17. Dicecar

Begitu Aylin berlari masuk ke sekolah, teman-temannya langsung menghambur mendekatinya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

"Astaga, Aylin! Siapa pria di mobil mewah itu?!" seru Sinta, menarik lengan Aylin dengan penuh semangat.

"Gila! Ganteng banget! Itu kakak sepupu lo, ya? Atau..." Linda menggantung kalimatnya dengan senyum penuh makna.

"Pacar lo, ya?" goda Rena, matanya berbinar-binar.

Aylin yang masih sibuk menenangkan diri setelah insiden tadi, hanya bisa mendengus frustasi. "Bukan siapa-siapa! Udah, jangan kepo!" katanya, berusaha mengalihkan pembicaraan.

Namun, tentu saja, teman-temannya tidak semudah itu menyerah.

"Bohong! Kalau bukan siapa-siapa, kenapa dia manggil lo ‘Nona Aylin’ tadi? Uhuk, romantis banget!" Sinta memeluk dirinya sendiri pura-pura kesemsem.

"Dan dia nganterin lo ke sekolah?!" Rena mengepalkan tangan dengan semangat, "Ayolah, Aylin, cerita! Itu cowok pasti spesial buat lo!"

Aylin menghela napas panjang, mencoba mencari alasan sebelum akhirnya berkata, "Dia... cuma supir pribadi baru di rumah. Titik."

Teman-temannya langsung terdiam sejenak, saling berpandangan.

Lalu, meledaklah gelak tawa mereka.

"SUPIR PRIBADI?!"

"Ya ampun, Aylin! Mau bohong yang lebih masuk akal dong!"

"Itu jelas-jelas bukan supir! Lihat aja gayanya, keren banget! Masa supir pakai jas serapi itu? Apalagi jasnya kelihatan mahal."

"Eh, kalau diingat-ingat, dia kayak cowok yang bawa Aylin pergi waktu tawuran tempo hari, ya?" gumam Rena.

"Eh, iya, ya," timpal Linda.

"Pasti pacar lo, ya?!" Sinta langsung berseru dengan nada penuh semangat.

"Ih, pantesan belakangan ini sering melamun di kelas!" Linda menimpali dengan tatapan menyelidik.

"Siapa, sih?! Kok nggak pernah cerita? Wah, lo jahat banget!" Rena pura-pura merajuk.

"Hah? Apaan sih? Bukan!" Aylin gelagapan, buru-buru mengibaskan tangannya.

"Udah, nggak usah bohong. Kita lihat sendiri pagi-pagi kamu dianterin cowok keren naik mobil mewah!"

"Fix! Itu pacarnya!"

"Nggak ada yang namanya 'fix'! Gue nggak pacaran!" Aylin mencoba menyangkal, tapi malah membuat teman-temannya semakin bersemangat menginterogasi.

"Kalau bukan pacar, terus siapa?" Linda menyipitkan mata penuh selidik.

Aylin langsung mati kutu.

Kalau dia bilang pria itu hanya teman, jelas nggak masuk akal. Kalau dia bilang saudara, mereka pasti bakal nanya lebih lanjut.

Gawat! Harus cari alasan sebelum mereka makin penasaran!

"Kalau bukan pacar, kenalin dong sama kita-kita! Siapa tahu dari kami bertiga ada yang beruntung jadiin dia gebetan," ujar Sinta dengan nada menggoda.

Aylin terdiam. Entah kenapa ada sesuatu yang terasa mengganggu di hatinya. Seperti ada yang mencubit pelan di dadanya. Kenapa rasanya nggak suka?

"Ih, aneh! Kenapa juga gue harus peduli?" batin Aylin.

"Dia... dia udah punya istri!" Aylin akhirnya asal bicara.

Seketika, tiga sahabatnya membeku.

"Hah?!" Linda melongo.

"Gila! Lo bercanda, 'kan?!" Rena sampai memegang pundak Aylin seakan memastikan dia tidak salah dengar.

