19. Perdebatan Diatas Ranjang

Aylin berbaring di sisi ranjangnya dengan punggung menghadap Akay, selimut ditarik sampai ke dagunya. Ia mencoba tidur, tapi kesadaran bahwa pria menyebalkan itu ada di ranjang yang sama membuatnya sulit memejamkan mata.

Di sisi lain, Akay berbaring santai dengan satu tangan di bawah kepala, menatap punggung istrinya yang kaku seperti patung. Ia menahan senyum, lalu sengaja bergerak sedikit, membuat kasur berdecit pelan.

Aylin refleks menegang. "Jangan gerak-gerak!" desisnya kesal.

"Kenapa?" tanya Akay santai. "Takut jatuh cinta kalau aku terlalu dekat?"

Aylin langsung membalikkan badan, menatapnya dengan mata menyipit. "Aku takut kesurupan kalau melihat mukamu sebelum tidur!"

Akay terkekeh, tidak tersinggung sama sekali. Ia justru semakin jail, tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menjentikkan dahi Aylin dengan ringan.

"Aduh! Akay!" Aylin mengusap dahinya sambil mendelik.

"Refleks. Tadi kamu melotot kayak mau makan orang," jawab Akay dengan wajah tak berdosa.

Aylin mendengus, lalu memilih berbalik lagi, memunggungi Akay. Tapi baru beberapa detik kemudian, ia merasakan sesuatu yang aneh.

Ada hawa panas di belakangnya.

Perlahan, Aylin melirik ke belakang... dan langsung membelalak. Akay berbaring miring, wajahnya hanya beberapa inci dari punggungnya!

"Apa-apaan kamu?!" Aylin refleks mendorong bahunya.

Akay tertawa kecil. "Ranjangnya sempit, aku juga butuh ruang."

"Ranjangnya besar!" seru Aylin, frustrasi. "Geser ke sana!"

"Tapi di sini lebih hangat," Akay beralasan sambil menutup mata seolah siap tidur.

Aylin menggeram, lalu dengan niat penuh mendorong Akay lebih jauh—tapi pria itu justru tanpa sengaja kehilangan keseimbangan dan...

Bruk!

Akay jatuh ke lantai.

Suasana hening sejenak.

Aylin berkedip beberapa kali, lalu menahan tawa dengan susah payah. Tapi melihat ekspresi Akay yang bengong di lantai, ia tidak bisa menahan diri lebih lama.

"HAHAHAHA!" Aylin tertawa terpingkal-pingkal sambil memeluk perutnya.

Akay yang awalnya terkejut, akhirnya mengangkat wajah dan menyipitkan mata ke arah istrinya yang masih tertawa puas.

"Tega banget sih, Lin," Akay pura-pura mengeluh. "Aku ini suamimu, tahu!"

Aylin menyeka air matanya karena terlalu banyak tertawa. "Salah sendiri! Siapa suruh ganggu aku tidur?"

Akay bangkit, kembali ke atas ranjang dengan tatapan penuh niat balas dendam.

Aylin yang menyadari gelagat berbahaya itu langsung memundurkan tubuhnya. "Akay... jangan macam-macam!"

Tapi sudah terlambat.

Dengan gerakan cepat, Akay mencubit pinggang Aylin yang langsung berteriak kegelian.

"Akaaaay! Berhenti!" Aylin tertawa sambil meronta-ronta.

"Tidak sampai kamu minta maaf karena menjatuhkanku," jawab Akay dengan senyum jail, terus menggelitik pinggang istrinya.

Aylin semakin tertawa keras, mencoba menepis tangan Akay. Tapi pria itu tidak berniat berhenti.

"Aku menyerah! Aku menyerah! Maaf!" Aylin akhirnya berteriak di antara tawanya.

Akay akhirnya berhenti, tertawa kecil melihat wajah istrinya yang sudah merah karena terlalu banyak tertawa.

Aylin terengah-engah, menatap Akay dengan sebal, lalu menarik selimutnya cepat dan kembali membelakangi pria itu. "Dasar menyebalkan," gumamnya pelan.

Akay tersenyum puas. "Selamat tidur, istri kecilku."

Aylin hanya mendengus, tapi sudut bibirnya tanpa sadar sedikit terangkat.

Sejenak suasana menjadi hening. Namun Aylin yang tidur membelakangi Akay tiba-tiba membuka matanya. Sesuatu terlintas dalam pikirannya, membuatnya sedikit gelisah. Setelah beberapa detik ragu, akhirnya ia berdeham pelan sebelum berbicara.

"Kay," panggilnya tanpa menoleh.

