8. Tiket ke Neraka Kesabaran

Akay menyunggingkan senyum misterius. "Tipe wanitaku? Jelas bukan gadis bau kencur yang hobinya bikin onar sepertimu."

Aylin pura-pura menghela napas. "Kasihan sekali kau, suamiku. Sudah tua, menikah dengan gadis muda seperti aku, tapi tetap tidak bisa menikmati masa pernikahan yang indah."

Akay mengusap wajahnya dengan frustrasi. "Sudah, keluar dari ruang kerjaku. Aku sibuk."

Tapi, Aylin justru makin menempel ke meja kerja, bertopang dagu sambil menatap Akay penuh rasa ingin tahu. "Hmm… atau jangan-jangan kau takut akhirnya benar-benar jatuh cinta padaku?"

Akay terdiam sejenak sebelum tertawa sinis. "Mimpi saja terus, Bau Kencur."

"Kalau tahu aku bau kencur kenapa kamu nikahi?" tanya Aylin tersenyum sinis menaikkan kakinya di atas meja kerja Akay.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Akay tajam, matanya langsung tertuju pada kaki Aylin yang dengan santainya bertengger di mejanya. Rahangnya mengencang, jemarinya mencengkeram erat dokumen di tangannya. "Turunkan kakimu dari mejaku sebelum aku benar-benar melemparmu keluar!"

Aylin mendengus, lalu mengerucutkan bibir. "Aku lapar. Suami macam apa yang nggak ngasih makan istrinya?" Nada suaranya terdengar menantang, tapi matanya sekilas memancarkan keraguan. Aura kemarahan pria di depannya terasa menekan, membuat dadanya sedikit berdebar, namun ia buru-buru menepis rasa takut itu dan tetap berlagak santai.

Akay menghela napas panjang, berusaha menahan emosinya. Sekilas, ia menangkap kilatan ketakutan di mata istrinya, meskipun gadis itu mati-matian mencoba menyembunyikannya. Ia menghempaskan dokumen ke meja, lalu menatap Aylin dengan ekspresi lelah. "Sudah kubilang, kalau lapar, masak sendiri."

Aylin berdecak kesal. "Zaman udah maju gini, tapi masih aja ada yang bikin hidup kayak zaman batu. Kan bisa dilevery food?"

Akay mendengus, jelas kesabarannya mulai menipis. "Dengar, kalau lapar masak sendiri. Kalau nggak mau, ya udah! Jangan ganggu aku!"

Ia lantas kembali fokus pada dokumennya, sementara Aylin mendelik kesal, merutuki nasibnya yang punya suami tanpa rasa belas kasihan.

Aylin tiba-tiba menurunkan kakinya dari meja dan bangkit dari kursi. "Baiklah, kalau begitu aku akan bersenang-senang sendiri."

"Jangan bikin masalah." Akay mengingatkan dengan nada waspada.

"Tentu saja tidak," jawab Aylin dengan senyum penuh misteri sebelum keluar dari ruang kerja.

Akay mengerutkan dahi, merasa firasatnya tidak enak. "Sial, dia pasti berencana melakukan sesuatu yang menyebalkan lagi."

Dan benar saja, tak lama kemudian terdengar suara keras dari dapur. Akay langsung bangkit dengan kesal. "AYLIN! Apa lagi yang kau lakukan sekarang?!"

Akay buru-buru keluar dari ruang kerja dan menemukan Aylin di dapur dengan ekspresi tak bersalah, sementara panci di kompor mengeluarkan asap tipis.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Akay langsung berjalan cepat ke arah kompor dan mematikan api.

Aylin hanya mengedipkan mata dengan polos. "Masak mie instan, karena suamiku pelit."

Akay menatap dapur yang sudah berantakan. Ada bungkus mie yang tercabik, telur yang pecah di lantai, dan entah bagaimana, ada sendok yang nyangkut di ventilasi dapur.

"INI KENAPA DAPURNYA JADI MEDAN PERANG?!"