"Ya ampun, Aylin! Lo jalan sama suami orang?!" Sinta menutup mulut dengan ekspresi kaget luar biasa.

Aylin langsung panik. "Bukan begitu maksudnya!"

Tapi dia sadar dia sudah menggali lubang untuk dirinya sendiri. Tanpa pikir panjang, dia langsung kabur ke kelas!

"Eh! Jelasin dulu! Jangan lari, woy!" ketiga sahabatnya berseru, tapi Aylin sudah menghilang di balik pintu.

Tiga sahabatnya langsung mengejar, memaksa Aylin berhenti karena jelas mereka tidak akan menyerah begitu saja.

"Dia saudara jauh gue! Udah punya istri juga, jadi jangan kepo lagi!" Aylin buru-buru berkata, berharap topik ini segera selesai.

Tapi bukannya berhenti, ketiga sahabatnya justru saling pandang dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

"Oh, gitu..." Linda mengangguk-angguk pelan, "Tapi kalau emang bener saudara jauh, kenapa kita baru dengar sekarang?"

"Iya," Sinta menimpali, "Dan kalau udah punya istri, kenapa waktu antar lo tatapannya kayak..." Sinta sengaja menggantungkan kalimatnya, memasang ekspresi menggoda.

Aylin mengibaskan tangan. "Udahlah! Kalau nggak percaya, tanya langsung aja sama orangnya!"

Dia berpikir, dengan begitu teman-temannya akan berhenti membahasnya.

Tapi justru sebaliknya.

"Ide bagus!" Rena tiba-tiba berseru. "Ayo kita tanyain langsung nanti kalau jemput lo lagi!"

Aylin langsung menyesal. "Eh, tunggu! Jangan—"

Terlambat. Ketiga sahabatnya sudah bersemangat ingin mencari tahu lebih banyak.

Dan kini, Aylin hanya bisa merutuki mulutnya sendiri.

***

Pulang sekolah, Aylin menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang begitu memasuki kamar. Wajahnya ditekuk, bibirnya mengerucut kesal.

"Awas aja kalau dia pulang nanti!" gerutunya, menendang-nendang udara seolah sedang melampiaskan kekesalan. Ia melirik jam dinding dan semakin mendengus. "Kapan sih, dia pulang? Aku udah nggak sabar mau marahin dia!"

Namun, kelelahan setelah seharian di sekolah ditambah emosinya yang membuncah membuatnya cepat kehilangan energi. Belum sempat merangkai kata-kata pedas untuk menyambut suaminya, kantuk mulai menyerang. Mata Aylin semakin berat, dan tak lama kemudian, ia pun tertidur di kamarnya.

Sementara itu, di luar rumah, suara mobil yang berhenti membuat Mira bergegas keluar dengan semangat. Begitu melihat Akay turun dari mobil, matanya langsung berbinar. Dengan langkah ringan dan senyum mengembang, ia mendekat.

"Tuan Akay, biar saya bawakan tasnya," tawarnya dengan nada manis, tangannya sudah terulur.

Namun, Akay bahkan tak meliriknya. Dengan satu gerakan ringan, ia mengangkat tasnya sendiri dan berjalan melewati Mira tanpa berkata apa-apa. Tatapannya lurus ke depan, ekspresinya tetap dingin seperti biasa.

Mira terdiam, bibirnya sedikit manyun karena diabaikan. Namun, rasa penasarannya tetap menggelitik.

Akay langsung menuju kamar. Begitu membuka pintu, matanya langsung tertuju pada sosok Aylin yang tertidur di atas ranjang. Napas gadis itu teratur, dengan helai rambut yang sedikit berantakan menutupi sebagian wajahnya.

Akay berdiri di ambang pintu, mengamati istrinya dalam diam. Ia bisa menebak Aylin pasti kelelahan, tapi entah kenapa, wajah tertidur itu tetap menyiratkan ekspresi kesal. Mungkin Aylin memang sedang menunggunya pulang dengan penuh amarah sebelum akhirnya terlelap.

