakai seragam SMA?"

Aylin mengepalkan tangan. "Aku sekolah! Bentar lagi lulus dan masuk kuliah!"

Akay menyipitkan mata. "Oh? Sekolah? Sekolah macam apa yang ngajarin muridnya bawa sajam dan tawuran, hah?"

Aylin menggeram. "Aku nggak bawa sajam! Dan aku bukan bagian dari geng tawuran!"

"Terus kenapa kau ikut-ikutan lari dan pukul-pukulan?" Akay membalas cepat.

Aylin menggertakkan giginya. "Aku...Itu urusanku!"

Akay menepuk setir, frustrasi. "Kau ini keras kepala atau bebal, sih? Mau sampai kapan main-main seperti ini?"

Aylin menyeringai sinis. "Sampai kau menceraikanku."

Akay mendecih, lalu menatapnya tajam. "Kau pikir aku bodoh? Kalau aku ceraikan kau, aku harus bayar seratus miliar! Otakku masih waras, dek!"

Aylin mendengus. "Pelit!"

Akay memutar matanya. "Bukan pelit, tapi aku masih suka uangku. Aku mengumpulkannya dengan bekerja keras, bukan dengan cara menipu apalagi korupsi duit rakyat."

Aylin menyilangkan tangan, menatap jendela lagi. "Huh! Aku juga masih suka kebebasanku."

Akay mendengus, menahan diri untuk tidak mengetukkan kepalanya ke setir. "Tuhan, tolong beri hamba kesabaran."

Di Apartemen Akay

Aylin melangkah masuk ke apartemen minimalis itu, matanya menyapu seluruh ruangan. Terlalu rapi. Terlalu bersih. Seakan tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Baru saja ia hendak mengomentari betapa membosankannya tempat ini, tiba-tiba sesuatu melayang ke wajahnya.

Pluk!

Sebuah handuk, kaus, dan celana training mendarat tepat di mukanya.

"Mandi." Akay bersandar di ambang pintu dengan tangan terlipat di dada, nadanya datar tapi tak bisa ditawar.

Aylin mendengus, mendelik kesal. "Kasar banget, sih! Nyuruhnya kayak bos ke anak buah!"

"Mandi," ulang Akay, kali ini dengan tekanan lebih kuat.

"Ogah! Lagian, gue tetap cantik meski nggak mandi!" Aylin menegakkan dagunya penuh percaya diri.

Akay mengangkat alis, seolah menimbang ucapannya. "Iya, sih. Tetap cantik, imut dan menggemaskan meski nggak mandi."

Aylin tersenyum puas, mengibaskan rambutnya dramatis. "Tentu saja!"

Tapi senyum Akay berubah menjadi seringai tajam. "Tapi bau."

Aylin terhenti, wajahnya menegang seketika. Matanya menyipit, tangannya mengepal. "Dasar cabai setan!"

Akay terkekeh, matanya penuh tantangan. "Mau kubantu mandi?"

"Gila! Mesum!" Aylin langsung mundur selangkah, waspada. Matanya melotot seolah Akay baru saja menyarankan hal paling menjijikkan di dunia.

Dengan wajah masih kesal, ia masuk ke kamar yang ternyata bersebelahan dengan kamar Akay.

"Nyebelin banget sih orang itu?! Pengen banget aku tendang!" gerutunya sambil melempar pakaiannya ke keranjang.

Tangannya terhenti di udara. Wajahnya mengernyit, lalu mendengus kesal.

"Tapi kenapa setiap dia muji, aku malah tersanjung? Seolah—aku haus pujian?! Padahal kalau cowok lain yang muji, aku biasa aja! Tapi kalau dia…"

Aylin menatap bayangannya di cermin, napasnya memburu.

"Argh! Sial! Kenapa aku malah jadi GeEr?! Apa-apaan ini?!"

Dengan wajah memerah dan hati berdebar, ia buru-buru masuk ke kamar mandi, seolah air bisa mencuci kebingungan dalam kepalanya.

Ia meremas handuk yang baru saja diambil, "Kenapa aku nggak pernah belajar?! Akay itu selalu begitu! Naikin aku ke awan, lalu ngehempasin tanpa ampun!"

Aylin menggeram pelan, "Dasar pria menyebalkan! Cabai setan!"

Namun, semakin ia mencoba membenci, semakin suara Akay terngiang di kepalanya. Cara pria itu memandangnya, nada bicaranya yang santai tapi menusuk, bahkan seringai sinis yang selalu sukses membuat jantungnya berdebar tanpa izin.

"Tsk! Aku nggak boleh begini terus! Aku harus kebal sama omongannya!"

Dengan penuh tekad, Aylin bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan jatuh ke dalam permainan Akay lagi. Tapi… bisakah ia benar-benar menepati janji itu?

Beberapa menit kemudian, Aylin keluar dengan rambut setengah kering, kaus kebesaran Akay menjuntai di tubuh mungilnya hingga paha.

Akay yang duduk santai di sofa dengan kaus lengan pendek dan celana pendek langsung mendongak dan melihatnya.

Sekali lagi, ia memijat pelipisnya, menahan kesabaran yang semakin menipis.

"Kenapa?" Aylin menyipitkan mata. "Pusing? Mau kubelikan Baygon?"

Akay mendengus, menatapnya dengan ekspresi lelah. "Dasar istri durhaka! Celana yang kuberikan ke mana?" Nada suaranya terdengar putus asa menghadapi gadis satu ini.

Aylin menyeringai, menaikkan satu alis. "Kenapa? Kau takut tergoda melihat pahaku?"