Aylin mengangkat bahu. "Biasa saja, 'kan? Kau belum pernah lihat dapur setelah wanita cantik memasak?"

Akay memijit pelipisnya. "Aku baru tahu ada orang yang bisa bikin mie instan seberantakan ini."

Aylin cemberut. "Habisnya, tadi aku mau masak telur ceplok, tapi telurnya malah jatuh. Aku coba pecahin yang lain, eh malah terlalu keras. Lalu aku mau aduk mie-nya, tapi sumpitnya licin, jadi sendoknya yang masuk duluan…"

Akay menghela napas dalam-dalam. "Kau benar-benar bocah bau kencur yang tidak bisa diandalkan."

Aylin mendengus. "Huh! Kalau tak suka, jangan makan!"

Akay memandang panci yang isinya nyaris jadi bubur karena terlalu lama direbus. Lalu, dia menatap Aylin yang memasang ekspresi menantang.

"Aku lapar," kata Akay akhirnya.

Aylin tersenyum lebar. "Bagus! Kalau begitu, kau yang masak!"

Akay mengerutkan dahi. "Tunggu. Bukannya seharusnya kau yang masak untuk suamimu?"

"Ya, tapi kau bilang aku tidak bisa diandalkan," balas Aylin dengan senyum jail.

Akay menatap istri kecilnya dengan tatapan tajam, sementara Aylin justru menatap balik dengan penuh kepuasan. Setelah beberapa detik perang tatapan, Akay mendengus dan akhirnya mengambil alih dapur.

"Dasar menyebalkan."

"Terima kasih, suamiku SAYANGG!" Aylin tertawa senang, lalu dengan santai duduk di atas meja dapur, mengayunkan kakinya sambil menonton Akay memasak. Matanya berbinar penuh antusias, seperti anak kecil yang menemukan tontonan menarik.

"Dia jago juga ternyata," pikirnya, tanpa sadar memerhatikan gerakan lincah suaminya mengolah bahan makanan. "Siapa sangka pria menyebalkan ini bisa masak?" Matanya mengikuti setiap gerakan Akay—dari cara dia memotong bahan dengan presisi, menuangkan bumbu dengan takaran sempurna, hingga bagaimana lengan berototnya terlihat saat mengaduk masakan di wajan.

"Astaga… ototnya…" Aylin menggigit bibir, mendadak teringat bagaimana pria itu menumbangkan beberapa siswa hanya dalam hitungan detik. "Secepat dan sekuat itu..."

Akay, yang sejak tadi merasa diawasi, melirik sekilas sebelum menyeringai iseng. "Kenapa? Terpesona, ya?" tanyanya dengan nada menggoda, lalu menyendok kuah untuk mencicipinya. "Aku tampan 'kan?"

Aylin tersentak dari lamunannya. "Sial! Kenapa aku malah ngelihatin dia?!" Wajahnya seketika memanas, tapi tentu saja gengsinya lebih besar. Dengan cepat, dia melipat tangan di dada dan mendelik.

"Najis!" serunya, berusaha terdengar setenang mungkin, meskipun dia tahu telinganya mulai memerah.

Akay terkekeh pelan, seolah bisa membaca pikirannya.

Tanpa berkata lagi, Aylin melompat turun dari meja dapur, lalu berjalan ke meja makan dengan wajah cemberut. "Dasar pria menyebalkan!" gumamnya dalam hati, berusaha mengabaikan debar aneh di dadanya.

Di Meja Makan. Akay

Akay meletakkan dua piring di atas meja makan dengan wajah datar. Ia sudah cukup lelah menghadapi istrinya yang penuh drama sepanjang hari ini.

"Makan."

Aylin mendengus sebelum menyeret kursinya dengan santai, lalu duduk tanpa beban. Begitu melihat makanan yang disajikan, ia menaikkan satu alis. "Cuma ini? Kau nggak punya menu lain?"