"Hm?" Akay yang sedang setengah mengantuk hanya menanggapi dengan gumaman.

"Aku nggak usah dianter ke sekolah lagi," lanjut Aylin, suaranya terdengar lebih hati-hati. "Gimana kalau ada yang curiga? Kalau sampai ketahuan aku sudah menikah, bisa-bisa aku dikeluarkan dari sekolah."

Akay yang tadinya hampir terlelap, langsung membuka matanya. Ia menoleh ke arah punggung Aylin dan menaikkan sebelah alis. "Oh, jadi itu yang kamu pikirin sebelum tidur?" tanyanya santai.

Aylin mengangguk kecil. "Iya, serius, Kay. Aku nggak mau dikeluarin dari sekolah gara-gara ini."

Alih-alih menjawab dengan serius, Akay justru menyeringai kecil. Dengan gerakan cepat, ia menarik pinggang Aylin hingga tubuh mungil itu hampir menempel padanya.

"Akay!" Aylin terkesiap, berusaha menjauh, tapi Akay malah menahan lebih erat.

"Kamu takut ketahuan sudah menikah?" bisiknya tepat di telinga Aylin, membuat gadis itu merinding.

"T-tentu aja! Ini masalah besar!" Aylin berusaha tetap tegas meski wajahnya sudah mulai memerah.

Akay terkekeh pelan. "Kalau ketahuan, kita tinggal nikah ulang aja. Biar sekolahmu sekalian jadi saksi," ujarnya santai.

Aylin mendelik, mendengus kesal. "Dasar nggak serius!"

Akay tertawa kecil, lalu dengan santai menyandarkan dagunya di pundak Aylin. "Tenang aja. Aku bakal pastiin nggak ada yang curiga. Tapi kalau kamu tiba-tiba pengen pamer suami gantengmu ke satu sekolah, aku juga nggak keberatan, sih."

Aylin langsung mendengus frustrasi. "Lupakan! Aku ngomong sama tembok aja pasti lebih masuk akal daripada ngomong sama kamu!"

Akay hanya terkekeh puas sebelum akhirnya kembali memeluk istrinya erat.

Aylin merasakan lengan Akay melingkar erat di pinggangnya, membuat tubuhnya benar-benar terperangkap. Ia langsung menegang.

"Akay, lepasin," protesnya, mencoba mendorong lengannya.

Namun, pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mendekatkan wajahnya ke leher Aylin. "Nggak mau," gumamnya dengan nada malas, seolah sedang menikmati posisi mereka saat ini.

Aylin menggigit bibirnya, wajahnya mulai memanas. "Jangan manja, ah!"

"Aku nggak manja. Aku cuma menikmati waktu bersama istri kecilku," balas Akay santai, suaranya terdengar lebih berat dan tenang.

Aylin semakin gelisah. Ia bisa merasakan setiap hembusan napas Akay menyentuh kulitnya, membuat jantungnya berdebar tak karuan. "K-kalau kamu nggak lepasin, aku bakal—"

"Bakal apa?" potong Akay cepat, suaranya terdengar menggoda.

Aylin terdiam. Otaknya mendadak kosong. Sial! Kenapa dia malah jadi gugup begini? Seharusnya dia bisa marah atau minimal memberikan ancaman yang lebih tegas, tapi tubuhnya malah mematung.

Akay yang menyadari Aylin hanya diam malah terkekeh kecil. "Kamu nyaman, ya?" godanya.

Aylin spontan mengerang frustrasi. "Enggak!" buru-buru ia menyangkal, tapi suaranya malah terdengar tidak yakin.

"Ah, masa?" Akay semakin mendekatkan wajahnya, nyaris menyentuh pipi Aylin.

Aylin menutup mata erat-erat, menahan rasa malu yang makin menumpuk. Kenapa dia nggak bisa mendorong pria ini? Kenapa dia malah membiarkan dirinya terus dipeluk seperti ini?

Lalu, Akay tiba-tiba tertawa kecil dan melepaskan pelukannya sedikit. "Ya udah, kalau kamu nggak nyaman, aku kasih ruang."

Aylin langsung berbalik, siap membalas dengan omelan panjang. Tapi yang ia lihat malah senyum jail di wajah suaminya.

"Kamu mau bilang apa?" tanya Akay santai, tetap mempertahankan ekspresinya yang menyebalkan.

Aylin mengepalkan tangannya. "Dasar laki-laki menyebalkan!" Dengan gerakan cepat, ia menarik selimut dan membenamkan wajahnya, berusaha menyembunyikan pipinya yang sudah merah padam.