Senyum tipis hampir terbentuk di sudut bibir Akay, tapi ia segera menggeleng pelan dan menghela napas.

"Dasar bocah," gumamnya lirih sebelum melangkah masuk dan menutup pintu dengan hati-hati agar tak membangunkan istrinya.

Beberapa menit kemudian....

Aylin menggeliat pelan di atas ranjang, matanya mengerjap beberapa kali saat kesadarannya kembali. Tidurnya nyenyak, tapi begitu ia mengingat sesuatu, kepalanya langsung terangkat.

"Oh iya! Akay!"

Ia langsung duduk dan menoleh ke arah pintu, ingin memastikan apakah suaminya sudah pulang. Namun, yang dilihatnya justru sesuatu yang membuatnya membeku di tempat.

Akay baru saja keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Rambutnya masih basah, setetes air jatuh dari ujung helainya, meluncur turun di sepanjang garis rahangnya yang tegas, lalu menghilang di antara lekukan dada bidangnya.

Aylin terpaku. Otaknya seperti berhenti bekerja selama beberapa detik.

Akay yang awalnya sibuk mengeringkan rambut, menyadari tatapan itu. Ia menoleh dan menemukan istrinya yang masih duduk di ranjang, wajahnya berubah merah seperti kepiting rebus.

Mata Aylin membelalak sebelum buru-buru menutup wajahnya dengan bantal. "AKAY!! Pakai baju dulu, dong!"

Akay menaikkan sebelah alis. "Kenapa?" tanyanya santai, tetap berdiri di tempat tanpa sedikit pun merasa risih.

Aylin mendengus dari balik bantal. "Kamu itu laki-laki, dan aku perempuan! Mana boleh seenaknya nggak pakai baju begitu?! Lagian, ini kamarku!"

Akay hanya terkekeh kecil, seolah menikmati reaksi istrinya. "Ya jelas, lah, kita suami-istri, pasti laki-laki dan perempuan. Lagipula, ini juga kamarku. Jadi, santai aja, dong, kalau aku nggak pakai baju."

Aylin semakin kesal. "Tapi ada aku di sini!"

Akay tersenyum samar lalu berjalan mendekat. Tanpa diduga, ia menunduk sedikit dan menyingkirkan bantal dari wajah Aylin, membuat gadis itu membelalak panik.

"Kita ini suami-istri, nggak ada yang perlu ditutupi. Apalagi kalau nanti kamu mulai menjalankan kewajibanmu," godanya dengan nada menggoda yang membuat darah Aylin berdesir. "Jadi, nggak usah heboh cuma karena lihat suamimu bertelanjang dada."

Wajah Aylin semakin merah. Tanpa pikir panjang, ia langsung melempar bantal ke dada Akay. "Dasar mesum! Menyebalkan!"

Akay terkekeh sambil menangkap bantal itu dengan satu tangan. Ia lalu berjalan santai menuju lemari, seolah tak terjadi apa-apa. Sementara Aylin masih sibuk menenangkan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

🤣🤣🤣🤣🤣 lucu tuh teman-temannya Aylin yang kepo maksimal . Aylin di cecar pertanyaan yang bikin dia kesel , marah , mungkin ilfil .

nah loh Aylin.... gimana jantung.... aman.... baru juga lihat Akay bertelanjang dada udah syok gitu , gimana kalau lihat yang lainnya ya . 🤭🤭🤣🤣🤣

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-03

4

kaylla salsabella

kaylla salsabella

emang Akay bawa baju ke rumah nek Ros ... perasaanku kemaren gak bawa apa" pas datang 🤣🤣

2025-03-02

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Aylin jadi lupa mau marah sama Akay karena terpesona dengan tubuh Akay yang Gagah, dan Akay tambah seneng menggodanya..kalian sangat lucu dan menghemaskaan😅😅😅

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!