Akay melipat tangan di dada. "Itu makanan, bukan dekorasi. Kalau nggak suka, silakan kelaparan."

Aylin mendecih. "Pelit banget." Tapi akhirnya ia mengambil sendok dan mulai makan.

Baru beberapa suapan, Aylin dengan santainya menaikkan satu kakinya ke kursi, duduk dengan posisi seenaknya.

Akay yang baru saja akan menyendok makanannya langsung berhenti. Tatapannya tajam ke arah Aylin. "Turunkan kakimu!"

Aylin hanya mengunyah makanannya tanpa dosa. "Kenapa? Ini lebih nyaman."

Rahang Akay mengatup rapat. "Aylin, ini meja makan, bukan warung pinggir jalan."

Aylin tersenyum penuh tantangan. "Oh, maaf, suamiku SAYANGG. Aku lupa kau orangnya rapi dan beretika tinggi."

Akay menutup mata sejenak, menahan diri agar tidak menyumpahi istrinya sendiri. "Turunkan. Kakimu. Sekarang!"

Aylin justru menaikkan kaki satunya lagi, bersedekap dengan ekspresi menyebalkan. "Nggak mau. Kau bisa apa?"

Akay menghela napas panjang sebelum menatap Aylin tajam. "Kalau begitu, makan di lantai sana. Itu tempat yang pas buat yang nggak tahu sopan santun."

Aylin terkekeh. "Wah, kau tega sekali mengusir istrimu sendiri."

"Istri macam apa yang ikut tawuran, berpakaian nggak bener, nggak bisa masak dan makan kayak preman?" balas Akay cepat.

Aylin menjulurkan lidah. "Istri yang tidak bisa kau ceraikan."

Akay menggeram, sudah hampir kehilangan kesabaran. "Kau sengaja, 'kan, Aylin?"

Aylin mengangkat bahu, mengambil satu sendok nasi dan mengunyahnya dengan puas. "Tentu saja. Aku suka melihat wajah kesalmu."

Akay akhirnya menjatuhkan sendoknya, menyerah. "Ya Tuhan, kenapa kau memberikan cobaan sebesar ini dalam hidupku? Dulu aku pikir istri itu pasangan hidup, bukan tiket menuju neraka kesabaran."

Aylin tertawa kecil, puas karena berhasil membuat suaminya stres sendiri.

Setelah makan malam yang penuh drama, Akay menyandarkan punggungnya ke kursi dengan ekspresi puas. "Sekarang, bereskan meja makannya," perintahnya santai, menatap Aylin yang masih sibuk menyedot sisa minumannya dengan sedotan hingga menimbulkan suara.

Aylin meliriknya sekilas lalu mengangkat bahu. "Ngapain aku yang beresin? Bukan tugas istri," katanya enteng, menaruh gelasnya di atas meja tanpa niat sedikit pun untuk bergerak.

Akay mengangkat alis, tertarik. "Oh, gitu?" tanyanya, menyeringai jail. "Terus, menurutmu tugas istri itu apa?"

...🌟...

..."Sabar itu bukan berarti lemah apalagi kalah, karena sabar membuktikan kekuatan dan kemenangan atas kendali diri." ...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

ya ampuunnn.... aku seakan ikut merasakan kejengkelan yang dirasakan Akay . bener-bener dongkol , gondok , pengen tak lempar keluar itu si Aylin .
menahan kesabaran emang berat , berat banget malah , apalagi kalau rasanya sudah diujung dan ingin meledak . haduuuhhh.... entahlah , karena aku sering merasakan apa yang dirasakan Akay , meski lawannya beda sih.... eh malah. curcol.... 🤭🤭

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-02-27

4

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Ya ampuun Aylin bikin Suamimu stres kalo tiap detik tingkahmu sangat menjengkelkaannn😇😇😇😇

2025-02-28

1

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

tanpa sadar mereka berdua sudah menjalin kedekatan...
ntar lama lama saling membutuhkan

2025-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!