Akay menatap istrinya yang kini bersembunyi di balik selimut dengan ekspresi geli. Ia bisa melihat ujung telinga Aylin yang memerah, tanda jelas kalau gadis itu tengah malu.

"Hei," panggil Akay, menepuk pelan punggung Aylin yang masih bergeming di dalam selimut. "Masa diam aja?"

Aylin tetap tak merespons. Ia berusaha keras mengabaikan keberadaan pria di sebelahnya, berharap Akay bosan dan akhirnya tidur. Tapi ternyata harapannya sia-sia.

Akay justru semakin menggoda. Ia menarik sedikit selimut yang menutupi kepala Aylin, mengintip ke dalam. "Jangan ngambek gitu, dong. Aku cuma becanda."

"Aku nggak ngambek!" sahut Aylin cepat, buru-buru menutup wajahnya lagi.

Akay tertawa kecil. "Terus, kenapa sembunyi? Apa jangan-jangan kamu malu?"

Aylin spontan menendang kaki Akay di bawah selimut. "Enggak!"

"Eh! Jangan main tendang dong!" Akay refleks menahan kaki Aylin dengan kakinya sendiri, lalu dengan cepat ia berguling, mengurung tubuh Aylin di bawahnya.

Mata Aylin membelalak. "A-Akay! Minggir!"

Tapi Akay malah menatapnya dengan smirk khasnya. "Kamu sendiri yang mulai duluan, lho."

"Siapa yang mulai?!" Aylin berusaha mendorong dada Akay, tapi pria itu tetap bergeming.

"Kalau kamu masih mau tendang-tendang, aku bakal balas."

Aylin menatap curiga. "Balas gimana?"

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

asih

asih

akay menikah ma Anak sma tingkat Jadi ke kanak-kanak-an juga mungkin masa remaja kurang bahagia tuh Kan biasa cuek,dingin,g suka bercanda,g banyak ngomong giliran sdh nikah langsung berubah dratis tuh sifat 😅😅😅😅
dah tidur Sono kalian berdua itu jangan ribut terus 🤣😂😂 reader juga ma tidur kayaknya besok masak pagi buat sahur

2025-03-03

2

sum mia

sum mia

oalah....kapan tidurnya kalau debat terus , ngeyel terus , ribut terus , paling juga ujung-ujungnya Aylin dicipok sama Akay . dari situ mulai ketagihan tuh mereka pengennya ngokop mulu .
dah lah.... terserah kalian mau ngapain , aku tunggu kisah kalian selanjutnya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-03-03

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

pasutri ini sangat kocak dan kalian tidak akan bisa tidur kalo berdebat terus..tp seru juga ya lihat kalian berdua..Akay menang sudah membuat Aylin tidak berkutik lg..kungkung saja Kay

2025-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kecelakaan Jebakan
2 2. Pernikahan Tanpa Cinta
3 3. Bendera Kuning
4 4. Amplop
5 5. Kabur
6 6. Tawuran
7 7. Tak Pernah Belajar
8 8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9 9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10 10. Godaan
11 11. Takut Tidur
12 12. Sejak Kapan?
13 13. Janda Genit
14 14. Tumirah Caper
15 15. Pagi yang Menyenangkan
16 16. Sengaja
17 17. Dicecar
18 18. Insiden Handuk
19 19. Perdebatan Diatas Ranjang
20 20. Mencari Kehangatan
21 21. Cemburu
22 22. Taruhan
23 23. Kejutan di Garis Finis
24 24. Hotel?
25 25. Nurut?
26 26. Calon Suami
27 27. Ending yang Sama
28 28. Gara-gara Suami
29 29. Balapan Lagi
30 30. Akay Datang
31 31. Hancurkan
32 32. Rencana Busuk
33 33. Topik Utama
34 34. Pujian
35 35. Memilih Diam
36 36. Pesta Ultah
37 37. GPS
38 38. Mabuk
39 39. Mengamankan
40 40. Konsekuensi
41 41. Skenario Baru
42 42. Permintaan Maaf
43 43. Pisah Ranjang
44 44. Menyerah atau Bertahan?
45 45. Akay dan Bismo
46 46. Menolak
47 47. Rencana Lain
48 48. Bukan Pertama Kalinya?
49 49. Panik
50 50. Lebih Rendah dari Sampah
51 51. Satu-satunya
52 52. Kambing Hitam
53 53. Sesuatu yang Lebih Besar
54 54. Pembicaraan Intens
55 55. Jodoh?
56 56. Apa Kurang Berarti?
57 57. Harga Diri
58 58. Rindu
59 59. Cerdas Menilai Situasi
60 60. Harusnya
61 61. Perasaan Aman
62 62. Pesan
63 63. Terlalu Dangkal
64 64. Cara Berbaikan
65 65. Sepenuhnya
66 66. Hiburan Pagi Hari
67 67. Antara Khawatir dan Cemburu
68 68. Tahanan
69 69. Klaim
70 70. Tunjukkan
71 71. Pijatan
72 72. Peringatan Terselubung
73 73. Melampiaskan Cemburu
74 74. Ketahuan
75 75. Ciuman Receh
76 76. Mengarahkan Target
77 77. Seni
78 78. Peringatan
79 79. Lebih Horor
80 80. Di Luar Dugaan
81 81. Bagaimana?
82 82. Karena Balas Budi
83 83. Mengelak
84 84. Hilang
85 85. Aksi Jalanan
86 86. Enggan
87 87. Toleransi
88 88. Jawaban Samar
89 89. Jangan-jangan...
90 90. Menjemput
91 91. Lima Menit
92 92. Tugas Baru
93 93. Akay - Bismo
94 94. Perang di Kegelapan
95 95. Mandi Malam
96 96. Kabar dari Bengkel
97 97. Telpon Misterius
98 98. Janji yang Tak Akan Pudar
99 99. Perang Dua Dunia
100 100. Informasi Valid
Episodes