Akay terdiam satu detik sebelum tertawa sinis. "Tergoda? Hah! Bocah bau kencur kayak kamu?"

Aylin mendengus, melipat tangan di dada. "Kalau aku bocah, kenapa kau menikahiku dan repot-repot menyeretku ke sini?"

Akay mendecih. "Karena aku nggak mau masuk berita gara-gara istriku yang otaknya nggak dipakai ikut tawuran."

Aylin menegakkan dagunya. "Aku nggak ikut tawuran! Aku cuma—"

"Cuma apa? Cuma pamer betis di tengah lapangan?" Akay menyelanya cepat.

Aylin langsung mendelik. "Hei! Kau pikir aku apa, hah? Aku ini korban keadaan!"

Akay tertawa pendek. "Korban keadaan? Tolong, dek. Itu alasan basi."

Aylin mendengus, melangkah lebih dekat ke arahnya. "Aku nggak peduli. Yang penting sekarang aku mau makan."

Akay mengangkat bahu. "Silakan. Tapi sebelum makan, pakai celanamu."

Aylin tersenyum manis tapi dengan aura menantang. "Kalau takut tergoda, kau bisa lihat ke arah lain, tahu?"

Akay menghela napas panjang, menatap gadis yang jauh lebih pendek darinya itu lama sebelum akhirnya menggumam, "Ya Tuhan, kenapa aku dapat istri model begini?"

Aylin tersenyum penuh kemenangan. "Karena kau belum menceraikanku, SAYANGG."

Akay menutup wajah dengan satu tangan, tahu bahwa perdebatan ini tidak akan pernah berakhir.

Aylin memutar bola matanya malas. "Udah, nggak usah drama! Aku lapar! Mana makanannya? Jangan bilang kau nggak mau ngasih makan istrimu."

Akay menghela napas kasar, jelas mulai kehilangan kesabaran. "Di kulkas ada bahan buat masak."

Aylin menatapnya tajam. "Maksudmu? Kau menyuruh aku masak?"

"Sebagai seorang istri, sudah seharusnya kau menyiapkan makanan untuk suamimu," sahut Akay tanpa ragu, seolah itu adalah fakta mutlak.

Aylin mendengus. "Aku istrimu, bukan babumu!"

Alih-alih terpancing, Akay hanya mengangkat bahu dan berjalan menuju ruang kerjanya. "Kalau lapar, masak. Kalau nggak, ya udah, tahan aja laparnya," ucapnya santai sebelum menutup pintu, meninggalkan Aylin yang kini mendelik kesal.

Akay memutuskan untuk menghindari istrinya sementara waktu dan fokus pada pekerjaannya di ruang kerja. Tapi, Aylin yang tidak suka diabaikan malah sengaja masuk ke ruangan itu, duduk di kursi kerja Akay dengan santai.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Akay tajam.

Aylin mengangkat bahu. "Bosan."

"Lalu?" Akay mengerutkan kening.

"Kau suamiku, 'kan? Harusnya menghibur istrimu yang bosan," jawabnya seenaknya.

Akay menghela napas panjang, mencoba mengabaikan Aylin, tapi gadis itu malah mulai mengusik barang-barang di meja kerjanya. Aylin bahkan iseng membaca dokumen proyek yang sedang dikerjakan Akay.

"Huh? Kau sibuk banget cuma buat ini?" Aylin menatapnya dengan ekspresi mengejek.

"Itu proyek bernilai miliaran. Jangan sentuh sembarangan!" Akay reflek menarik dokumen dari tangan Aylin, tapi gadis itu malah tertawa kecil.

"Tuh, 'kan, kau gampang banget kesal." Aylin menyender di kursi dengan ekspresi puas. "Aku penasaran, sebenarnya tipe wanita seperti apa yang bisa membuatmu jatuh cinta?"

..."Ketika kamu merasa lelah menghadapi drama dalam hubunganmu, ingatlah bahwa setiap ujian adalah tangga menuju derajat yang lebih tinggi. Mungkin, dengan cinta dan kesabaranmu, kamu bisa mengubah 'pembuat masalah' menjadi 'pemecah masalah'."...

...🌸❤️🌸...

Jika cerita ini tidak sesuai dengan ekspresimu, mohon tinggalkan tanpa memberikan ulasan negatif. Jangan menabung bab karena akan merugikan penulis. Dukungan berupa "like" dan komentar positif sangat diharapkan untuk menambah semangat penulis. Terima kasih! 🤗

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

menurutku ceritanya seru kok , dan selalu merasa penasaran dengan bab selanjutnya . semangat kak ... teruslah berkarya meski hasil tak sesuai dengan harapan . do'aku semoga kebaikanmu mendapatkan balasan yang lebih baik dan lebih banyak dari yang Maha Kuasa .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-27

7

asih

asih

itu sebenarnya aylin Masih anake sekolah atay mahasiswi ya .?

ceritanya bagus koo kak apalagi kata mutiaranya,

maaf juga ya kadang seharian sibuk kerja malam sdh capek langsung tidur g sempet buka² HP bukan maksud jg utk nabung bab 😌 🙏🙏

2025-02-28

1

Lia_Sriwijaya

Lia_Sriwijaya

baru gabung hari ini Thor... cerita nya menarik, dannn sangat sukaaa .. mmg kak, ga akan bisa memenuhi semua sesuai harapan orang, ya begitulah, ttp semangat ya... tgl baca aja kok ya bnyk maunya ..

2025-03-07

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!