Updated 100 Episodes

1
1. Kecelakaan Jebakan
2
2. Pernikahan Tanpa Cinta
3
3. Bendera Kuning
4
4. Amplop
5
5. Kabur
6
6. Tawuran
7
7. Tak Pernah Belajar
8
8. Tiket ke Neraka Kesabaran
9
9. Menyenangkan dan Menyebalkan
10
10. Godaan
11
11. Takut Tidur
12
12. Sejak Kapan?
13
13. Janda Genit
14
14. Tumirah Caper
15
15. Pagi yang Menyenangkan
16
16. Sengaja
17
17. Dicecar
18
18. Insiden Handuk
19
19. Perdebatan Diatas Ranjang
20
20. Mencari Kehangatan
21
21. Cemburu
22
22. Taruhan
23
23. Kejutan di Garis Finis
24
24. Hotel?
25
25. Nurut?
26
26. Calon Suami
27
27. Ending yang Sama
28
28. Gara-gara Suami
29
29. Balapan Lagi
30
30. Akay Datang
31
31. Hancurkan
32
32. Rencana Busuk
33
33. Topik Utama
34
34. Pujian
35
35. Memilih Diam
36
36. Pesta Ultah
37
37. GPS
38
38. Mabuk
39
39. Mengamankan
40
40. Konsekuensi
41
41. Skenario Baru
42
42. Permintaan Maaf
43
43. Pisah Ranjang
44
44. Menyerah atau Bertahan?
45
45. Akay dan Bismo
46
46. Menolak
47
47. Rencana Lain
48
48. Bukan Pertama Kalinya?
49
49. Panik
50
50. Lebih Rendah dari Sampah
51
51. Satu-satunya
52
52. Kambing Hitam
53
53. Sesuatu yang Lebih Besar
54
54. Pembicaraan Intens
55
55. Jodoh?
56
56. Apa Kurang Berarti?
57
57. Harga Diri
58
58. Rindu
59
59. Cerdas Menilai Situasi
60
60. Harusnya
61
61. Perasaan Aman
62
62. Pesan
63
63. Terlalu Dangkal
64
64. Cara Berbaikan
65
65. Sepenuhnya
66
66. Hiburan Pagi Hari
67
67. Antara Khawatir dan Cemburu
68
68. Tahanan
69
69. Klaim
70
70. Tunjukkan
71
71. Pijatan
72
72. Peringatan Terselubung
73
73. Melampiaskan Cemburu
74
74. Ketahuan
75
75. Ciuman Receh
76
76. Mengarahkan Target
77
77. Seni
78
78. Peringatan
79
79. Lebih Horor
80
80. Di Luar Dugaan
81
81. Bagaimana?
82
82. Karena Balas Budi
83
83. Mengelak
84
84. Hilang
85
85. Aksi Jalanan
86
86. Enggan
87
87. Toleransi
88
88. Jawaban Samar
89
89. Jangan-jangan...
90
90. Menjemput
91
91. Lima Menit
92
92. Tugas Baru
93
93. Akay - Bismo
94
94. Perang di Kegelapan
95
95. Mandi Malam
96
96. Kabar dari Bengkel
97
97. Telpon Misterius
98
98. Janji yang Tak Akan Pudar
99
99. Perang Dua Dunia
100
100. Informasi Valid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!